Rumah gadang
luas yang disebut Sanathana Dharma "Kebenaran Abadi"
ditegakkan oleh para resi jaman dahulu agar generasi mendatang dapat menempuh
hidup yang damai dan sejahtera, tetapi karena disia-siakan oleh ahli warisnya,
rumah gadang itu terlantar dan tidak dapat dihuni! Kedamaian dan suka cita yang
diharapkan para resi bagi generasi mendatang telah lenyap dari wajah mereka.
Seri kedamaian dan keriangan itu kini hanya tampak pada wajah anak kecil. Bila
mereka tumbuh dewasa, suka cita itu berubah menjadi kesedihan, dan kedamaian
lenyap menjadi kecemasan. Orang-orang dewasa telah kehilangan kemampuan untuk
mendapatkan kembali serta mempertahankan kegembiraan dan kedamaian batinnya.
Anak-anak
merupakan pesemaian yang manis memikat hati dan penuh harapan. Dengan asuhan
yang bijaksana dan cinta kasih yang terarah, mereka dapat dikembangkan menjadi
warga masyarakat yang ideal. Kemudian mereka dapat memahami, menghargai dan
melaksanakan disiplin keras yang ditetapkan oleh sanathana dharma
"kebenaran abadi" untuk mencapai pengetahuan diri sejati. Tahun-tahun
awal kehidupan ini penting sekali dan merupakan masa yang paling menentukan,
karena itu ibu dan ayah harus berbagi tanggung jawab untuk mengasuh dan
memberikan pendidikan yang baik. Ketrampilan, sikap, prasangka dan emosi-emosi
yang membentuk masa depan atau merusak hidup selanjutnya, terbentuk dalam
landasan karakter anak pada tahun-tahun penting yang menentukan itu. Orang tua
harus meletakkan landasan yang kuat dan benar. Tetapi perlengkapan apa yang
dimiliki orang tua untuk melaksanakan kewajiban ini? Mereka tidak memiliki
pengetahuan yang mendalam mengenai kebudayaan mereka sendiri; mereka tidak
menyakini nilai-nilai kebudayaannya; mereka tidak melakukan latihan rohani;
mereka tidak memiliki ketentraman bathin. Anak-anak harus tumbuh dalam suasana
hormat, bakti, saling menolong, dan kerja sama. Mereka harus diajar agar
menghormati orang tua, para guru, dan orang yang lebih tua. Kini mereka hanya mempelajari
berbagai pepatah dari buku tanpa keinginan yang tulus untuk melaksanakannya.
Bahkan
sebagai bocah pun anak-anak harus menyadari betapa mengagungkan ciptaan Tuhan,
dan yang paling menakjubkan justru diri mereka sendiri. Mereka dapat memahami
dengan baik bahwa mereka bukan hanya kumpulan dua tangan, dua kaki, kepala, dan
perut. Mereka dapat membayangkan bahwa dalam dirinya ada suatu kekuatan yang
mengarahkan segala kegiatan mereka. Dengan menyanyikan kemuliaan Tuhan dan
mendengarkan cerita tentang Tuhan, para guru dan orang tua dapat menanamkan
kebenaran yang luhur ini dalam diri anak-anak.
Pelajarilah
A B C D pada abjad kehidupanmu sendiri, kemudian engkau akan dapat membimbing
anak-anakmu, mempelajari abjad kehidupan mereka. Jangan menertawakan anak-anakmu
jika mereka ingin mengunjungi tempat ibadat atau orang suci. Berilah mereka
semangat untuk menyanyikan nama Tuhan dan menghadiri acara meditasi, dan engkau
sendiri juga harus menghadiri acara itu. Buanglah anggapan yang keliru bahwa
kegiatan rohani ini dapat ditangguhkan hingga hari tua. Saat ini adalah waktu
yang paling tepat bagi setiap orang, tidak ada saat yang terlalu awal. Tegurlah
yang salah dan pujilah yang benar begitu engkau melihatnya pada anak-anakmu,
itu akan menempatkan mereka di jalan yang lurus. Tidak sedikit orang tua yang
memiliki kebiasaan buruk sehingga bertingkah laku tidak benar di hadapan
anak-anaknya. Mereka minum-minuman keras, berjudi, dan berbohong di depan
anak-anak sehingga meracuni hati bocah yang lembut, bagaimana mereka dapat
membimbing anak-anaknya di jalan yang benar? Orang tua semacam itu harus
dibujuk agar memperbaiki tingkah lakunya dan menjadi teladan yang menimbulkan
inspirasi bagi anak-anak, bukannya menjadi musuh dan penghambat.
Jangan
membebani otak anak kecil dengan berbagai hal yang tidak berguna, aneka
informasi yang tidak akan pernah dapat digunakan, dan fakta-fakta yang
menyimpangkan kebenaran. Janganlah menanamkan kebencian atau rasa tidak senang
pada golongan, kasta, kepercayaan, atau aliran apapun juga dalam hati anak yang
masih murni. Biasakanlah anak-anak berdoa setiap hari bila mereka bangun tidur
dan bila akan istirahat pada malam hari. Engkau sendiri juga harus melakukan
hal itu. Engkau akan mendapati bahwa kebiasaan berdoa ini akan memberimu ketenangan
dan kepuasan bathin. Engkau bekerja keras demi anak-anak; engkau menabung agar
mereka terjamin dan hidup tanpa rasa khawatir; engkau mengorbankan kesenanganmu
agar mereka dapat melewatkan hidupnya dengan senang. Niat itu dapat dibenarkan,
tetapi kesenangan bukanlah segala-galanya. Apakah engkau menerapkan sikap
persaudaraan, toleransi, keseimbangan bathin, ketenangan, amal, dan belas
kasihan? Semua kebajikan ini merupakan perisai yang melindungi pikiran dan
perasaanmu dari anak panah penderitaan dan kesedihan. Pertama-tama orang tua,
kemudian para guru, setelah itu teman bermain serta sahabat, dan terakhir
adalah para pemimpin yang menjadi panutan jutaan orang; mereka semua harus
terus menerus mawas diri apakah mereka merupakan teladan yang patut dicontoh
oleh anak-anak di negerinya. Orang-orang ini membentuk watak anak dan karena
itu membentuk masa depan negara.
Orang
tua harus memberi semangat anak-anaknya bila mereka memperlihatkan minat pada
kemajuan rohani dan ingin mempelajari buku-buku spiritual; orang tua juga harus
memberi teladan yang baik kepada mereka. Anak-anak harus diberi segala
fasilitas untuk mengembangkan berbagai kemampuan suci yang ada dalam dirinya.
Orang tua harus merasa bangga mereka adalah abdi yang ditunjuk Tuhan untuk
mengasuh jiwa-jiwa murni yang lahir dalam keluarga mereka; seperti tukang kebun
merawat pepohonan kebun majikannya. Mereka harus membangkitkan berbagai
kebaikan yang terpendam dalam hati anak-anak ini dengan menceritakan kisah
orang-orang suci dan kaum bijak masa lalu. Mereka harus menjaga agar rasa takut
tidak berkembang dalam diri anak dan membuatnya menjadi pengecut yang takut
menempuh jalan lurus.
Dalam
hati anak-anak yang lembut terdapat potensi bakti yang besar dan rasa cinta
pada cita-cita serta tujuan yang luhur. Potensi ini dapat kau kembangkan dan
kau tingkatkan. Jangan beranggapan bahwa anak-anak itu tidak tahu apa-apa,
bahwa engkau dapat mengarahkannya kemana saja sesuka hatimu, ini keliru.
Kenalilah potensi besar yang terpendam dalam diri anak, ambillah cara-cara yang
disarankan atau diperlihatkan (secara tidak langsung) oleh anak itu sendiri.
Bantulah anak mencapai kesucian dan menyadari tujuan hidupnya yang luhur.
Jangan menganggap anak sebagai pribadi yang lebih rendah atau bahwa ia tidak
mampu mencapai tujuan yang tinggi itu.
Cara
hidup tradisional sekarang dengan cepat dikesampingkan dan diganti dengan cara
berpakaian, berbicara, dan penampilan yang tidak pantas. Anak-anak harus diajar
memandang hal ini dengan rasa muak, mereka harus mengetahui bahwa cara hidup
semacam itu keliru dan tidak patut. Dewasa ini gedung-gedung bioskop memasang
berbagai poster, film yang gambarnya tidak senonoh di sepanjang jalan untuk
menarik penggemar. Diam-diam dan secara tidak kelihatan hal ini mencemari
karakter. Anak-anak harus membuat orang dewasa merasa malu bila mereka
membiarkan poster yang tidak senonoh dan merusak itu dipasang untuk masyarakat
umum. Mereka harus menggugah orang-orang dewasa agar merasa malu karena
nilai-nilai kemanusiaan direndahkan. Bila ideal ini tidak kita tanamkan dalam
diri anak-anak, martabat masyarakat akan merosot. Bagaimana engkau dapat
membiarkan gambar-gambar yang tidak senonoh ini, gambar yang mempublikasikan
film-film cabul dengan pakaian yang tidak sopan dan tingkah laku serta penampilan
yang tidak tahu malu. Lakukan apa saja yang dapat kau perbuat untuk memberantas
kebusukan ini. Latihlah anak-anak melenyapkan noda ini.
Menjadi
ibu merupakan anugerah yang paling berharga dari Tuhan. Para ibu adalah
pembentuk keberuntungan atau kemalangan suatu bangsa karena merekalah yang
membentuk tulang punggung bangsa itu. Tulang punggung itu dikuatkan dengan dua
pelajaran yang harus mereka berikan, yaitu rasa takut pada dosa dan rasa cinta
pada kebajikan. Kedua hal ini dilandaskan pada kepercayaan kepada Tuhan yang
merupakan penggerak batin segala makhluk. Bila engkau ingin mengetahui kemajuan
suatu bangsa pelajarilah kaum ibunya; apakah mereka bebas dari rasa takut dan
khawatir, apakah mereka penuh kasih kepada semuanya, apakah mereka terlatih dalam
ketabahan dan kebajikan? Bila engkau ingin mengetahui kemuliaan suatu
kebudayaan perhatikanlah bagaimana kaum ibunya mengayun buaian bayi, memberi
makan, mangajar, dan membelai bayinya. Sebagaimana kemajuan kaum ibunya,
demikian pula kemajuan bangsa itu, dan sebagaimana kemanisan kaum ibunya,
demikian pula keindahan kebudayaan itu.
Sang
ibu harus mendidik sendiri anak-anaknya pada tahun-tahun awal. Bila anak
diserahkan kepada pembantu atau pengasuh, mereka akan mencontoh kebiasaan itu
dan cara berbicara pembantunya itu. Mereka akan menangis bila si pembantu
meninggal, bukan bila ibunya meninggal, karena mereka lebih mencintai pembantu
itu daripada sang ibu yang telah mencampakkannya kepada orang lain sebagai
gangguan yang merepotkan. Sang ibu harus menyiapkannya sendiri makanan buat
keluarganya karena makanan yang disiapkan dengan penuh kasih dan dihidangkan
sambil tersenyum lebih bermanfaat dan menguatkan daripada makanan yang dimasak
oleh koki upahan dan disajikan sambil bersungut-sungut oleh pembantu yang keras
kepala.
Kaum
ibu harus memikul tanggung jawab ini dan tidak melemparkannya kepada pengasuh.
Tentu saja pengasuh mungkin rajin dan tulus. Aku tidak mengecam mereka. Tetapi
anak yang dibesarkan oleh pengasuh kehilangan pupuk yang penting untuk pertumbuhannya,
yaitu kasih. Rumah yang seharusnya merupakan tempat anak menghirup keharuman
kasih, kini telah kehilangan suasana sucinya. Seharusnya rumah tangga adalah
tempat orang tua, kakak, adik, sanak keluarga, majikan dan pembantu hidup
bersama sebagai satu keluarga dan masing-masing mengenal baik harapan maupun
keinginan yang lain sehingga masing-masing lebih menghormati serta mencintai
yang lain. Tetapi hal seperti ini kini lenyap dengan cepatnya.
Ibu
merupakan seseorang yang disayangi dan dihormati. Ia adalah ratu rumah tangga,
guru yang pertama bagi anak-anaknya, seseorang yang dengan kasih sayang
menyampaikan kebudayaan negeri ini kepada keturunannya pada saat mereka masih
kecil dan mudah dibentuk. Ibu dan ayah adalah contoh pertama prilaku sosial yang
dilihat dan ditiru anak. Merekalah yang mengajarkan kasih, bakti kepada Tuhan,
serta pasrah diri kepada Yang Maha Kuasa. Mereka menampilkan keseimbangan batin
serta kasih. Anak-anak memperhatikan mereka dan dengan mudahnya menerima serta
mengikuti contoh mereka. Karena itu, minat orang tua harus dibangkitkan agar
mereka ikut berperan dalam membangun rohani. Toleransi dan kerendahan hati
harus dipupuk dalam general muda yang sedang berkembang dengan membina disiplin
kerohanian di antara para ibu. Kaum ibu bagaikan ibu bumi yang menumbuhkan
benih dan memeliharanya menjadi tanaman muda serta pohon yang kuat tegap. Tanah
yang asing menghambat pertumbuhan dan merusak tanaman. Setiap orang mempunyai
ibu yang merupakan asal badan dan kehidupannya. Karena itu ibu harus memiliki
fisik dan mental yang kuat, matang wataknya, berbudaya, disucikan oleh
pikiran-pikiran yang luhur, dan dijiwai oleh kasih serta pengabdian. Ibu
yang baik membentuk bunga bangsa yang baik. Kaum ibu harus menjadi teladan
dalam ketidak terikatan, disiplin, serta bakti. Kegiatan mereka harus
dilandaskan pada ketiga keutamaan ini. Kaum ibu harus mengetahui rahasia
ketentraman ini. Kaum ibu harus mengetahui rahasia ketentraman hati, keheningan
batin, keberanian spiritual, dan kepuasan batin yang merupakan harta terbesar.
Ia harus seperti ibu dalam cerita yang dikisahkan oleh Vivekananda; ibu yang
menasehati anaknya agar berseru memanggil Tuhan bila dalam perjalanan ke
sekolah ia harus melewati hutan sendirian dan tanpa daya.
Kaum
ibu memainkan peran yang penting dalam menumbuhkan kembali moral masyarakat.
Mereka dapat menceritakan pada anak-anak berbagai kisah epik tentang
pengorbanan dan kepahlawanan, mengenai orang-orang suci yang mencari Tuhan dan
melihatnya di mana-mana dalam kebenaran, keindahan, serta kebajikan, mengenai
pria dan wanita agung yang mendalami rahasia alam semesta dan hukum segala
hukum yang mengatur alam mikro dan makro secara seimbang. Yesus Kristus
berkata, "Biarlah anak-anak datang kepadaKu." Mereka memiliki rasa
takjub, segar dan bebas; mereka mempunyai rasa ingin tahu yang lugu dan tulus;
mereka menghormati pengetahuan dan kekuasaan. Ceritakanlah kepada mereka
mengenai semua orang suci dan pengejawantahan Tuhan yang dapat mereka bayangkan
dengan rasa kagum.
Hati
anak-anak tidak ternoda oleh keinginan sensual. Orang tua, guru, teman-teman,
dan orang-orang yang lebih tua merusak mereka dengan tingkah laku dan contoh
yang buruk. Mereka menodai sifat anak yang murni. Kalau anak-anak dibiarkan
tumbuh dalam suasana spritual yang baik, bila mereka diijinkan mendekatkan diri
kepada Tuhan, mereka akan tumbuh menjadi orang baik, adil, rendah hati, dan
murni, itu tidak berarti mereka akan menjadi lemah, (justru) mereka akan kuat
(karena) dijiwai oleh kekuatan kebenaran. Mereka akan menjadi harta yang
tidak ternilai bagi bangsa. Orang tua perlu berusaha terus-menerus dengan
sabar. Tugas mereka amat penting bagi tanah airnya. Hati anak-anak itu murni,
lembut, dan suci. Labu ular yang panjang akan tumbuh bengkak-bengkok bila
dibiarkan saja. Karena itu tukang kebun mengikatkan sebuah batu diujungnya dan
berat batu itu menarik buah labu sehingga tetap lurus walaupun tumbuh makin
panjang. Pikiran dan perasaan anak serta para remaja juga dapat tumbuh
menyimpang karena terpengaruh oleh film-film sensual, suasana munafik yang
diciptakan oleh orang-orang yang lebih tua, bujukan kehidupan yang gemerlap dan
mempesona tetapi tidak bernilai, serta keinginan yang keliru untuk bertualang
dan memperoleh kemashyuran. Karena itu, orang tua harus mengikatkan batu
disiplin agar mereka dapat tumbuh lurus dan benar. Suasana harus diisi dengan
kerohanian sehingga secara otomatis anak-anak akan mematuhi disiplin dengan
sepenuh hati. Disiplin semacam itu akan membentuk pemimpin bangsa yang baik.
Tidak seperti para pemimpin generasi sekarang ini, para pemimpin (yang
berdisiplin) itu akan dapat memberi inspirasi dan membimbing rakyat di jalan
yang benar. Mereka juga harus menjadi pengikut yang baik; prajurit yang baik
akan menjadi jendral yang baik. Kaum muda yang mempelajari dan menerapkan
kedamaian ini akan menjadi tiang penopang kedamaian. Mereka akan menjadi tokoh
yang memperjuangkan dan mempertahankan kedamaian.
Aturlah
kebiasaan makan anak-anak. Sedikit banyak makanan mempengaruhi kesehatan,
kecerdasan, emosi, dan dorongan dalam diri manusia. Batasilah kualitas dan
kuantitas makanan, waktu makan, serta keseringannya. Rekreasi pun harus
membantu meluhurkan budi pekerti dan dilakukan bersama teman-teman yang baik
dan saleh. Ceritakan pada anak-anak bebagai kisah yang membuat mereka
benar-benar muak melihat hal yang buruk, hiburan yang tidak baik, perbuatan
yang tidak baik, dan kebiasaan yang tidak baik. Ajarlah anak-anak agar
melupakan kejahatan yang dilakukan orang lain kepadanya dan kebaikan yang
mereka perbuat kepada orang lain. Usahakan agar mereka melakukan tugas-tugas
yang positif, dengan demikian sikap yang negatif akan lenyap. Kebiasaan yang
baik akan menghapus kebiasaan yang buruk. Harus ada disiplin dan otoritas bagi
anak-anak, tetapi diterapkan dengan kasih. Tanpa suatu pembatasan dan penerapan
wibawa kekuasaan (untuk menekankan hal yang baik pada pikiran dan perasaan anak
yang enggan menerimannya) tidak akan ada kemajuan yang dapat dicapai. Bila anak
akan dibiasakan pada suatu makanan tertentu, ia harus dibujuk agar memakannya
walaupun enggan. Orang yang sakit harus ditegur bila ia menolak obat yang dapat
menyembuhkannya. Bahkan engkau harus memaksa dirimu sendiri melakukan latihan
rohani secara rutin dengan disiplin yang keras.
Selama
berabad-abad sejarah telah membuktikan bahwa wanita memiliki keberanian,
pandangan, dan kecerdasan yang diperlukan untuk menyelami pengetahuan dan
disiplin kerohanian. Wanita adalah pendamping suami dalam memenuhi kewajiban
dan hak bagi orang yang mendekat serta menempuh hidup berumah tangga. Tidak
cukuplah bila anggaran rumah tangga seimbang, seorang istri dan ibu harus
mengetahui seninya pandangan hidup yang seimbang yang tidak terpengaruh oleh
keberhasilan dan kesulitan, untung atau rugi, kemenangan atau kekalahan.
Keseimbangan ini hanya dapat diperoleh dengan menaruh kepercayaan dan keyakinan
kepada Tuhan yang bersemayam dalam diri kita. Ada satu disiplin yang harus kau
perhatikan, yaitu pengendalian indra. Bila kau bebaskan indramu tanpa kendali,
mereka akan menjerumuskan engkau ke dalam bencana. Belajarlah bermeditasi agar
indramu dapat dikendalikan dan kehendakmu dapat kau arahkan ke dalam batin
untuk menguasai perasaan dan emosi. Suatu bangsa yang sensualitasnya tidak
terkendali tidak akan dapat tumbuh dengan subur atau bertahan hidup.
Mantapkanlah
kedudukan ibu dalam rumah tangga sebagai penegak cita-cita spiritual dan karena
itu merupakan pembimbing bagi anak-anaknya. Setiap ibu harus melakukan usaha
ini ....... mengembangkan dan secara mantap mewujudkan kesadaran Tuhan yang terpendam
dalam diri setiap anak. Anak-anak adalah tanaman yang diusahakan diladang agar
menghasilkan panen yang menopang kehidupang bangsa. Mereka adalah tiang-tiang
yang menyangga landasan masa depan bangsa. Mereka adalah akar pohon kebangsaan
yang harus memberikan buah kerja, hujan, dan kebijaksanaannya bagi generasi
mendatang.
Bagaimanakah
rumah yang membuat orang kerasan? Apa bedanya dengan rumah biasa? Rumah yang
membuat penghuninya kerasan penuh dengan cinta kasih, dengan pengorbanan yang
menyertai kasih, suka-cita yang dipancarkan kasih, dan ketentraman yang
ditimbulkan oleh kasih. Bangunan dari bata dan semen tempat tinggal orang tua
dan anak-anak belum tentu merupakan rumah tangga yang membahagiakan, (mungkin)
anak-anak tidak merindukannya dan orang tua tidak menemukan kedamaian di
dalamnya. Banyak wanita terpelajar telah mengubah rumahnya menjadi hotel dengan
koki, pembantu, jongos, guru privat, pelayan, dan sopir yang memenuhi rumah
sehingga hiruk pikuk dan kacau. Nyonya rumah hanya seperti boneka gemerlapan
yang kerjanya keluar masuk kamar-kamar. Ia seperti beban yang menggantung
dileher suaminya. Ia memerintah dan menguasai suaminya sehingga pria itu
kebingungan. Ia sendiri menyibukkan dirinya dengan menghamburkan uang,
berbelanja membeli berbagai barang memperturutkan keinginannya yang tidak
terkendali untuk mengikuti gaya hidup atau mode yang sedang populer dalam
lingkungannya. Ia membuang-buang waktu dengan bermalas-malasan dan mengobati
dirinya untuk berbagai penyakit yang dikhayalkannya. Ia menjadi beban bagi
suami dan anak-anaknya.
Ruang
doa harus menjadi pusat setiap rumah tangga. Keharuman bunga dan dupa yang
memancar dari situ harus meliputi rumah dan menyucikannya. Ibu rumah tangga
harus memberi contoh sehingga seluruh anggota keluarga merasa bahwa altar
adalah jantung keluarga. Ia harus menerapkan disiplin pada anak-anaknya dalam
hal kebersihan diri, kerendahan hati, dan keramahan kepada tamu, dalam tata
krama dan kegiatan pelayanan. Ia harus menghimbau anak-anaknya dengan teladan
dan ajaran agar menghormati orang-orang yang lebih tua dan meluangkan waktu
pada pagi dan sore hari untuk berdoa serta bermeditasi. Ruang doa harus
dipelihara kebersihannya dan dijaga kesuciannya. Hari perayaan keagamaan harus
diikuti agar maknanya dapat terkesan dalam pikiran dan perasaan anak-anak.
Walau sang suami sangat mementingkan diri sendiri dan takabur, dengan kehidupan
rumah tangga yang diselenggarakan secara teratur dan pemujaan Tuhan sebagai
intinya, ia akan dapat disadarkan bahwa rumah tangga yang berpusat pada Tuhan
adalah rumah tangga yang tentram dan membawa suka cita. Kemudian sang suami pun
akan segera ikut serta dan menjadi penegak serta pengukuh keyakinan yang teguh.
Rumah
tangga adalah tempat ibadah dan setiap anggota keluarga adalah tempat ibadat
yang hidup. Dalam rumah tangga itulah keluarga dibina dan dipelihara. Sang ibu
adalah pendeta utama di tempat ibadat ini. Kerendahan hati adalah dupa dan
keharumannya memenuhi seluruh rumah itu. Rasa hormat adalah pelita yang
dinyalakan dengan kasih sebagai minyaknya dan iman sebagai sumbunya.
Lewatkanlah hidupmu dengan mengabdikannya untuk berbakti dalam rumah tangga
semacam itu.
Rumah
tangga yang bahagia merupakan sel-sel utama yang membentuk organisme nasional.
Rumah tangga semacam itu menjamin dunia yang bahagia. Umat manusia adalah satu
keluarga besar dan bila salah satu unitnya berjuang dalam penderitaan,
bagaimana yang lain dapat selamat atau merasa puas?
Keluarga
sangat penting untuk mengembangkan kepribadian manusia. Bagaimana bayi yang
tidak berdaya dapat tumbuh, belajar, berbicara dan berkembang tanpa suatu rumah
tannga?
Reputasi
seluruh keluarga dan bahkan seluruh bangsa tergantung pada wanita. Binalah
hubungan kasih diantara seluruh anggota keluargamu. Usahakan agar keluarga
menjadi pusat kehidupan yang harmonis, pengertian yang penuh simpati, dan
saling mempercayai. Tugas suci manusiaa adalah selalu menyadari bahwa Tuhan
bersemayam dalam setiap makhluk hidup.
Rumah
tempat anak-anak tumbuh harus bersih dan suasananya harus bebas dari kebencian,
iri hati, ketamakan, kedengkian, serta kemunafikan. Makanan yang dimakan
anak-anak harus satwik dan murni. Pikiran dan perasaan anak antara usia
dua sampai lima tahun sangat dipengaruhi oleh tingkah laku orang-orang yang
terdekat dengannya, karena itu orang tua harus berhati-hati agar memberikan
teladan yang baik.
Selama
berabad-abad kaum wanita telah menjadi kubu pertahanan bagi kebudayaan bangsa
dan penjaga kekayaan spritual negerinya, tetapi kini dengan cepatnya mereka
menyerah mengikuti daya tarik budaya pesolek sebagaimana tampak dalam cara
hidup dan tingkah laku sosial banyak wanita yang terpelajar. Ini merupakan
akibat sistem pendidikan yang dibuat-buat dan hampa, juga disebabkan oleh
pengaruh bacaan murah serta film-film yang tidak bermutu. Wanita adalah guru
generasi mendatang; mereka merupakan guru generasi itu selama lima tahun yang
pertama yang dihadapi anak.
Sekarang
pendidikan yang diberikan di sekolah-sekolah khusus untuk anak perempuan dan
perguruan tinggi bagi wanita hanya menolong mereka agar menjadi istri yang
disenangi, bukan untuk menjadi ibu yang ideal. Peran ibu yang
merupakan peran alamiah dan tidak dapat dihindari, kini diabaikan, sedangkan
peran tambahan yang tampak gemerlapan tapi hanya sementara, justru
dipentingkan.
Hanya
ayah yang membimbing putranya kepada Tuhan layak dihormati sebagai ayah. Ayah
yang membawa putranya ke dalam pusaran kesenangan indra, kawah nafsu jasmani,
dan kubangan lumpur kesombongan serta kemegahan tidak menyadari kewajiban serta
tanggung jawabnya.
Orang-orang
dewasa harus memikirkan bagaimana caranya menjadi contoh yang terbaik bagi
muda-mudi yang mereka bina, kaum muda yang mengharapkan bimbingan mereka dan
menganggap mereka sebagai pahlawan. Mereka harus melakukan suatu disiplin
kerohanian seperti mengulang-ulang nama Tuhan dan bermeditasi. Mereka harus
memperlihatkan semangat dan kepuasan bathin dalam melaksanakan disiplin rohani
itu. Mereka harus berani dan tabah bila menghadapi bencana dan menganggap hal
yang baik maupun buruk sebagai anugerah Tuhan. Hanya dengan demikianlah
anak-anak yang mereka asuh dapat belajar menempuh hidup yang bahagia dan
tentram. Orang tua harus memperbaiki diri mereka sendiri demi anak-anak
mereka. Teladan lebih berguna daripada nasehat. Bila orang tua tidak
memiliki hormat bakti kepada Tuhan, bila gambar-gambar Stalin, Hitler,
Churchill, dan Lenin menghiasi dinding rumah, bila anak harus bernafas dalam
suasana skandal, pertikaian dan keserakahan, bagaimana ia dapat tumbuh menjadi
pribadi yang bahagia, sehat, dan seimbang? Anak-anak diajak menonton film yang
penuh adegan kekerasan, kebohongan, tipu muslihat, dan persekongkolan licik
yang merusak sumber simpati serta kasih dalam hati mereka. Anak laki-laki dan
perempuan memuja bintang-bintang film sebagai idola dan panutan; mereka belajar
dari film-film, komik cerita-cerita horor, dan buku-buku kriminal secara
mendalam dan berbahaya. Tidak ada nilai-nilai kemanusiaan yang ditanamkan pada
mereka pada masa kanak-kanak. Mereka hanyut terbawa arus keduniawian yang remeh
dan tidak berarti.
Tidak
sedikit orang tua merasa bangga bila anak-anak mereka ikut main kartu atau
bahkan ikut minum-minuman keras dan berjudi bersama mereka. Ada orang tua yang
marah bila anak-anak mereka membaca buku-buku spiritual, mengikuti upacara di
tempat ibadat dan duduk hening selama beberapa menit. Bagaimana orang tua
semacam itu dapat menyatakan bahwa mereka mengharapkan hal yang terbaik bagi
keturunannya? Mereka justru musuh terbesar yang menghambat kemajuan
anak-anaknya. Mereka tidak melengkapi anak-anaknya dengan tameng yang akan
menyelamatkan si anak dalam kekalutan dan kesulitan hidup. Mereka bekerja keras
agar dapat mewariskan kekayaan bagi anak-anaknya, tetapi mereka tidak
mengajarkan pengertian mengenai nilai-nilai yang baik agar anak-anak itu
mengerti bahwa kekayaan duniawi itu sangat kecil nilainya. (Tanpa pengertian
mengenai nilai-nilai yang baik, anak-anak tidak mengetahui) bagaimana cara yang
terbaik untuk menggunakan kekayaan itu bagi kemajuan yang sesungguhnya. Anak-anak
harus diajar agar hidup seperti bunga teratai di danau dunia material, berada
di air, tetapi tidak terpengaruh olehnya. Bunga teratai tidak dapat hidup di
luar air, tetapi mereka tidak membiarkan air menggenangi atau masuk ke dalam
dirinya. Beradalah di dunia, tetapi jagalah agar pengaruh duniawi tidak
memasuki dirimu. Itulah rahasia hidup sukses yang tidak diajarkan oleh orang
tua kepada anak-anaknya.
Anak-anak
harus tumbuh dalam kesadaran persaudaraan umat manusia dengan Tuhan sebagai
Bapak semuanya. Bila orang tua tidak membekali anak-anak dengan suasanan dan
ajaran ini, sebenarnya mereka mengabaikan hal yang merupakan hak si anak.
Menaruh kepercayaan kepada manusia mencakup kepercayaan kepada Tuhan,
kepercayaan kepada Tuhan menimbulkan kepercayaan kepada manusia. Manusia tanpa
iman dapat diibaratkan dengan tanaman tanpa akar, ia akan kering dan layu
dengan cepatnya. (Iman itu adalah) kepercayaan kepada Tuhan yang bersemayam
dalam dirinya, yang membuat ia berkata, "Saya.... saya.... saya,"
bila menyebut bisikan dalam dirinya yang membuatnya berbicara, bertindak, dan
melakukan sesuatu. Kepercayaan kepada Tuhan adalah makanan yang menumbuhkan
kasih, keberanian, kepuasan bathin, dan suka cita. Dengan mudahnya anak-anak
dapat diajar agar menyadari aku (atau diri sejati) yang mengenakan tubuh
sebagai pakaiannya. Bila anak-anak mengetahui bahwa warna kulit dan kasta
hanyalah pakaian atau selubung yang tidak mempengaruhi kenyataan diri sejati,
mereka akan tumbuh dalam suasana kerja sama dan saling mengasihi dengan semua
manusia dari manca negara.
Tentu
saja keluarga tempat anak-anak tumbuh dan dibesarkan harus merupakan sekolah
pertama yang mengajarkan nilai doa, kerendahan hati, dan pelayanan yang penuh
kasih kepada orang (atau makhluk) lain. Orang tua harus dijiwai keyakinan pada
kebenaran asasi kepercayaan universal ini. Anak-anak harus melihat orang tuanya
berdoa di depan altar keluarga, bermeditasi dengan hening, memaafkan
kesalahan-kesalahan orang lain, bersimpati pada mereka yang sedih dan sakit. Anak-anak
tidak boleh melihat orang tuanya cemas, merasa tidak berdaya, tidak puas dan
sedih seakan-akan tidak ada Tuhan yang akan menopang dan menolongnya, atau
tidak ada sumber kekuatan bathin dan keberanian untuk bertumpu.
Teman-teman
yang didapat anak di sekolah dan di sekitar tempat tinggalnya tetap mempunyai
pengaruh yang bermanfaat atau merusak bagi pertumbuhannya. Komik, cerita horor,
terorisme, film tembak-tembakan dan poster-poster bioskop yang merendahkan
martabat manusia ke taraf binatang; semua ini menyeret calon pahlawan menjadi
punakawan. Si anak belajar mendewa-dewakan uang dan hal-hal yang dapat dibeli
dengan uang; ia akan mengagumi kekejaman dan kelicikan, bukannya simpati dan
kasih.
Sama
sekali tidak ada anak yang jahat, yang ada hanya anak yang salah asuh.
Tanamkan
benih-benih kegembiraan, semangat, keselarasan, penyesuaian, dan kasih pada
waktu anak-anakmu masih kecil; itulah warisan paling berharga yang dapat kau
berikan, asuransi paling berguna untuk menghadapi keputusasaan, kemurungan, kesedihan
dan ketidakpuasan.
Orang
tua harus berusaha agar anak-anak mempelajari berbagai kebiasaan dan sikap yang
baik pada tahun-tahun pertumbuhan ini. Apa yang dibaca dari buku harus
direnungkan, dipertimbangkan dalam ketenangan, dan dipikirkan baik-baik dalam
keheningan, ini merupakan latihan yang sangat baik untuk perkembangan
intelektual dan untuk mendapatkan ketenangan bathin. Naluri untuk bertengkar
dan berkelahi bila ada kesalahpahaman harus dikendalikan dan dialihkan pada
hal-hal yang lebih luhur. Jangan sampai anak-anak merasa senang menyakiti
makhluk lain, juga jangan biarkan mereka menderita baik lahir maupun bathin.
Mereka harus mempunyai rasa tanggun jawab. Mereka tidak boleh suka pamer dan
memperlihatkan pakaian, perhiasan, kedudukan, atau kekayaannya pada anak-anak
yang kurang beruntung. Mereka harus dibiasakan menjaga kebersihan diri dan yang
lebih penting dari semuanya, mereka harus dibiasakan berdoa secara teratur pada
waktu-waktu tertentu. Mereka harus didorong dan dilatih agar secara teratur
tidur pada pukul 9 malam dan bangun pukul 5 pagi. Setelah membersihkan muka,
mata, dan gosok gigi, ajaklah mereka berdoa atau bahkan bermeditasi. Jangan
beranggapan bahwa masih ada waktu untuk berdoa kelak dalam senja kehidupan,
mungkin bila telah lanjut usia. Sekaranglah saat yang paling tepat untuk
membentuk kebiasaan yang baik.
Bila
manusia menyadari bahwa Tuhan bersemayam dalam dirinya, setiap orang akan
melakukan tugasnya sebagai bakthi dan pemujaan kepada Tuhan. Anak-anak harus
menghormati orang tuanya, itu kewajiban mereka. Orang tua harus mengasuh dan
mendidik anak-anaknya sehigga mereka menjadi warga masyarakat yang cerdas,
bijak, berguna, dapat berdikari, dan menolong orang-orang yang menderita. Bila
mereka melalaikan kewajiban ini, mereka lalai dan gagal dalam bakthi mereka.
Orang tua juga tidak boleh merusak anak-anak dengan memberikan terlalu banyak
kebebasan dan mengikuti segala keinginan mereka. Aku tahu banyak orang tua yang
selalu memanjakan anak-anaknya dan merasa kagum bila anak-anak itu mempelajari
kebiasaan buruk berjudi atau minum-minuman keras. Orang tua tidak mencegah bila
anak-anak berkeliaran di pasar, menggoda dan mengganggu orang-orang yang lewat.
Orang tua tidak menanamkan pada anak-anaknya sikap hormat terhadap harta milik
orang lain. Akibatnya anak-anak
itu mendapat kesulitan. Setelah itu barulah orang tua menyesal dan menyalahkan
diri sendiri karena kebodohan mereka yang tidak dapat dimaafkan.
Orang tua juga mempunyai
tanggung jawab lain. Mereka harus menempuh hidup yang murni dan sederhana
sehingga gambaran hidup yang suci dan bahagia dapat tertanam dalam pikiran dan
perasaan anak-anak. Bila orang tuanya pemabuk, penjudi, dan penipu, anak tidak
akan dapat diperbaiki walau diberi kitab-kitab suci. Aku menyukai anak-anak dan
remaja yang lugu. Aku tidak akan membiarkan mereka disalahkan. Kesalahan itu
sepenuhnya terletak pada orang-orang dewasa, para orang tua, dan para pemimpin
yang membentuk norma-norma yang diserap oleh anak-anak. Orang tua harus memberi
pelajaran mengenai kasih, pengorbanan dan kepuasan bathin kepada anak-anaknya
dengan bimbingan dan teladan.
Jangan memberi contoh yang
buruk kepada anak-anakmu. Bila engkau jujur, adil, tetap tenang walau ada yang
mencari gara-gara, dan penuh kasih dalam hubunganmu dengan orang-orang lain,
anak-anakmu akan tumbuh dalam kebenaran, kebajikan, kedamaian, dan kasih. Bila
engkau menyuruh anakmu mengatakan kepada orang lain bahwa engkau tidak ada di
rumah sedangkan sesungguhnya engkau ada di rumah, engkau menanamkan benih beracun
yang akan tumbuh menjadi pohon yang besar. Akan Ku ceritakan kepadamu suatu
contoh yang menggambarkan bahwa kejadian awal yang tampaknya remeh dapat
berbahaya. Ada seorang ibu yang memanggul anaknya di bahunya pada waktu ia
berjalan ke pasar. Seorang wanita yang membawa sekeranjang buah-buahan lewat di
dekatnya. Si anak mengambil sebuah pisang dari keranjang wanita itu lalu
memakannya. Sang ibu melihatnya dan ketika bocah itu bercerita bahwa diam-diam
ia mengambil pisang dari keranjang penjual buah yang lewat di dekatnya, ibu itu
memuji kepintaran anaknya. Hal ini membuat si anak sering mencuri barang-barang
kecil dan mencopet sementara ia tumbuh menjadi remaja dan kemudian menjadi
perampok bersenjata setelah dewasa. Suatu kali pada waktu sedang merampok, ia
melakukan pembunuhan. Ia ditangkap, dipenjara dan dijatuhi hukuman mati.
Sebelum digantung ia menyatakan keinginannya untuk bertemu dengan ibunya. Sang
ibu yang meratap dan menangis dengan rasa putus asa, diantar ke hadapannya.
Wanita itu tersendu-sendu meratapi nasib anaknya. Lelaki itu meminta agar sang
ibu datang ke dekatnya. Tiba-tiba ia berusaha mencekik wanita itu sehingga
petugas keamanan harus memisahkan mereka. Si penjahat berkata, "Ia patut
dihukum karena ialah yang menjerumuskan saya ke dalam bencana hukuman mati ini.
Seandainya dulu ia menegur saya ketika saya mencuri pisang pada waktu berumur
dua tahun, dan tidak memuji-muji saya, pastilah saya tidak akan terjerumus ke
jalan kejahatan ini".
Banyak orang tua yang memberi
contoh buruk; mereka berbohong, menfitnah orang lain, berjudi, minum-minuman
keras, mengamuk, bertingkah laku garang dan bengis, menyakiti orang atau
makhluk lain, ketagihan pada kelab malam, bioskop, dan pesta-pesta minuman
keras, pulang lewat tengah malam lalu bertengkar. Bagaimana anak-anak yang
terbiasa melihat dan mendengar hal-hal yang demikian rendah dapat belajar
menjadi bunga yang harum dan cemerlang?
Hal yang terpenting,
usahakanlah agar anak-anak memiliki watak yang kuat dan suci. Bantulah mereka
memiliki rasa percaya diri dan keberanian sehingga dapat menjadi anak yang
baik, jujur dan mandiri. Tidak cukuplah jika mereka sekedar mempelajari sesuatu
untuk bekal hidup; cara hidup jauh lebih penting daripada standar hidup.
Anak-anak juga harus mempunyai rasa hormat kepada agama, kebudayaan, prestasi
pendidikan, dan tanah airnya.
Disiplin merupakan tanda
kehidupan yang cerdas.
Orang tua tidak boleh
membiarkan anak-anaknya terlepas dari pengawasan mereka dan berkeliaran tanpa
tujuan (seperti kapal) tanpa kompas atau sauh. Banyak orang tua yang memelihara
anak-anaknya dengan penuh kasih sayang, kemudian atas nama kebebasan membiarkan
mereka mencari teman-teman dan kesenangan semaunya. Mereka mengajak anak-anak
menonton film tanpa mempertimbangkan kesan buruk yang ditimbulkan film itu pada
piiran dan perasaan yang lembut. Orang tua menjamu teman-teman anaknya, tetapi
tidak menyelidiki riwayat kebiasaan mereka. Tidak sedikit orang tua yang
mendorong anak-anaknya agar merokok atau minum-minuman keras tanpa menyadari
bahwa suatu hari kelak mereka akan menyesali perbuatannya. Dengan sikap dan
perbuatannya, orang tua semacam itu memperlihatkan bahwa mereka adalah musuh
bagi keturunannya sendiri.
Aku senang pada anak-anak dan
sangat memperhatikan mereka. Aku memberi nasehat-nasehat kepada mereka dan juga
memberitahu kepada orang tua agar memberi nasehat yang baik kepada anak-anaknya
pada saat yang tepat. Aku menekankan disiplin, anak-anak harus patuh dan hormat
pada orang tuanya. Aku juga menekankan agar anak-anak makan dan bermain secara
teratur, harus ada pembagian waktu yang tepat untuk studi, bhajan, meditasi,
dan sebagainya. Aku juga menyarankan beberapa kegiatan pelayanan seperti
merawat orang sakit, dan sebagainya. Aku mencela percakapan dangkal yang tidak
ada gunanya, cara hidup yang mewah, kebiasaan yang merusak, ketagihan menonton
film, membawa komik-komik horor, bersurat-suratan dengan sahabat pena, pakaian
yang aneh-aneh, potongan rambut (yang ganjil) gaya luar negeri untuk menarik
perhatian, dan sebagainya. Hal-hal semacam ini lambat laun akan menyeret kaum
muda menuju jalan yang tidak benar dan tidak bermoral.
Ceritakan pada anak-anak
hal-hal yang tidak dapat mereka pelajari atau mereka amati sendiri, misalnya
cerita-cerita dari Bhagawata, Alkitab, kitab-kitab suci Buddhis, Zen Avesta,
dan Qur'an. Fakta bahwa kuda mempunyai empat kaki tidak perlu
diajarkan pada anak. Dalam sekejap pun mereka dapat mengetahuinya. Yang tidak
diketahui anak adalah cerita dan ayat-ayat yang mengandung ajaran kebudayaan.
Setiap anak mempunyai empat
hutang yang harus dibayarya, yaitu hormat pada ibu, hormat pada ayah, ketaatan
pada guru, dan bakti kepada Tuhan. Di samping itu setiap anak harus belajar
hiduprukun dan saling mengaisih dengan anak-anak serta keluarga lain. Gagasan
bahwa manusia dapat hidup untuk dirinya sendiri dan tidak perlu memikirkan
kebutuhan serta kelemahan orang lain, harus dilenyapkan sejak dini oleh orang
tua dan para guru. Doronglah anak-anak agar senang berada bersama dengan orang
lain. Mereka akan menikmati hal ini dan engkau akan menaburkan benih-benih
kedamaian sosial. Benih itu akan tumbuh menjadi kedamaian dan kebahagiaan
universal.
Film,
buku, musik, dan tingkah laku orang-orang yang lebih tua meresahkan dan
merangsang pikiran serta perasaan kaum muda sehingga mereka terbawa untuk
memperturutkan nafsu. Orang tua harus menjaga agar anak yang lugu, sederhana,
dan tulus, tidak tumbuh menjadi orang dewasa yang kejam dan tidak berperasaan.
Ajaklah
anak-anak merenungkan keindahan serta kebesaran ciptaan Tuhan dan dipenuhi dengan
misteri serta rasa takjub.
Cara
hidup yang luhur harus ditempuh sejak masa kanak-kanak, hal itu tidak dapat
dimulai pada usia yang lanjut.
Anak
harus belajar jujur dalam perkataan serta perbuatan dan menghindari kebiasaan
pengecut untuk berbohong. Kelak, anak laki-laki dan perempuan harus dapat
menguasai inderanya secara sadar, bukannya menjadi budak indra yang secara
otomatis mengikuti nafsunya. Kepala keluarga harus mengikuti jadwal upacara dan
doa yang ditentukan bagi mereka; mereka harus mengawasi tingkah laku dan tindak
tanduk anggota keluarganya; mereka harus menyambut tamu dengan ramah tamah, dan
beramal kepada orang-orang miskin. Mereka juga harus membekali putra-putrinya
dengan latihan sedemikian rupa sehingga mereka dapat memiliki ketenagan dan
keseimbangan bathin dalam segala keadaan. Karena kewajiban ini diabaikan selama
beberapa generasi maka pengaruh atheisme kini menjadi kuat.
Hidup
merupakan perjalanan. Anak-anak masih harus menempuh perjalanan yang jauh.
Karena itu pentinglah membekali mereka dengan ketrampilan, semangat, dan rasa
aman sehingga mereka dapat menempuh perjalanan itu dengan bahagia. Anak-anak
meiliki hati yang murni, baik, dan merangkup semuanya. Orang-orang dewasa harus
bertingkah laku sedemikian rupa sehingga mereka tidak mencemari hati anak-anak
atau membuat mereka berpandangan sempit serta pendendam. Dengan bakti sosial
yang intensif anak-anak harus dibantu agar memiliki hati yang lapang dan
lembut.
Anak-anak
harus belajar menggunakan uang dengan hati-hati dan tidak boros. Anak-anak juga
harus mempelajari serta menerapkan sopan santun baik di dalam maupun di luar
rumah dan berhati-hati agar selalu bertingkah laku sebagaimana mestinya.
Tanaman
muda dapat dibantu agar tumbuh lurus, tetapi setelah menjadi pohon,
pertumbuhannya tidak dapat diatur.
Bantulah
anak-anak menyadari bahwa doa itu bersifat universal dan doa dalam bahasa apa
saja yang ditujukan kepada nama Tuhan yang berbeda-beda akan mencapai satu
Tuhan Yang Maha Esa. Bantulah mereka memahami bahwa manusia dapat berseru
memanggil Tuhan melalui suatu gambar atau patung suci untuk memenuhi
keinginannya yang tulus, asalkan keinginan itu bermanfaat bagi orang lain
maupun bagi dirinya sendiri. Kasih dapat menyatukan anak-anak karena mereka
belum belajar membenci.
Jangan
mengajarkan atau menanamkan gagasan yang muluk-muluk atau terlalu besar pada
anak-anak. Ajarlah mereka gagasan kecil yang praktis dan perilaku yang
sederhana dengan teladanmu sendiri dan dengan penjelasan yang penuh kasih.
Sifat
mementingkan diri sendiri, iri hati, dan kesombongan yang egois merupakan tiga
kecenderungan serta sikap yang tidak boleh dibiarkan berakar dalam hati
anak-anak yang lembut.
Anak-anak
adalah tanaman yang tumbuh di ladang untuk menghasilkan panen yang akan
menopang kehidupan bangsa. Mereka merupakan tiang yang menyangga landasan
pembangunan masa depan bangsa. Mereka adalah akan pohon kebangsaan yang harus
memberikan buah kerja, puja, dan kebijaksanaannya kepada generasi mendatang.
Orang-orang
tua hanya akan menempuh perjalanan yang pendek, kemudian mereka harus
meninggalkan kendaraannya. Tetapi ingatlah, anak-anak masih akan menempuh
perjalanan yang panjang dan mereka akan membawa serta bangsanya menuju
kehancuran atau kemajuan! (Sathya Sai Baba)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar