Tuhan mengatakan
dalam Gita, "Siapa yang terus menerus mengingat Aku, sangat Kucintai.
Karena itu, ingatlah Aku selalu. Persembahkan kepada-Ku pikiran dan akal
budimu. Serahkanlah segala-galanya kepada-Ku. Maka engkau pasti akan mencapai
Aku."
Dalam Gita
telah dikatakan bahwa suka duka, panas dingin, untung rugi, kritik dan pujian,
harus dihadapi dengan pikiran yang seimbang. Keseimbangan pikiran ini adalah
salah satu dari 64 sifat seorang pengabdi. Sangat sulit mengetahui apakah
seorang pengabdi mempunyai ke-64 sifat. ini. Tetapi mereka menyatu dan dapat
dikelompokkan menjadi dua sifat utama: abhyasa 'pengamalan
terus menerus' dan wairagya 'pengunduran diri atau
ketidakterikatan'. Pengamalan merupakan gabungan dari tiga jenis tapa atau mati
raga. Yaitu tapa jasmani, tapa mental, dan tapa ucapan. Pengunduran diri
berarti mengenal cacat cela benda, dan hidup tanpa keterikatan pada benda-benda
itu, dengan kata lain, hidup sebagai saksi. Jika engkau dapat menggabungkan
kedua sifat penting ini abhyasa dan wairagya
dalam hidupmu, maka pengalaman spiritual lainnya tidak akan diperlukan lagi.
Jika engkau ingin
mengembangkan kedua sifat ini engkau harus mulai sejak kanak-kanak dan
menggunakan hidup pada masa mudamu dengan cara yang suci dan mulia. Dewasa ini
orang baru melaksanakan kegiatan spiritual setelah mencapai usia tua. Setelah
mereka sepenuhnya menikmati benda-benda yang mewah, dan setelah muak serta
bosan dengan semua kesenangan duniawi, barulah mereka mempertimbangkan untuk
mulai menempuh jalan spiritual. Setelah melewatkan hidup mereka dengan
perkiraan bahwa ada kebahagiaan yang sejati pada objek-objek indera, pada
kehidupan keluarga, pada anak-anak, pada harta kekayaan, dan pada nama serta
kemasyhuran, mereka akan menemui kekecewaan pada hari tua mereka. Mereka akan
menyadari bahwa tidak ada kebenaran pada benda-benda ini dan kedamaian batin
serta kebahagiaan abadi tidak datang dari dunia yang kasat mata atau dari usaha
mengejar objek-objek duniawi. Maka setelah dihantui oleh kekosongan pengalaman
mereka dan senja kehidupan mulai menjelang, mereka mulai melakukan kegiatan
spiritual.
Tetapi, pada masa
tua bila engkau menderita segala macam kelemahan fisik dan mental, dan
mempunyai segala macam keterbatasan, akan sulit sekali melaksanakan dan
menempuh kehidupan spiritual yang berat. Sekalipun demikian engkau tidak perlu
berkecil hati karena mengira bahwa tidak ada jalan untuk kemajuan spiritual
bagi orang lanjut usia. Beberapa peluang dan kesempatan akan timbul bagi
mereka. Dari pada sama sekali tidak memikirkan Tuhan dalam hidupmu, lebih baik
memikirkan Dia setidak-tidaknya pada masa tua. Tidak ada pembatasan apa pun
mengenai waktu, tempat, atau umur untuk mengingat Tuhan. Itulah sebabnya Guru
Ilahi telah mengatakan dalam Gita, "Setiap saat, di
manapun juga, ingatlah kepada-Ku." Tetapi Guru Gita juga
telah mengatakan bahwa kesempatan yang paling baik untuk pengamalan spiritual
dengan sungguh-sungguh adalah pada waktu muda. Semasa badanmu masih sehat,
alat-alat inderamu masih kuat, dan kemampuan mentalmu masih besar, itulah saat yang
paling baik untuk melakukan latihan-latihan spiritual.
Prosesnya hampir
sama dengan memesan makanan di rumah makan dengan cara membeli kupon makan
sebelumnya. Setelah memesan tempat, kapan saja engkau pergi ke rumah makan itu,
engkau akan mendapat makanan, sudah ada jaminan bagimu. Sebaliknya jika engkau
pergi ke rumah makan hanya pada waktu lapar, di luar waktu yang telah
ditentukan, dan tanpa kupon pemesanan tempat, mungkin engkau tidak akan
dilayani. Dalam hal itu engkau tidak dijamin, engkau mungkin dapat makan
mungkin pula tidak. Sifatnya untung-untungan. Demikian pula dengan orang yang
baru mulai memikirkan masalah kerohanian pada masa tuanya. Mereka mungkin dapat
maju dalam kehidupan spiritual, mungkin juga tidak. Tetapi kalau sejak masa
muda mereka telah melaksanakan kegiatan atau latihan spiritual dengan
sebaik-baiknya, mereka pasti akan berhasil dalam bidang ini di hari tua.
Bila engkau
menyia-nyiakan waktumu dengan bersenang-senang pada waktu muda, menyia-nyiakan
kemampuan indera dan kemampuan jasmanimu, maka pada masa tuamu jika engkau
ingin mencapai tujuan akhirmu untuk manunggal dengan Tuhan, mungkin engkau
tidak akan memperoleh kesempatan. Tidak ada artinya sama sekali menaruh makanan
lezat di atas daun pisang lalu menyuguhkannya kepada setan, dan kemudian
setelah segala yang bermanfaat dihabiskan oleh kemampuan-kemampuan setan,
sisanya dipersembahkan kepada Tuhan. Apakah engkau dapat menyenangkan Tuhan
dengan mempersembahkan sisa-sisa kepada-Nya? Tentu tidak. Tidak mungkin. Badan
seorang pemuda dapat dibandingkan dengan daun pisang yang lembut. Makanan yang
lezat dapat diumpamakan dengan benda-benda yang dinikmati oleh alat-alat
indera. Setelah pertama-tama menghidangkan semua makanan lezat kepada setan,
kemudian engkau mencoba mempersembahkannya kepada Tuhan. Setelah seluruh
kemampuan, tenaga dan kemampuan habis dimakan oleh setan-setan amarah,
ketamakan, hawa nafsu, dan kecongkakan, engkau berusaha menghaturkan sisanya
kepada Tuhan. Tetapi itu tidak benar dan persembahan semacam itu tidak akan
diterima oleh-Nya. Dalam hubungan ini, Guru Agung dalam Gita
telah menandaskan bahwa masa muda adalah masa yang sangat berharga yang harus
digunakan dengan sangat hati-hati untuk meningkatkan kehidupan spiritual.
Bila engkau telah
memiliki suatu barang beberapa lama dan menganggapnya sebagai suatu hal yang
biasa, mungkin engkau tidak mengerti nilai sejati barang tersebut. Baru setelah
barang itu hilang dan engkau merasa kehilangan engkau mulai merasakan betapa
tinggi nilai barang itu. Selama engkau memiliki mata, engkau tidak merasa
betapa bernilai dan berharga mata itu. engkau baru akan merasakan pentingnya
penglihatan bila engkau kehilangan daya penglihatan itu. Begitu juga bila
engkau berada dalam keadaan sehat dan semua alat-alat indera berfungsi dengan
baik, engkau tidak menyadari nilainya yang sebenarnya. Setelah kesehatanmu
merosot dan alat-alat indramu terganggu, maka engkau menyesali serta meratapi
kehilangan kemampuan serta kekuatanmu itu. Namun ratap tangis pada saat itu
tiada berguna lagi. Selama masa mudamu engkau membolehkan kebiasaan-kebiasaan
buruk dan berbagai sifat yang buruk menjadi teman akrabmu dan berurat akar
dalam dirimu. Kemampuan dan kemampuan yang disalah gunakan pada masa muda itu
akan menjadi musuhmu pada masa tua.
Kebanyakan pemuda
tidak berusaha menggunakan kemampuannya untuk membeda-bedakan dengan baik. Anak
muda tidak menggunakan kemampuan budinya untuk mengetahui siapa teman mereka
yang sejati dan siapa musuh, siapa guru mereka dan siapa pengikutnya, siapa
sutradara dan siapa pemain. Bila engkau tidak membina akal budimu untuk
memahami arti kehidupan, apakah salah kalau engkau disebut kera? Bila engkau
menghayati kualitas manusia dengan baik dan mengerti makna serta pentingnya
kehidupan manusia, maka inderamu tidak akan membuat engkau kebingungan.
Sekarang ini
engkau memakai Tuhan untuk kepentingan jasmanimu. Engkau tidak menggunakan
badanmu untuk memuja Tuhan. Sekarang engkau memanfaatkan Tuhan untuk sembahyang
mohon kesehatan bila sedang sakit dan untuk cara-cara lain guna menguatkan
badanmu. Sebaliknya engkau tidak menggunakan badan dan seluruh kemampuan serta
kemampuan fisik yang kau miliki untuk memuja Tuhan. Engkau membayangkan bahwa
kelak akan ada banyak waktu untuk sembahyang sehingga engkau terus
menyia-nyiakan waktu. Engkau mengira setelah pensiun engkau bisa mulai
merenungkan Tuhan dan melakukan latihan spiritual. Barangkali engkau mengira
sementara ini lebih baik menikmati hidup dan menikmati hal-hal keduniawian,
mumpung masih muda. Tetapi bagaimana mungkin engkau mulai berpikir soal Tuhan
setelah engkau tua, sesudah segala kemampuanmu lenyap?
Bila sekarang
engkau tidak menggunakan seluruh kemampuan dan kemampuanmu untuk memuja Tuhan,
maka kelak engkau akan sangat terlambat. Bila anak-anak mengolok-ngolok engkau
dan menyebutmu "kera tua", apakah pada waktu itu engkau mempunyai
kemampuan untuk melakukan sadhana secara intensif? Bila
rambutmu sudah putih, bila engkau hampir tidak mampu berjalan, bila engkau
hampir tidak mampu melihat, bila seluruh alat-alat indera sudah lemah, apakah
engkau akan dapat menggunakannya untuk memuja Tuhan? Tidak, itu tidak mungkin.
Bukan hanya itu, tetapi kitab-kitab suci India telah menyatakan beberapa hal
tertentu untuk orang-orang tua secara tegas dan jelas. Dikatakan bahwa bila
anak buah Dewa Kematian menemukan engkau dan berkata, "Mari! Mari!",
bila sanak saudaramu mengatakan tidak ada gunanya menyimpan mayat di sini, bila
mereka semua berkata, "Ambillah! Ambillah!" dan bila istri serta
anak-anakmu menangis tersedu-sedu, dapatkan engkau memikirkan Tuhan pada saat
itu? Dapatkah engkau menyuruh sanak saudaramu berhenti menangis, menunggu
sebentar, karena engkau mau mengingat Tuhan beberapa saat?
Semasa muda engkau
harus mengumpulkan segala hal yang diperlukan untuk membangun landasan yang kokoh
guna masa depan yang bahagia. Apakah engkau beranggapan bahwa mengingat Tuhan
mungkin dilakukan setelah pensiun? Tidak, tidak mungkin. Engkau harus melakukan
sadhana dengan sungguh-sungguh sebelum lanjut usia.
Sebaliknya, setelah pensiun engkau bahkan menyibukkan diri dalam bisnis,
membuang-buang waktu pergi ke klab-klab dan dengan berbagai cara lain engkau
menghamburkan serta menyia-nyiakan hidupmu yang berharga. Pernah seorang ibu
rumah tangga bertanya kepada suaminya, "Apakah engkau tidak memikirkan
masalah ketuhanan sekurang-kurangnya pada masa tuamu sekarang ini? Sebelumnya
semasa engkau sibuk, engkau tidak pernah punya waktu untuk memikirkan hal itu.
Cobalah lakukan sekarang." Suaminya yang sibuk bisnis itu menjawab,
"Untuk mati pun aku tidak punya waktu, apalagi untuk memikirkan
Tuhan." Tetapi apakah engkau mengira bahwa kematian itu tidak datang pada
orang yang mengatakan bahwa ia tidak punya waktu untuk mati? Apakah kematian
datang hanya menuruti kemauannya? Tidak, waktu tidak menunggu siapa pun. Karena
itu, semasa engkau masih mempunyai waktu engkau harus menggunakan waktumu itu
dengan sebaik-baiknya.
Musuh yang disebut
kematian beserta bala tentara yang disebut penyakit selalu siap memerangi
badanmu. Manusia mati dalam keadaan yang sangat menyedihkan dan tak berdaya
pada saat ia diserang oleh penyakit dan kematian. Tetapi tidak ada laskar yang
dapat menyerang mereka yang dikasihi Tuhan. Karena itu, semasa muda engkau
harus berusaha memperoleh rahmat Tuhan dan menyiapkan dirimu untuk menghadapi tantangan
musuh bila mereka datang hendak mengepung dan menyerang engkau. Terutama engkau
harus mempunyai keyakinan yang kokoh bahwa perjalanan hidup ini sangat panjang.
Perjalanan lain apakah dengan bis, kereta, atau pesawat terbang tidak
berlangsung lama. Tetapi perjalanan hidup ini sangat lama. Orang yang tidak
mempersiapkan dirinya untuk menghadapi segala kemungkinan dalam perjalanan yang
panjang itu akan sangat menderita bila ia dihadapkan dengan masalah dan
kesulitan yang nyata. Engkau semua mengetahui bahwa dalam gerbong kereta api
yang digunakan untuk mengangkut barang biasanya ada catatan kapan gerbong itu
harus kembali ke depot. Setelah menggunakan gerbong selama waktu tertentu,
kendaraan itu harus dikembalikan pada waktu yang telah ditetapkan. Badanmu sama
dengan gerbong itu. Di sini pun tanggal kapan harus kembali telah ditulis oleh
Tuhan sendiri, namun engkau tidak menyadarinya.
Engkau tidak tahu
bahwa engkau harus kembali. Orang-orang lupa sama sekali akan kebenaran yang
amat penting ini. Bila engkau benar-benar ingin menikmati kebahagiaan hidup
setelah lanjut usia maka pada masa mudamu engkau harus berusaha mendapatkan
rahmat Tuhan. Dalam hidup manusia, masa kanak-kanak dan masa muda sangat
penting, Tanpa menyadari betapa tinggi nilai masa ini engkau membuang-buang
waktu pada masa mudamu. Ibarat engkau menggunakan mangkuk emas berhiaskan
permata dan berlian untuk sesuatu yang tidak berarti. Untuk menyalakan api
nafsumu engkau memakai kayu cendana yang mahal harganya. Periuknya sangat
mahal, bahan bakarnya juga mahal, tetapi makanan yang engkau masak dengan
alat-alat itu hambar dan tidak berharga. Badan yang demikian berharga dan bahan
bakar yang demikian suci dihambur-hamburkan untuk menikmati hal-hal yang remeh,
tidak berguna dan tidak berarti dalam hidup. Barang-barang tak berharga ditaruh
dalam kotak yang berharga dan digunakan untuk kenikmatan hidup. Sama saja
dengan engkau menggunakan bajak emas untuk membajak ladang hatimu dan hasilnya
tidak lain hanyalah rumput-rumput yang tidak berguna.
Ladang hatimu
sangat berharga dan suci. Guru Ilahi telah menyatakan bahwa Ia adalah
kedua-duanya: ladang dan pemiliknya. Ia pemilik sejati hatimu dan badanmu. Ia
mengidentifikasikan Diri-Nya dengan mereka. Apa yang kau lakukan dengan hati
dan badan yang suci ini? Engkau memakai bajak emas untuk menanam tanaman yang
tidak berguna yaitu pemenuhan nafsu. Orang yang menyadari kemuliaan hati dan
kemuliaan perasaan tidak akan menyalahgunakannya. Hidup harus dimanfaatkan
untuk kebaikan, untuk kesejahteraan orang lain, untuk mencapai tujuan yang
suci, untuk menempuh jalan yang suci, dan untuk menghasilkan cahaya yang
cemerlang dalam hati dan pikiranmu. Engkau harus menggunakan hidup ini untuk
manunggal dalam Tuhan. Hanya dengan demikian engkau berhak berkata bahwa hidupmu
telah disucikan dan murni.
Dikatakan bahwa
sangat sulit dan hampir tidak mungkin mendapat kehidupan sebagai manusia.
Apakah keistimewaan hidup manusia itu? Mengapa demikian sulit mendapatkannya?
Segala kesenangan yang dinikmati oleh binatang dan burung dapat juga kau
nikmati. Sehubungan dengan itu, mengapa dinyatakan bahwa hidup sebagai manusia
itu sangat berharga dan sangat istimewa? Karena engkau memiliki kemampuan untuk
membedakan antara yang benar dan yang salah. Karena engkau mempunyai kemampuan
untuk melenyapkan keterikatan dan kebencian. Sebab itu engkau harus menggunakan
akal budi yang telah dianugerahkan kepadamu untuk membedakan antara cara hidup
seperti binatang dan hidup sebagai manusia. Tanpa membedakan antara atma
dan anatma, diri sejati dan yang bukan diri sejati, tanpa
mengembangkan yoga akal budi, engkau akan menjadi korban hasutan. Engkau tidak
dapat menemukan kedamaian batin karena engkau tidak mengikuti jalan yang benar.
Dengan kemauan
yang keras kaum muda harus melakukan ketiga macam tapa: fisik, mental, dan
vokal dan dengan demikian memberi contoh kepada dunia. Engkau harus menggunakan
rajo guna untuk menundukkan tamo guna, dan
memakai satwa guna untuk mengalahkan rajo guna.
Sangat tidak mungkin menghayati satwa guna selama hatimu masih
terisi oleh rajo dan tamo guna. Bila kepalamu
kosong engkau dapat mengisinya dengan pikiran-pikiran yang baik, namun bila
kepala sudah terisi penuh dengan segala macam pikiran yang tidak berguna,
bagaimana mungkin mengisinya dengan sesuatu yang suci dan agung? Engkau telah
mengisi kepalamu dengan segala macam hal duniawi. Pertama engkau harus membuang
semua itu dan mengosongkan kepalamu. Kemudian engkau dapat mengisinya dengan
perasaan dan pikiran yang suci.
Banyak di antara
engkau mengikuti jalan yang tidak berarti dan menempuh hidup yang tidak
berarti. Ketika lahir engkau menangis, dan engkau menangis ketika ajal
menjelang. Di antara kedua saat itu engkau menangis untuk hal-hal yang tidak
berguna. Apakah engkau menangis bila engkau melihat memudarnya dharma?
Untuk itulah engkau harus menangis, untuk itulah engkau harus menggunakan
kemampuan dan kemampuanmu, yaitu untuk memperbaiki kemerosotan dharma
dan membantu menyembuhkan luka-luka akibat merosotnya dharma.
Apakah dharma itu? Dharma adalah selalu
mengingat dan merenungkan Tuhan dengan tiada putusnya. Dharma
adalah melakukan tugas sehari-hari sambil selalu ingat pada Tuhan. Gita tidak
mengajarkan bahwa engkau harus meninggalkan keluargamu, bahwa engkau harus
meninggalkan kekayaan dan harta benda, dan kemudian pergi ke hutan. Tidak!
Uruslah keluargamu. Kerjakan tugasmu. Tetapi pusatkan pikiranmu selalu kepada
Tuhan. Apapun yang engkau lakukan, jangan melupakan tujuanmu. Jika engkau
melupakannya engkau akan tersesat dan menyimpang ke jalan yang tidak benar.
Tujuan Ilahimu harus dipahat dalam pikiranmu. Dengan selalu ingat akan tujuan,
engkau dapat melakukan tugasmu sehari-hari.
Jangan ada cacat
dan cela dalam perkataanmu. Engkau harus selalu berusaha berbicara yang benar.
Beberapa orang berpikir bahwa dalam kesulitan mereka bisa mengubah kebenaran.
Bahkan kadangkala mereka merasa perlu berbohong. Tetapi dalam situasi yang
sulit cukup bijaksana bila engkau bersikap diam, tidak berkata jujur atau
bohong. Jika engkau berkata yang sebenarnya, katakanlah hal itu dengan halus
dan lemah lembut. Jangan berkata yang sebenarnya dengan cara yang tidak
simpatik, atau berbohong secara simpatik. Bila menghadapi masa yang sulit dan
merupakan cobaan, engkau harus belajar menghindari situasi yang mencurigakan tanpa
berbohong. Dalam keadaan tertentu engkau harus bersikap sangat hati-hati.
Engkau harus belajar bagaimana berbicara tanpa menyakiti hati orang. Dikatakan
bahwa, "Orang yang beruntung adalah orang yang tahu bagaimana berbicara
tanpa menyakiti hati orang lain." Janganlah menyakiti orang lain, jangan
pula sampai engkau disakiti orang lain. Ada suatu cerita.
Seorang ibu rumah
tangga mengikuti suatu pertemuan seperti yang kita adakan sekarang. Ia
berkonsentrasi dan mendengarkan dengan penuh perhatian apa yang sedang
dijelaskan. Ketika itu pendeta sedang menjelaskan Ramayana dan
ia mengatakan bahwa bagi seorang istri, suami adalah satu-satunya tujuan hidup.
Selanjutnya ia berkata, "Sudah menjadi kewajiban seorang istri memuaskan
suaminya dan membuatnya bahagia. Selalulah memperlakukan suamimu sebagai
Dewa." Setelah mendengarkan semua ini, ibu rumah tangga itu pulang. Ia
sangat terkesan oleh ceramah ini dan bertekad untuk melaksanakan apa yang telah
dipelajarinya. Begitu suaminya pulang ia mengambil air dan membasuh kakinya
sebelum sang suami sempat membuka sepatu. Ia beranggapan bahwa dengan cara
begitu ia melakukan pelayanan yang penuh bhakti kepada
suaminya. Sang suami merasa bingung dan sangat heran. Ia masuk ke rumah, duduk,
dan siap untuk membuka sepatu serta mengeringkan kakinya, tetapi sebelum ia
berbuat demikian sang istri bergegas menghampiri suaminya dan membuka
sepatunya.
Setelah kejadian
ini, sang suami pergi ke kantor dan menelpon dokter. Ia tidak tahu kalau
istrinya baru saja menghadiri ceramah pendeta. Dokter datang dan memberikan pil
tidur. Kata dokter kelihatannya ia terserang histeria, namun setelah
beristirahat satu dua hari mungkin ia akan sembuh kembali. Sang suami makan dan
menyuruh istrinya beristirahat, kemudian ia pergi ke kantor. Sang istri kembali
pergi mendengarkan ceramah berikutnya. Pada hari itu pendeta menjelaskan
hubungan antara suami istri. Ia berkata, "Siapakah suami? Siapakah istri?
Tidak ada yang kekal. Semua ini hanya bersifat sementara dan tidak tetap.
Sebenarnya tidak ada apa-apa." Kemudian guru itu menambahkan, "Hanya
Tuhan yang benar. Ialah satu-satunya kenyataan yang sejati." Sang istri
pulang dan duduk di kamar pemujaannya.
Hari itu sang
suami pulang setengah jam lebih awal dari kantornya karena mengira kalau-kalau
istrinya sakit dan barangkali ia dapat membantu. Ia mengetuk pintu dan
memberitahu istrinya bahwa ia datang seraya minta agar dibukakan pintu. Dari
tempat sembahyang istrinya menjawab, "Tidak ada ibu, tidak ada ayah, tidak
ada rumah, tidak ada apa-apa, suami pun tidak ada." Ia sangat terkejut
melihat kelakuan istrinya, tetapi akhirnya ia dibukakan pintu juga. Setelah
masuk ke dalam rumah ia segera menelpon dokter jiwa. Dokter datang dan
memeriksa wanita itu secara teliti, lalu memberikan hasil pemeriksaan, ia
menyatakan bahwa setelah mendengar semua ceramah kitab suci ini ia
memperlihatkan tingkah laku yang ganjil, namun jika ia bisa ditahan di rumah ia
akan cepat sembuh. Segala usaha dilakukan agar sang istri tidak lagi menghadiri
ceramah. Semua orang diberitahu. Sopir dan semua pembantu di rumah diberitahu
agar tidak mengizinkan ia pergi.
Setelah pencegahan
ini dilakukan terhadap dirinya atas perintah dokter, ia tidak menghadiri
ceramah selama dua hari dan ia mulai bertingkah laku seperti biasa. Jadi
ketidakterikatan yang timbul dalam dirinya hanya bersifat sementara dan tidak
mendalam. Hal itu tidak berlangsung lama. Kini sang suami merasa bahagia.
Pekerjaan sehari-hari berjalan kembali seperti biasa. Setelah sebulan, wanita
ini pergi lagi ke tempat ceramah. Pada hari itu pendeta menjelaskan ajaran Gita.
Guru mengatakan bahwa bila seseorang menggunakan kata-kata, ia harus
mengucapkan kebenaran dan tidak mengatakannya dalam cara yang menimbulkan
kecurigaan. Wanita itu mendengar hal ini lalu pulang. Suaminya memberitahu
bahwa hari itu ada resepsi pernikahan dan minta agar ia siap pergi bersamanya.
Segera sang istri menyiapkan diri lalu pergi bersama suaminya.
Upacara pernikahan
sedang berlangsung. Ada suatu tradisi di tempat itu, yaitu kalung yang akan
dipakai oleh mempelai wanita disodorkan kepada setiap sesepuh agar disentuh dan
diberkati. Ayah mempelai wanita menghampiri nyonya itu, mengenalinya dan
bertanya, "Bagaimana khabar ibumu? Apakah semuanya baik?" Pertanyaan
ini hanya untuk sopan santun saja, berbasa-basi dengan dia sambil menyodorkan
kalung itu dan minta agar disentuh serta diberkati. Wanita itu menjawab,
"Ibu saya sehat, tetapi seminggu yang lalu ibu mertua saya meninggal
mendadak dan jenazahnya diperabukan." Tamu yang duduk di sebelahnya
berkata kepadanya, "Mengapa engkau mengatakan hal yang tidak baik pada
waktu menyentuh dan memberkati kalung ini yang maksudnya agar mempelai wanita
hidup lama dan bahagia bersama keluarganya di masa datang?" Ibu rumah
tangga itu menjawab, "Apakah saya harus berbohong hanya untuk kalung ini?
Tidak. Saya tidak akan pernah berkata bohong. Memang kenyataannya ibu mertuaku
meninggal minggu yang lalu." Seorang wanita muda yang duduk di sebelahnya
berkata, "Bu, Ibu semestinya tahu tempat dan waktu, dan menyadari keadaan
dan suasana sebelum mengatakan sesuatu."
Bila engkau
mendengarkan suatu pelajaran spiritual pada suatu hari tertentu, engkau akan
melaksanakannya dengan keyakinan dan kemauan yang kuat, tetapi hanya untuk hari
itu. Cara ini bukan cara yang benar untuk mengikuti pelajaran spiritual. Engkau
harus menggunakan akal budimu untuk bisa mengerti suasana tempatmu berada,
sebelum engkau menggunakan kata-kata dalam suatu keadaan tertentu. Bila engkau
mengerjakan sesuatu atau mengatakan sesuatu, engkau harus mengetahui bahwa
kebenaran adalah cara yang mudah untuk mencapai tujuan akhir. Lidah jangan
sampai dikotori oleh hal yang tidak benar. Badan jangan sampai dicemari oleh
kekerasan. Pikiran jangan sampai dinodai oleh perasaan buruk. Hanya bila engkau
menyucikan ketiganya itu, lidah, badan dan pikiran, engkau akan dapat
memperoleh penampakan suci Tuhan.
Para siswa harus
sangat berhati-hati bila mengatakan yang benar. Tentu saja mereka harus
mengatakan yang benar, tetapi harus hati-hati jangan sampai terus bicara dan
menyakiti orang lain. Kendalikanlah lidahmu. Bila terjadi salah pengertian
dengan orang lain, jika engkau memberitahukan segala kekurangannya dengan
pertimbangan bahwa engkau mengatakan apa adanya, maka dikemudian hari pasti
terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Engkau tidak boleh membenci orang lain.
Bila engkau membina cinta kasih masalah kebencian dan rasa iri hati tidak akan
timbul. Bila hatimu memiliki kasih, perkataanmu akan lemah lembut. Andaikata
pun timbul amarah, hal itu tidak akan berlangsung lama. Ada empat jenis
manusia. Kemarahan seseorang yang bersifat satwik hanya
berlangsung beberapa saat, lalu segera reda. Menurut Gita,
orang seperti itu berjiwa besar. Jenis kedua adalah orang yang amarahnya
berlangsung beberapa menit dan cepat reda. Jenis ketiga adalah orang yang
marahnya sepanjang hari. Jenis yang paling rendah adalah orang yang amarahnya
berlangsung seumur hidup.
Guru agung Gita
telah mengajarkan hal ini dengan cara lain. Kemarahan orang yang baik ibarat
menulis di atas air, sama sekali tidak berbekas. Kemarahan orang jenis kedua
seperti menulis di pasir, suatu waktu tulisan itu akan terhapus. Kemarahan
orang jenis ketiga seperti menulis pada batu. Dalam jangka waktu lama tulisan
itu pun akan terkikis. Tetapi kemarahan orang jenis ke empat seperti menulis
pada lempengan baja, tulisan itu tidak akan hilang kecuali jika baja tersebut
dicairkan dan dicetak kembali. Hanya bila baja itu kau masukkan ke dalam api
maka tulisan pada logam itu akan lenyap; hanya melalui proses perubahan yang
keras kita dapat mengubahnya.
Hal-hal yang ada
sangkut pautnya dengan kehidupan sehari-hari dapat ditemukan dalam Bhagawad
Gita. Tidak mungkin engkau dapat mengambil seluruh ajaran yang
terdapat dalam Bhagawad Gita dan mengamalkannya. Tetapi engkau
dapat mengambil ajaran-ajaran yang langsung dapat diterapkan dalam hidupmu
sekarang dan mengamalkannya sehingga engkau dapat memperoleh manfaat langsung
dari ajaran-ajaran itu dan dengan demikian maju menuju tujuan spiritualmu
Dari buku Intisari Bhagavad Gita, oleh Bhagavan Sri Sathya Sai Baba, Percakapan 13
simak pembahasan yang lebih lengkap di blog. ssgkupang
simak pembahasan yang lebih lengkap di blog. ssgkupang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar