Senin, 22 April 2013

Ciri ciri jaman Kali menurut sastra hindu



Dalam Bhagavata Purana 12.3.30 disebutkan; “Sa kaler tamasa smrtah, ketika sifat alam tamas (kegelapan/kebodohan) begitu pekat menyelimuti penduduk dunia, masa itu disebut Kali-Yuga. “Kaler prasupto bhavati sah, waktu ketika manusia tidur, itu di-sebut Kali-Yuga (Manu Smrti IX.302)”. Disini kata  tamas  (kegelapan) dan prasupto (tidur) berarti manusia tidak insyaf pada hakekat dirinya sebagai jiva spiritual abadi. Karena itu, Kali-Yuga disebut jaman kegelapan spiritual.
Kali-Yuga adalah salah satu dari empat (catur) Yuga yang kondisi kehidupan manusianya paling buruk dan paling jelek akibat kegelapan spiritual. Keempat Yuga dimaksud adalah:
  1. Satya-Yuga
  2. Treta-Yuga
  3. Dvapara-Yuga, dan
  4. Kali-Yuga.
Adapun ciri-ciri setiap Yuga dapat dilihat dari prinsip-prinsip dharma yang semakim merosot, suasana kehidupan manusia yang semakim jelek dan kegiatan penduduk dunia yang semakim korup.Sementara itu, prinsip-prinsip adharma semakim berkembang subur dan akhirnya merajalela di masyarakat manusia seraya melenyapkan prinsip-prinsip dharma
Berdasarkan penelitian seksama terhadap Jyotir-Veda (ilmu Astronomi Veda), para akhli (sarjana tradisional Veda) menyatakan bahwa Kali-Yuga mulai pada tanggal 18 Pebruari 3102 SM ketika Raja Pariksit naik tahta Kerajaan Hastinapura. Dikatakan bahwa pada hari itu ke 7 (tujuh) planet termasuk Bulan dan Matahari tidak dapat dilihat dari Bumi, sebab mereka berjejer lurus satu arah dibalik Bumi. Sementara itu, planet Rahu yang tidak bisa dilihat mata telanjang, tepat berada diatas Bumi di langit yang gelap gulita. Oleh karena tahun Masehi telah berlangsung selama 2013 tahun, maka pernyataan bahwa Kali-Yuga mulai sekitar 5.100 tahun yang lalu diakui sebagai kebenaran oleh para penganut ajaran Veda.
Diceritrakan bahwa Raja Pariksit bertemu kepribadian Kali-Yuga dalam wujud seorang sudra berkulit hitam dan berpakaian seperti Raja di tepi sungai Saraswati ketika beliau memeriksa wilayah Kerajaannya. Si sudra sebagai kepribadian Kali,  sedang  menyiksa sapi jantan (perlambang dharma) dan sapi betina (perlambang Bumi) dengan gada. Karena mohon maaf atas perbuatannya yang biadab, Raja Pariksit tidak membunuh si sudra. Beliau mengusir si sudra keluar wilayah Kerajaannya dan memperkenankan dia tinggal di 4 (empat) tempat yaitu:

  1. Rumah Potong Hewan
  2. Tempat pelacuran
  3. Tempat perjudian, dan
  4. Tempat dimana emas disimpan.
Veda menyatakan bahwa Bumi diliputi Kali-Yuga setelah Sri Krishna kembali ke tempat tinggalnya Goloka-dhama di alam rohani. Dikatakan bahwa begitu Kali-Yuga memasuki Bumi, maka pape yad ramate janah, manusia  mulai bersuka-ria dalam beraneka-macam kegiatan berdosa (Bhagavata Purana 12.2.29). Tetapi selama Sri Krishna masih menginjakkan kaki-Nya di Bumi, tavat  kalir vai prthivim parakrantun na casakat, selama itu pula Kali-Yuga tidak berani menampakkan diri dan juga tiada berdaya menguasai Bumi (Bhagavata Purana 12.2.30).
Bhagavata Purana  12.2.31 menyatakan bahwa Kali-Yuga berlangsung selama  dvadasabda satatmakah, dua abad deva, atau 1.200 tahun deva. Menurut tahun manusia, Kali-Yuga berlangsung selama 1.200 x 360 =  432.000  tahun (1 hari deva = 1 tahun manusia). Dari jumlah ini, 5.115 tahun telah berlalu (3102 SM + 2013 M = 5115 tahun), sehingga Kali-Yuga punya jangka waktu berlangsung yang masih lama yaitu 426.900 tahun manusia.
Dikatakan lebih lanjut oleh Veda bahwa Kali-Yuga mulai mencengkram penduduk Bumi dengan kekuatannya penuh ketika kumpulan bintang (planet) Sapta-Rishi bergerak dari garis edar Bulan yang di-sebut Magha ke garis edar Bulan yang disebut Purvasadha yaitu ketika Raja Nanda dan dinastinya mulai memerintah India (Bhagavata Purana 12.2.32). Itu terjadi sekitar tahun 1977 SM (Sebelum Masehi).
Kali-Yuga sebagai jaman kemerosotan akhlak dan moral ditunjukkan oleh pernyataan-pernyataan Veda berikut.
Veda menyatakan,”Sa kalir tamasa smrtah, Kali-Yuga disebut jaman tamas, kegelapan/kebodohan” (Bhagavata Purana 12.3.30). Tamas (kegelapan/kebodohan) adalah salah satu unsur Tri-Guna, tiga sifat alam material yaitu sattvam (kebaikan), rajas (kenafsuan) dan tamas (kegelapan).
Mengenai sifat alam tamas ini, Veda menjelaskan sebagai berikut, “Sifat alam tamas ini menyebabkan manusia mengkhayal, sehingga manusia menjadi berpikir tidak waras, malas dibidang kerohanian dan banyak tidur”. Selanjutnya dikatakan,”Adharmam dharman iti ya manyate tamasavrta, diliputi sifat tamas, manusia menganggap yang benar adalah salah dan yang salah adalah benar, sehingga sarvarthan viparitams ca, segala kegiatannya menuju kearah sesat” (Bhagavad Gita 18.32).
Penjelasan Veda lebih lanjut adalah sebagai berikut:
  1. Dalam masa Kali-Yuga, manusia cendrung semakin rakus, berprilaku jahat (korup) dan tidak mengenal belas-kasihan. Mereka bertengkar satu dengan yang lain tanpa alasan benar. Mereka bernasib malang, diliputi beraneka-macam keinginan material dan sudra-dasottarah prajah, mayoritas tergolong sudra dan manusia tidak beradab (Bhagavata Purana 12.3.25).
  2. Kegiatan tipu-menipu dan berbohong, malas dibidang kerohanian, banyak tidur dan tindak kekerasan, kecemasan, kesedihan, kebingungan, ketakutan dan kemiskinan merajalela (Bhagavata Purana 12.3.30).
  3. Karena fakta-fakta tersebut, maka Kali-Yuga sering disebut sebagai jaman kemerosotan akhlak dan moral, jaman perselisihan dan pertengkaran, jaman kepalsuan, jaman edan, jaman kekalutan, jaman kemunafikan, jaman penderitaan dan kesengsaraan.
Maha  Rishi Sukadeva Goshwami menjelaskan 24 ciri Kali-Yuga kepada Raja Pariksit, yaitu;
  1. Dharma merosot dan Adharma berkembang subur.
  2. Kualitas, moral dan hidup manusia merosot.
  3. Manusia bertabiat Asurik (jahat).
  4. Manusia munafik dan curang.
  5. Raja, kepala da pejabat negara bermoral buruk dan rendah.
  6. Kekayaan material dan keniknatan indriyawi menjadi tujuan hidup.
  7. Hukum dan keadilan ditentukan oleh kekuasaan.
  8. Perkawinan berlangsung karena daya tarik material dan sex berdasarkan prinsip suka sama suka.
  9. Segala urusan dan hubungan bisnis berlandaskan tipu-muslihat.
  10. Para brahmana sibuk dengan urusan mengenyangkan perut dan memuaskan kemaluan.
  11. Aturan hidup varna-asrama dharma dicampakkan.
  12. Manusia selalu berpikir keliru.
  13. Kekuasaan dicapai melalui kekuatan.
  14. Rakyat menderita karena bencana alam, kelaparan, beban pajak, penyakit dan kecemasan.
  15. Wanita hidup bebas dan tidak suci.
  16. Veda dimengerti dengan pola pikir atheistik.
  17. Kota-kota dikuasai para bandit.
  18. Sapi dibunuh untuk makanan.
  19. Majikan dan pelayan saling tidak setia.
  20. Laki-laki dikendalikan wanita.
  21. Orang-orang sudra menipu melalui praktek kerohanian.
  22. Manusia menjadi amat individualistik.
  23. Manusia dan alam terkena polusi, dan
  24. Manusia melalaikan Tuhan karena berwatak atheistik.
Berikut  diuraikan secara ringkas setiap ciri Kali-Yuga berdasarka sloka-sloka Veda.
Dharma merosot dan adharma berkembang
Tatas canudinam dharmah satyam saucam ksama daya kalena balina nanksyati, dharma (agama) beserta ke-empat prinsipnya yaitu satyam (kejujuran), saucam (kesucian diri), ksama (kesabaran) dan daya  (kasih-sayang) merosot dari hari ke hari karena pengaruh buruk Kali-Yuga (Bhagavata Purana 12.2.1).
Yada mayanrtam tandra nidra himsa visadanam sa kalir tamasa smrtah, ketika kegiatan tipu-menipu (maya), bohong-membohongi (anrta), kemalasan spiritual (tandra), ketidak-insyafan pada diri (nidra), tindak kekerasan (himsa) dan kecenasan (visadanam) merajalela di masyarakat dunia, maka masa itu disebut Kali-Yuga, jaman kegelapan spiritual (Bhagavata Purana 12.3.30).
Kualitas, moral dan hidup manusia merosot
Prayenalpayusah sabhya kalau asmin yuge janah mandah sumandaya-amatayo manda bhagya hy upadrutah, manusia Kali-Yuga pendek umur, malas dibidang kerohanian, malang, hidup sesat dan selalu cemas (Bhagavata Purana 1.1.10).
Kalena balino rajan nanksyati ayuh balam smrtih, O sang Raja, usia, kekuatan pisik serta ingatan manusia merosot terus karena pengaruh buruk Kali-Yuga (Bhagavata Purana 12.2.1).
Ksiyamanesu dehesu dehinam kali dosatah, badan jasmani (pisik) sang manusia akan semakim mengecil karena pengaruh buruk Kali-Yuga (Bhagavata Purana 12.2.12).
Durbhaga bhuri-tarsah ca sudra dasottarah prajah, manusia Kali-Yuga bernasib malang, diliputi beraneka macam keingianan material dan mayoritas ter-golong  sudra dan orang-orang tidak beradab (Bhagavata Purana 12.3.25).
Tasmat ksudra-drso martyah ksudra bhagya mahasanah kamino vitahinas ca, karena pengaruh buruk Kali-Yuga, manusia jadi berpandangan pendek, bernasib malang, rakus makan, penuh nafsu dan hidup miskin (Bhagavata Purana 12.3.31).
Anapady api mamsyante vartam sadhu jugupsitam, meskipun tidak dalam keadaan darurat/terdesak, manusia Kali-Yuga menganggap pekerjaan rendah/hina apapun adalah baik (Bhagavata Purana 12.3.35).
Kalau kakinike vigrhya tyakta-sauhrdah tyaksyanti ca priyan pranan hanisyanti svakan api, pada jaman Kali orang-orang saling bermusuhan satu dengan yang lain karena masalah kecil yang tidak berarti. Begitulah, dengan melupakan segala hubungan baik,mereka siap mengorbankan nyawa dan bahkan mau                          membunuh sanak-keluarga sendiri (Bhagavata Purana 12.3.41).
Manusia bertabiat asurik (jahat)
Tasmin lubdha duracara nirdayah suska-vairinah, (pada jaman Kali) manusia jadi serakah, berwatak jahat (korup) dan tidak mengenal belas-kasihan. Mereka bertengkar satu dengan yang lain tanpa alasan benar (Bhagavata Purana 12.3.25).
Manusia munafik dan curang
Vipratve sutram eva hi, seseorang disebut brahmana hanya karena dia memakai tali suci (Bhagavata Purana 12.2.3).
Pandita capalam vacah, orang yang amat pintar berkatakata, dianggap sarjana terpelajar (Bhagavata Purana 12.2.4).
Sadhutve damba eva tu, kemunafikan dianggap kebajikan (Bhagavata Purana 12.2.5).
Satyatve dharstyam eva hi, dia yang punya keberanian bicara dan bertindak, dianggap orang benar (Bhagavata Purana 12.2.6).
Yaso’rthe dharma sevanam, kegiatan keagamaan dilaksanakan semata-mata untuk memperoleh ketenaran/kemasyuran (Bhagavata Purana 12.2.6).
Evam prajabhir dustabhir akirne ksiti mandale, Bumi dipenuhi oleh penduduk berwatak curang (Bhagavata Purana 12.2.7).
Dharmam vaksyanty adharma-jna adhiruhyottamasanam, orang yang tidak tahu sedikitpun ajaran agama (dharma) duduk di kursi tinggi dan ber-pidato tentang prinsip-prinsip dharma (Bhagavata Purana 12.3.38).
Raja, kepala dan pejabat negara berwatak rendah/buruk/korup
Mleccha-prayas ca bhu-bhrtah ete’dharmanrta parah phalgu dasa tivra manyawah, hampir semua Raja/Kepala/Pejabat negara, adalah mleccha,orang-orang tidak beradab. Mereka serakah, berwatak keras dan pemarah, mengabdi pada kepalsuan dan kebatilan (Bhagavata Purana 12.1.38).
Prajas te bhaksayisyanti mleccha rajanya rupinah, orang-orang mleccha dalam wujud para Raja/Kepala/Pejabat negara hanya menyebabkan rakyat menderita belaka (Bhagavata Purana 12.1.40).
Praja hi lubdhai rajanyair nirghrnair dasyu-dharmabhih, rakyat diperintah oleh Raja/Kepala/Pejbat negera yang prilakunya tidak berbeda dari pada prilaku para pencuri (Bhagavata Purana 12.2.8).
Rajanas ca praja-bhaksah, para Raja/Kepala/Pejabat negara kerjanya hanya memeras/menindas rakyat belaka (Bhagavata Purana 12.3.32).
Kekayaan material dan kenikmatan indriyawi menjadi tujuan hidup
Vittam eva kalau nrnam janmacara gunodayah, (pada jaman Kali) kekayaan material dijadikan petunjuk kelahiran, prilaku dan sifat-sifat baik seseorang (Bhagavata Purana 12.2.2).
Avrtya nyaya daurbalyam, orang miskin diperlakukan secara tidak adil  (Bhagavata Purana 12.2.4).
Anadhyata ivasadhutve, seseorang dianggap hina jikalau dia miskin (Bhagavata Purana 12.2.5).
Udaram bharata svarthah, mengenyangkan perut menjadi tujuan hidup manusia (Bhagavata Purana 12.2.6).
Ksudrah sisnodaram svarthah, manusia hanya perduli pada ikhtiar memuaskan perut dan kemaluan  (Bhagavata Purana 12.3.42).
Keadilan ditentukan oleh kekuasaan
Dharma nyaya vyavasthayam karanam balam eva hi, hukum dan keadilan ditetapkan oleh kehendak orang yang berkuasa (Bhagavata Purana 12.2.2).
Perkawinan berlangsung karena daya tarik material dan sex berdasarkan prinsip suka sama suka
Dampatye’ bhirucir hetur, orang laki dan wanita kawin semata-mata karena daya tarik pisik yaitu ketampanan/kecantikan, kekayaan dan kedudukan material (Bhagavata Purana 12.2.3).
Stritve pumstve ca hi ratir, seseorang dikatakan wanita atau lelaki sejati bila dia secara seksual berguna (Bhagavata Purana 12.2.3).
Svikara eva codvahe, perkawinan terlaksana berdasarkan kesepkatan lisan belaka (Bhagavata Purana 12.2.5).
Segala urusan dan hubungan bisnis berlandaskan tipu muslihat
Mayaiva vyavaharike, keberhasilan dalam ber-bisnis ditentukan oleh akhlian tipu-menipu (Bhagavata Purana 12.2.3).
Panayisyanti vai ksudrah kiratah kuta-karinah, para pelaku bisnis berniaga secara licik dan memperoleh untung dengan cara menipu (Bhagavata Purana 12.3.25).
Para brahmana sibuk dalam urusan memuaskan perut dan kemaluan
Sisnodara para dvijah, mereka yang disebut para brahmana hanya sibuk dalam urusan memuaskan perut dan kemaluan (Bhagavata Purana 12.2.32).
Aturan hidup lembaga varna-asrama dharma dicampakkan
Lingam evasrama kyatau anyonyapatti karanam, tingkat kehidupan spiritual (asrama) seseorang ditentukan ber dasarkan ciri/simbul luar belaka. Dan berdasarkan ciri/simbul itu,seseorang beralih dari satu tingkat asrama ke tingkat  asrama berikutnya (Bhagavata Purana 12.2.4).
Avrato bhatavo’sauca bhiksavas ca kutumbinah tapasvino grama vasa nyasityartha lolupah, para  brahmacari  tidak melaksanakan vrata, pantangan-pantangan hidup dan hidup kotor/berdosa. Para grhastha mencari nafkah dengan cara meminta-minta/mengemis. Para vanaprashtha tinggal di desa, dan para sannyasi rakus pada kekayaan material dunia fana (Bhagavata Purana 12.2.33).
Manusia selalu berpikir keliru
Dure vary ayanam tirtham, tempat suci (tirtha) dimengerti sebagai suatu waduk kecil di tempat nan jauh (Bhagavata Purana 12.2.6).
Lavyanam kesa dharanam, kecantikan/ketampanan dimengerti bergantung pada model rambut seseorang (Bhagavata Purana 12.2.6).
Daksyam kutumba bharanam, orang yang mampu menghidupi keluarga disebut akhli (Bhagavata Purana 12.2.6).
Snanam eva prasadanam, seseorang merasa dirinya bersih (suci) hanya karena sudah mandi (Bhagavata Purana 12.2.5).
Kekuasaan dicapai melalui kekuatan
Brahma vit ksatra sudranam yo bali bhavita nrpah,siapapun diantara ke-empat golongan sosial (varna) manusia di masyarakat yaitu orang brahmana,  kshatriya,  vaisya dan sudra yang mampu memperlihatkan diri sebagai yang paling kuat, maka dia menjadi Raja/Kepala/Pemimpin negara  (Bhagavata Purana 12.2.7).
Rakyat menderita karena bencana alam, kelaparan, beban pajak, perang, penyakita dan kecemasan
Anavrstya vinaksyanti durbhiksa kara piditah, rakyat menderita sekali karena kemarau berkepanjangan, kelaparan meluas dan beban pajak amat memberatkan (Bhagavata Purana 12.2.9).
Dikatakan bahwa karena tidak mampu membayar pajak, bukan saja rumah dan harta miliknya disita, tetapi juga anak dan istri seseorang diambil dan dijadikan budak oleh sang Penguasa untuk melunasi tunggakan pajak. Dalam keadaan demikian dikatakan,”Acchina dara dravina yasyanti giri kananam, dengan kehilangan istri dan anak, orang-orang akan lari menyelamatkan diri ke hutan di gunung-gunung” (Bhagavata Purana 12.2.10).
Sita vatapata pravrd himair anyonyatah prajah ksut-trdbhyam vyadhibhir caiva sabta pasyante ca cintaya, rakyat amat menderita karena udara sangat dingin, angin berhembus amat kencang, panas matahari menyengat, hujan amat deras dan salju amat tebal. Mereka juga tambah sengsara karena perang, kelaparan, dahaga, penyakit dan kecemasan tiada henti (Bhagavata Purana 12.2.10).
Soka mohau bhayam dainyam, manusia (jaman Kali) selalu sedih, mengkhayal/bingung, takut dan hidup miskin (Bhagavata Purana 12.2.30).
Nityam udvigna manaso durbhiksa kara karsitah niranne bhutale rajan anavrsti bhayaturah vaso’ nna pana sayana vyavaya snana bhusanaih hinah pisace sandrsa bhavisyanti kalau prajah, pada jaman Kali pikiran manusia selalu gelisah. Tubuh mereka kurus karena kelaparan dan beban pajak amat berat, dan mereka selalu dihantui rasa takut pada kemarau panjang. Mereka tidak cukup pakaian, tidak cukup makan dan minum, tidak cukup istirahat, tidak menikmati hubungan badan (sex) teratur, tidak pula mandi teratur dan tidak ada perhiasan menghias tubuhnya. Mereka akhirnya kelihatan seperti hantu menakutkan (Bhagavata Purana 12.3.39 – 40).
Wanita hidup bebas dan tidak suci
Svairinyas ca striyo’ satih, para wanita hidup tidak suci dan bebas bepergian kemana saja dan ber-gaul  dengan siapa saja (Bhagavata Purana 12.3.31).
Gata-hriyah sasvat katuka-bhasinyas caurya mayaru sahasah, para wanita kehilangan rasa malunya, berbicara kasar, berkelakuan seperti pencuri, suka menipu dan selalu menentang (Bhagavata Purana 12.3.34).
Veda dimengerti dengan pola pikir atheistik
Veda pasandi dusitah, kitab suci Veda dimengerti dengan pola pikir atheistik (Bhagavata Purana 12.3.32).
Kota-kota dikuasai para bandit
Dasyutkrsta janapada, kota-kota dikuasai oleh para bandit (Bhagavata Purana 12.3.32).
Sapi dibunuh untuk makanan
Gas capayasvinih, sapi dibunuh untuk makanan  jikalau  tidak lagi menghasilkan susu (Bhagavata Purana 12.3.36).
Majikan dan pelayan saling tidak setia
Patim tyaksyanti nirdravyam bhrtya apy akhilottamam bhrtyam vipannam patayah kaulam, pelayan meninggalkan si majikan yang telah kehilangan kekayaan, meskipun sang majikan adalah orang suci denga sifat-sifat tauladan. Sebaliknya, majikan memecat  pelayan yang tidak lagi mampu bekerja, meskipun si pelayan telah mengabdi kepada keluarga si majikan selama puluhan tahun (Bhagavata Purana 12.3.36).
Laki-laki dikendalikan wanita
Pitr-bhratr suhrj-jnatim hitvasaurata sauhrdah hanandr-syala samvada strainah kalau narah, pada jaman Kali, laki-laki bernasib malang dikendalikan wanita. Mereka tidak perduli kepada ayah, saudara, sanak keluarga dan sahabat. Sebaliknya, mereka intim dengan saudara lelaki dan saudara perempuan sang istri. Begitulah, pola persahabatan mereka semata-mata berlandaskan pada hubungan dengan sang istri (Bhagavata Purana 12.3.37).
Orang sudra menipu melalui praktek kerohanian
Sudrah pratigraha hisyanti tapo veso pajivinah, orang sudra menerima amal atas nama Tuhan dan mencari nafkah dengan berlagak seperti pertapa dengan berpakaian sannyasi (Bhagavata Purana 12.3.38).
Manusia menjadi amat individualistik
Na raksisyanti manusah sthavirau pitarau api putran bharyam ca kula jam, para lelaki tidak lagi melindungi orang-tuanya yang lanjut usia. anak-anaknya dan juga istrinya (Bhagavata Purana 12.3.42). Dengan kata lain, para lelaki hanya perduli pada keselamatan dirinya sendiri.
Alam dan manusia terkena polusi
Pumsam kali-krtam dosan dravya desatma sambhavam, pada jaman Kali barang-barang, tempat-tempat dan bahkan orang-orang pribadi terkena polusi (Bhagavata Purana 12.3.45). Dikatakan bahwa polusi yang semakim mengganas menyebabkan krsya-kayah, pisik sang manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan dan pohon semakim mengecil.
Ksiyamanesu dehesu dehinam kali dosatah, karena akibat buruk Kali-Yuga berupa polusi (dosah), badan jasmani segala makhluk akan menjadi semakim kecil (Bhagavata Purana 12.2.12).
Cchaga prayesu dhenusu, sapi akan menjadi sebesar kambing (Bhagavata Purana 12.2.14).
Anu prayesu osadhisu sami prayesu sthanusu, tanaman dan tumbuhan akan menjadi begitu kecil, dan pohon-pohon akan nampak seperti pohon sami kerdil (Bhagavata Purana 12.2.15).
Manusia melalaikan Tuhan karena berwatak atheistik
Kalau na rajan jagatam param gurun tri-loka nathanatha pada pankajam prayena martya bhagavantam acyutam yaksyanti pasanda vibhinna cetasah, O sang Raja, pada jaman Kali kecerdasan manusia digelapkan oleh paham atheistik, dan mereka tidak menghaturkan yajna kepada Tuhan Yang Maha Esa, Acyuta yang  merupakan  guru seluruh alam semesta. Meskipun para kepribadian mulia yang dikuasakan mengendalikan seluruh Tri-loka sujud pada kaki padma Beliau, tetapi manusia Kali-Yuga yang berpikiran picik dan hidup merana tidak mau berbuat begitu (Bhagavata Purana 12.3.43).
Yan namadheyam mriyamana aturah patam skhalam va vivaso grnam puman vimukta-kamargala uttamam gatim prapnoti yaksyanti na tam kalau janan, diliputi rasa takut pada saat ajal menjelang, sang manusia pingsan diatas tempat tidurnya. Walaupun suaranya sudah tersendat-sendat dan dia sendiri sulit menyadari apa yang dirinya sedang katakan, tetapi jika dia mau mengucapkan nama suci Tuhan Yang Maha Esa, maka dia bisa  melepaskan  diri dari segala reaksi kegiatan pamerihnya yang berdosa dan mencapai alam rohani. Tetapi manusia Kali-Yuga ini tidak  mau  memuja Tuhan dengan cara demikian (Bhagavata Purana 12.3.44).
Kondisi hidup manusia menjelang kali-yuga berakhir
Ksiyamanesu dehesu dehinam kali dosatah, karena akibat buruk Kali-Yuga berupa polusi (dosah), badan jasmani segala makhluk akan menjadi semakim mengecil (Bhagavata Purana 12.2.12).
Varnasrama vatam dharme naste  veda pathe nrnam,  prinsip-prinsip dharma  para penganut lembaga Varna-Asrama lenyap, dan jalan kerohanian Veda sama sekali di-lupakan di masyarakat manusia (Bhagavata Purana 12.2.12).
Pasanda pracure dharme dasyu prayesu rajasu, apa yang disebut dharma (agama) adalah doktrin atheistik dan para Raja/Kepala/Pejabat negara semuanya berwatak pencuri (Bhagavata Purana 12.2.13).
Cauryanrta-vrtha himsa nanavrttisu vai nrsu, orang-orang cari nafkah dengan menjadi penipu, pencuri, bandit, jagal atau pelaku tindak kekerasan lain (Bhagavata Purana 12.2.13).
Sudra prayenu varnesu cchaga prayesu dhenusu, golongan sosial (varna) di masyarakat hampir semuanya merosot menjadi sudra, dan sapi menjadi sebesar kambing (Bhagavata Purana 12.2.14).
Grha prayesu agramesu yauna prayesu bandhusu, asrama-asrama kerohanian menjadi seperti rumah orang-orang meterialistik, dan hubungan keluarga menjadi terbatas sampai pada ikatan perkawinan saja (Bhagavata Purana 12.2.14).
Anu prayesu osadhisu sami prayesu sthanusu, tanaman dan tumbuhan menjadi berukuran kecil sekali, dan pohon-pohon nampak seperti pohon sami kerdil (Bhagavata Purana 12.2.15).
Vidyut prayesu meghesu sunya prayesu sadmasu, awan dan mendu ng dilangit penuh dengan kilatan cahaya petir, dan rumah-rumah penduduk hampa kegiatan rohani (Bhagavata Purana 12.2.15).
Tada niranne hy anyonyam bhaksyamanah ksudharditah, ketika Kali-Yuga menjelang berakhir, penduduk yang kelaparan (akibat kekeringan yang berkepanjangan), saling  bunuh  dan saling makan satu dengan yang lain (Bhagavata Purana 12.4.7).
Ittam kalau gata praye janesu khara dharmesu, begitulah ketika Kali-Yuga menjelang berakhir, hampir semua manusia menjadi seperti keledai (yaitu bodoh, malang dan menderita sekali)  (Bhagavata Purana 12.2.16).
Singkatnya, kelak ketika Kali-Yuga menjelang berakhir, manusia akan hidup seperti binatang saja. Mereka disebut dvi-pada-pasuh, binatang berkaki dua. Dengan berpegang pada adharma sebagai pedoman hidupnya, manusia tidak lagi mengenal etika, sopan-santun, tata-susila, moralitas atau budi pekerti.  Dikatakan,”Sva vid varahostra kharaih samsthutah purusah pasuh, manusia hidup seperti binatang dan dari antara mereka sendiri, mereka pilih yang (secara pisik) paling kuat jadi pemimpin” (Bhagavata Purana 2.3.19). Maka praktis manusia terbenam dalam samudra derita kehidupan material biadab dan berdosa.
Dengan melihat malapetaka besar yang ditimbulkan oleh pengaruh Kali, maka Tuhan yang maha pengasih berkali-kali telah mewujudkan diri-Nya sebagai Avatara untuk membimbing dan mengarahkan manusia agar tidak sampai mengalami kehancuran fatal. Di jaman Kali ini (kaliyuga Avatara telah muncul sebagai Sang Budha, Sri Sankaracharya, Sri Krishna Chaitanya, dan sekarang mewujud sebagai Bhagavan Sri Sathya Sai Baba.) pada saat kemunculan Deva Shiva sebagai seorang acharya agung bernama Sankara, disamping mengemukakan filsafat Advaita guna menyelamatkan Veda dari salah tafsir manusi terhadap ajaran Budha, Sankaracharya juga menekankan pentingnya mengucapkan nama Tuhan untuk dapat menyelamatkan hidup dari cengkraman tumibal lahir mati sebagaimana syair terkenal yang beliau susun dengan judul “Bhaja Govindam” Ucapkan nama Govinda/ Krishna. Selanjutnya dalam kemunculan Sri Krishna Chaitanya, Tuhan juga menekankan pentingnya melakukan Namasmaranam guna membentengi diri dari pengaruh buruk jaman Kali. Beliau mempropagandakan gerakan Sankirtan Mahayajna dengan mengulang-ulang Maha mantra Hare Krishna sebagaimana tersurat dalam Kalisantara Upanisad. Sri Chaitanya mengatakan bahwa gerakan ini akan berjaya dan mencapai puncak keemasannya sekitar 1000 tahun demi menekan efek buruk Kaliyuga. Demikian pula kehadiran Bhagavan Sri Sathya Sai Baba yang diyakini sebagai inkarnasi Shiva Shakti yang telah dan akan menggunakan wujud-Nya sampai 3 kali guna mengarahkan manusia menikmati suka cita dalam pencerahan kebesaran Tuhan. Dimana suasana jaman Sathya yang ditandai dengan sukacita pemujaan kepada Tuhan akan terwujud.oleh karenanya mari saling mengingatkan agar kita tetap menjadi yang dipilih oleh-Nya setelah kita menjalani proses dipanggil menjadi pengikut-Nya.
Oleh. Bro Narayana dan dengan sedikit perubahan.
Sai Om Tat Sat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar