Sabtu, 30 Maret 2013

Sai Parenting (Menjadi orang tua yang ideal)




Rumah gadang luas yang disebut Sanathana Dharma "Kebenaran Abadi" ditegakkan oleh para resi jaman dahulu agar generasi mendatang dapat menempuh hidup yang damai dan sejahtera, tetapi karena disia-siakan oleh ahli warisnya, rumah gadang itu terlantar dan tidak dapat dihuni! Kedamaian dan suka cita yang diharapkan para resi bagi generasi mendatang telah lenyap dari wajah mereka. Seri kedamaian dan keriangan itu kini hanya tampak pada wajah anak kecil. Bila mereka tumbuh dewasa, suka cita itu berubah menjadi kesedihan, dan kedamaian lenyap menjadi kecemasan. Orang-orang dewasa telah kehilangan kemampuan untuk mendapatkan kembali serta mempertahankan kegembiraan dan kedamaian batinnya.

Anak-anak merupakan pesemaian yang manis memikat hati dan penuh harapan. Dengan asuhan yang bijaksana dan cinta kasih yang terarah, mereka dapat dikembangkan menjadi warga masyarakat yang ideal. Kemudian mereka dapat memahami, menghargai dan melaksanakan disiplin keras yang ditetapkan oleh sanathana dharma "kebenaran abadi" untuk mencapai pengetahuan diri sejati. Tahun-tahun awal kehidupan ini penting sekali dan merupakan masa yang paling menentukan, karena itu ibu dan ayah harus berbagi tanggung jawab untuk mengasuh dan memberikan pendidikan yang baik. Ketrampilan, sikap, prasangka dan emosi-emosi yang membentuk masa depan atau merusak hidup selanjutnya, terbentuk dalam landasan karakter anak pada tahun-tahun penting yang menentukan itu. Orang tua harus meletakkan landasan yang kuat dan benar. Tetapi perlengkapan apa yang dimiliki orang tua untuk melaksanakan kewajiban ini? Mereka tidak memiliki pengetahuan yang mendalam mengenai kebudayaan mereka sendiri; mereka tidak menyakini nilai-nilai kebudayaannya; mereka tidak melakukan latihan rohani; mereka tidak memiliki ketentraman bathin. Anak-anak harus tumbuh dalam suasana hormat, bakti, saling menolong, dan kerja sama. Mereka harus diajar agar menghormati orang tua, para guru, dan orang yang lebih tua. Kini mereka hanya mempelajari berbagai pepatah dari buku tanpa keinginan yang tulus untuk melaksanakannya.


Bahkan sebagai bocah pun anak-anak harus menyadari betapa mengagungkan ciptaan Tuhan, dan yang paling menakjubkan justru diri mereka sendiri. Mereka dapat memahami dengan baik bahwa mereka bukan hanya kumpulan dua tangan, dua kaki, kepala, dan perut. Mereka dapat membayangkan bahwa dalam dirinya ada suatu kekuatan yang mengarahkan segala kegiatan mereka. Dengan menyanyikan kemuliaan Tuhan dan mendengarkan cerita tentang Tuhan, para guru dan orang tua dapat menanamkan kebenaran yang luhur ini dalam diri anak-anak.
Pelajarilah A B C D pada abjad kehidupanmu sendiri, kemudian engkau akan dapat membimbing anak-anakmu, mempelajari abjad kehidupan mereka. Jangan menertawakan anak-anakmu jika mereka ingin mengunjungi tempat ibadat atau orang suci. Berilah mereka semangat untuk menyanyikan nama Tuhan dan menghadiri acara meditasi, dan engkau sendiri juga harus menghadiri acara itu. Buanglah anggapan yang keliru bahwa kegiatan rohani ini dapat ditangguhkan hingga hari tua. Saat ini adalah waktu yang paling tepat bagi setiap orang, tidak ada saat yang terlalu awal. Tegurlah yang salah dan pujilah yang benar begitu engkau melihatnya pada anak-anakmu, itu akan menempatkan mereka di jalan yang lurus. Tidak sedikit orang tua yang memiliki kebiasaan buruk sehingga bertingkah laku tidak benar di hadapan anak-anaknya. Mereka minum-minuman keras, berjudi, dan berbohong di depan anak-anak sehingga meracuni hati bocah yang lembut, bagaimana mereka dapat membimbing anak-anaknya di jalan yang benar? Orang tua semacam itu harus dibujuk agar memperbaiki tingkah lakunya dan menjadi teladan yang menimbulkan inspirasi bagi anak-anak, bukannya menjadi musuh dan penghambat.

Jangan membebani otak anak kecil dengan berbagai hal yang tidak berguna, aneka informasi yang tidak akan pernah dapat digunakan, dan fakta-fakta yang menyimpangkan kebenaran. Janganlah menanamkan kebencian atau rasa tidak senang pada golongan, kasta, kepercayaan, atau aliran apapun juga dalam hati anak yang masih murni. Biasakanlah anak-anak berdoa setiap hari bila mereka bangun tidur dan bila akan istirahat pada malam hari. Engkau sendiri juga harus melakukan hal itu. Engkau akan mendapati bahwa kebiasaan berdoa ini akan memberimu ketenangan dan kepuasan bathin. Engkau bekerja keras demi anak-anak; engkau menabung agar mereka terjamin dan hidup tanpa rasa khawatir; engkau mengorbankan kesenanganmu agar mereka dapat melewatkan hidupnya dengan senang. Niat itu dapat dibenarkan, tetapi kesenangan bukanlah segala-galanya. Apakah engkau menerapkan sikap persaudaraan, toleransi, keseimbangan bathin, ketenangan, amal, dan belas kasihan? Semua kebajikan ini merupakan perisai yang melindungi pikiran dan perasaanmu dari anak panah penderitaan dan kesedihan. Pertama-tama orang tua, kemudian para guru, setelah itu teman bermain serta sahabat, dan terakhir adalah para pemimpin yang menjadi panutan jutaan orang; mereka semua harus terus menerus mawas diri apakah mereka merupakan teladan yang patut dicontoh oleh anak-anak di negerinya. Orang-orang ini membentuk watak anak dan karena itu membentuk masa depan negara.

Orang tua harus memberi semangat anak-anaknya bila mereka memperlihatkan minat pada kemajuan rohani dan ingin mempelajari buku-buku spiritual; orang tua juga harus memberi teladan yang baik kepada mereka. Anak-anak harus diberi segala fasilitas untuk mengembangkan berbagai kemampuan suci yang ada dalam dirinya. Orang tua harus merasa bangga mereka adalah abdi yang ditunjuk Tuhan untuk mengasuh jiwa-jiwa murni yang lahir dalam keluarga mereka; seperti tukang kebun merawat pepohonan kebun majikannya. Mereka harus membangkitkan berbagai kebaikan yang terpendam dalam hati anak-anak ini dengan menceritakan kisah orang-orang suci dan kaum bijak masa lalu. Mereka harus menjaga agar rasa takut tidak berkembang dalam diri anak dan membuatnya menjadi pengecut yang takut menempuh jalan lurus.
Dalam hati anak-anak yang lembut terdapat potensi bakti yang besar dan rasa cinta pada cita-cita serta tujuan yang luhur. Potensi ini dapat kau kembangkan dan kau tingkatkan. Jangan beranggapan bahwa anak-anak itu tidak tahu apa-apa, bahwa engkau dapat mengarahkannya kemana saja sesuka hatimu, ini keliru. Kenalilah potensi besar yang terpendam dalam diri anak, ambillah cara-cara yang disarankan atau diperlihatkan (secara tidak langsung) oleh anak itu sendiri. Bantulah anak mencapai kesucian dan menyadari tujuan hidupnya yang luhur. Jangan menganggap anak sebagai pribadi yang lebih rendah atau bahwa ia tidak mampu mencapai tujuan yang tinggi itu.

Cara hidup tradisional sekarang dengan cepat dikesampingkan dan diganti dengan cara berpakaian, berbicara, dan penampilan yang tidak pantas. Anak-anak harus diajar memandang hal ini dengan rasa muak, mereka harus mengetahui bahwa cara hidup semacam itu keliru dan tidak patut. Dewasa ini gedung-gedung bioskop memasang berbagai poster, film yang gambarnya tidak senonoh di sepanjang jalan untuk menarik penggemar. Diam-diam dan secara tidak kelihatan hal ini mencemari karakter. Anak-anak harus membuat orang dewasa merasa malu bila mereka membiarkan poster yang tidak senonoh dan merusak itu dipasang untuk masyarakat umum. Mereka harus menggugah orang-orang dewasa agar merasa malu karena nilai-nilai kemanusiaan direndahkan. Bila ideal ini tidak kita tanamkan dalam diri anak-anak, martabat masyarakat akan merosot. Bagaimana engkau dapat membiarkan gambar-gambar yang tidak senonoh ini, gambar yang mempublikasikan film-film cabul dengan pakaian yang tidak sopan dan tingkah laku serta penampilan yang tidak tahu malu. Lakukan apa saja yang dapat kau perbuat untuk memberantas kebusukan ini. Latihlah anak-anak melenyapkan noda ini.

Menjadi ibu merupakan anugerah yang paling berharga dari Tuhan. Para ibu adalah pembentuk keberuntungan atau kemalangan suatu bangsa karena merekalah yang membentuk tulang punggung bangsa itu. Tulang punggung itu dikuatkan dengan dua pelajaran yang harus mereka berikan, yaitu rasa takut pada dosa dan rasa cinta pada kebajikan. Kedua hal ini dilandaskan pada kepercayaan kepada Tuhan yang merupakan penggerak batin segala makhluk. Bila engkau ingin mengetahui kemajuan suatu bangsa pelajarilah kaum ibunya; apakah mereka bebas dari rasa takut dan khawatir, apakah mereka penuh kasih kepada semuanya, apakah mereka terlatih dalam ketabahan dan kebajikan? Bila engkau ingin mengetahui kemuliaan suatu kebudayaan perhatikanlah bagaimana kaum ibunya mengayun buaian bayi, memberi makan, mangajar, dan membelai bayinya. Sebagaimana kemajuan kaum ibunya, demikian pula kemajuan bangsa itu, dan sebagaimana kemanisan kaum ibunya, demikian pula keindahan kebudayaan itu.

Sang ibu harus mendidik sendiri anak-anaknya pada tahun-tahun awal. Bila anak diserahkan kepada pembantu atau pengasuh, mereka akan mencontoh kebiasaan itu dan cara berbicara pembantunya itu. Mereka akan menangis bila si pembantu meninggal, bukan bila ibunya meninggal, karena mereka lebih mencintai pembantu itu daripada sang ibu yang telah mencampakkannya kepada orang lain sebagai gangguan yang merepotkan. Sang ibu harus menyiapkannya sendiri makanan buat keluarganya karena makanan yang disiapkan dengan penuh kasih dan dihidangkan sambil tersenyum lebih bermanfaat dan menguatkan daripada makanan yang dimasak oleh koki upahan dan disajikan sambil bersungut-sungut oleh pembantu yang keras kepala.

Kaum ibu harus memikul tanggung jawab ini dan tidak melemparkannya kepada pengasuh. Tentu saja pengasuh mungkin rajin dan tulus. Aku tidak mengecam mereka. Tetapi anak yang dibesarkan oleh pengasuh kehilangan pupuk yang penting untuk pertumbuhannya, yaitu kasih. Rumah yang seharusnya merupakan tempat anak menghirup keharuman kasih, kini telah kehilangan suasana sucinya. Seharusnya rumah tangga adalah tempat orang tua, kakak, adik, sanak keluarga, majikan dan pembantu hidup bersama sebagai satu keluarga dan masing-masing mengenal baik harapan maupun keinginan yang lain sehingga masing-masing lebih menghormati serta mencintai yang lain. Tetapi hal seperti ini kini lenyap dengan cepatnya.

Ibu merupakan seseorang yang disayangi dan dihormati. Ia adalah ratu rumah tangga, guru yang pertama bagi anak-anaknya, seseorang yang dengan kasih sayang menyampaikan kebudayaan negeri ini kepada keturunannya pada saat mereka masih kecil dan mudah dibentuk. Ibu dan ayah adalah contoh pertama prilaku sosial yang dilihat dan ditiru anak. Merekalah yang mengajarkan kasih, bakti kepada Tuhan, serta pasrah diri kepada Yang Maha Kuasa. Mereka menampilkan keseimbangan batin serta kasih. Anak-anak memperhatikan mereka dan dengan mudahnya menerima serta mengikuti contoh mereka. Karena itu, minat orang tua harus dibangkitkan agar mereka ikut berperan dalam membangun rohani. Toleransi dan kerendahan hati harus dipupuk dalam general muda yang sedang berkembang dengan membina disiplin kerohanian di antara para ibu. Kaum ibu bagaikan ibu bumi yang menumbuhkan benih dan memeliharanya menjadi tanaman muda serta pohon yang kuat tegap. Tanah yang asing menghambat pertumbuhan dan merusak tanaman. Setiap orang mempunyai ibu yang merupakan asal badan dan kehidupannya. Karena itu ibu harus memiliki fisik dan mental yang kuat, matang wataknya, berbudaya, disucikan oleh pikiran-pikiran yang luhur, dan dijiwai oleh kasih serta pengabdian. Ibu yang baik membentuk bunga bangsa yang baik. Kaum ibu harus menjadi teladan dalam ketidak terikatan, disiplin, serta bakti. Kegiatan mereka harus dilandaskan pada ketiga keutamaan ini. Kaum ibu harus mengetahui rahasia ketentraman ini. Kaum ibu harus mengetahui rahasia ketentraman hati, keheningan batin, keberanian spiritual, dan kepuasan batin yang merupakan harta terbesar. Ia harus seperti ibu dalam cerita yang dikisahkan oleh Vivekananda; ibu yang menasehati anaknya agar berseru memanggil Tuhan bila dalam perjalanan ke sekolah ia harus melewati hutan sendirian dan tanpa daya.
Kaum ibu memainkan peran yang penting dalam menumbuhkan kembali moral masyarakat. Mereka dapat menceritakan pada anak-anak berbagai kisah epik tentang pengorbanan dan kepahlawanan, mengenai orang-orang suci yang mencari Tuhan dan melihatnya di mana-mana dalam kebenaran, keindahan, serta kebajikan, mengenai pria dan wanita agung yang mendalami rahasia alam semesta dan hukum segala hukum yang mengatur alam mikro dan makro secara seimbang. Yesus Kristus berkata, "Biarlah anak-anak datang kepadaKu." Mereka memiliki rasa takjub, segar dan bebas; mereka mempunyai rasa ingin tahu yang lugu dan tulus; mereka menghormati pengetahuan dan kekuasaan. Ceritakanlah kepada mereka mengenai semua orang suci dan pengejawantahan Tuhan yang dapat mereka bayangkan dengan rasa kagum.

Hati anak-anak tidak ternoda oleh keinginan sensual. Orang tua, guru, teman-teman, dan orang-orang yang lebih tua merusak mereka dengan tingkah laku dan contoh yang buruk. Mereka menodai sifat anak yang murni. Kalau anak-anak dibiarkan tumbuh dalam suasana spritual yang baik, bila mereka diijinkan mendekatkan diri kepada Tuhan, mereka akan tumbuh menjadi orang baik, adil, rendah hati, dan murni, itu tidak berarti mereka akan menjadi lemah, (justru) mereka akan kuat (karena) dijiwai oleh kekuatan kebenaran. Mereka akan menjadi harta yang tidak ternilai bagi bangsa. Orang tua perlu berusaha terus-menerus dengan sabar. Tugas mereka amat penting bagi tanah airnya. Hati anak-anak itu murni, lembut, dan suci. Labu ular yang panjang akan tumbuh bengkak-bengkok bila dibiarkan saja. Karena itu tukang kebun mengikatkan sebuah batu diujungnya dan berat batu itu menarik buah labu sehingga tetap lurus walaupun tumbuh makin panjang. Pikiran dan perasaan anak serta para remaja juga dapat tumbuh menyimpang karena terpengaruh oleh film-film sensual, suasana munafik yang diciptakan oleh orang-orang yang lebih tua, bujukan kehidupan yang gemerlap dan mempesona tetapi tidak bernilai, serta keinginan yang keliru untuk bertualang dan memperoleh kemashyuran. Karena itu, orang tua harus mengikatkan batu disiplin agar mereka dapat tumbuh lurus dan benar. Suasana harus diisi dengan kerohanian sehingga secara otomatis anak-anak akan mematuhi disiplin dengan sepenuh hati. Disiplin semacam itu akan membentuk pemimpin bangsa yang baik. Tidak seperti para pemimpin generasi sekarang ini, para pemimpin (yang berdisiplin) itu akan dapat memberi inspirasi dan membimbing rakyat di jalan yang benar. Mereka juga harus menjadi pengikut yang baik; prajurit yang baik akan menjadi jendral yang baik. Kaum muda yang mempelajari dan menerapkan kedamaian ini akan menjadi tiang penopang kedamaian. Mereka akan menjadi tokoh yang memperjuangkan dan mempertahankan kedamaian.

Aturlah kebiasaan makan anak-anak. Sedikit banyak makanan mempengaruhi kesehatan, kecerdasan, emosi, dan dorongan dalam diri manusia. Batasilah kualitas dan kuantitas makanan, waktu makan, serta keseringannya. Rekreasi pun harus membantu meluhurkan budi pekerti dan dilakukan bersama teman-teman yang baik dan saleh. Ceritakan pada anak-anak bebagai kisah yang membuat mereka benar-benar muak melihat hal yang buruk, hiburan yang tidak baik, perbuatan yang tidak baik, dan kebiasaan yang tidak baik. Ajarlah anak-anak agar melupakan kejahatan yang dilakukan orang lain kepadanya dan kebaikan yang mereka perbuat kepada orang lain. Usahakan agar mereka melakukan tugas-tugas yang positif, dengan demikian sikap yang negatif akan lenyap. Kebiasaan yang baik akan menghapus kebiasaan yang buruk. Harus ada disiplin dan otoritas bagi anak-anak, tetapi diterapkan dengan kasih. Tanpa suatu pembatasan dan penerapan wibawa kekuasaan (untuk menekankan hal yang baik pada pikiran dan perasaan anak yang enggan menerimannya) tidak akan ada kemajuan yang dapat dicapai. Bila anak akan dibiasakan pada suatu makanan tertentu, ia harus dibujuk agar memakannya walaupun enggan. Orang yang sakit harus ditegur bila ia menolak obat yang dapat menyembuhkannya. Bahkan engkau harus memaksa dirimu sendiri melakukan latihan rohani secara rutin dengan disiplin yang keras.

Selama berabad-abad sejarah telah membuktikan bahwa wanita memiliki keberanian, pandangan, dan kecerdasan yang diperlukan untuk menyelami pengetahuan dan disiplin kerohanian. Wanita adalah pendamping suami dalam memenuhi kewajiban dan hak bagi orang yang mendekat serta menempuh hidup berumah tangga. Tidak cukuplah bila anggaran rumah tangga seimbang, seorang istri dan ibu harus mengetahui seninya pandangan hidup yang seimbang yang tidak terpengaruh oleh keberhasilan dan kesulitan, untung atau rugi, kemenangan atau kekalahan. Keseimbangan ini hanya dapat diperoleh dengan menaruh kepercayaan dan keyakinan kepada Tuhan yang bersemayam dalam diri kita. Ada satu disiplin yang harus kau perhatikan, yaitu pengendalian indra. Bila kau bebaskan indramu tanpa kendali, mereka akan menjerumuskan engkau ke dalam bencana. Belajarlah bermeditasi agar indramu dapat dikendalikan dan kehendakmu dapat kau arahkan ke dalam batin untuk menguasai perasaan dan emosi. Suatu bangsa yang sensualitasnya tidak terkendali tidak akan dapat tumbuh dengan subur atau bertahan hidup.

Mantapkanlah kedudukan ibu dalam rumah tangga sebagai penegak cita-cita spiritual dan karena itu merupakan pembimbing bagi anak-anaknya. Setiap ibu harus melakukan usaha ini ....... mengembangkan dan secara mantap mewujudkan kesadaran Tuhan yang terpendam dalam diri setiap anak. Anak-anak adalah tanaman yang diusahakan diladang agar menghasilkan panen yang menopang kehidupang bangsa. Mereka adalah tiang-tiang yang menyangga landasan masa depan bangsa. Mereka adalah akar pohon kebangsaan yang harus memberikan buah kerja, hujan, dan kebijaksanaannya bagi generasi mendatang.
Bagaimanakah rumah yang membuat orang kerasan? Apa bedanya dengan rumah biasa? Rumah yang membuat penghuninya kerasan penuh dengan cinta kasih, dengan pengorbanan yang menyertai kasih, suka-cita yang dipancarkan kasih, dan ketentraman yang ditimbulkan oleh kasih. Bangunan dari bata dan semen tempat tinggal orang tua dan anak-anak belum tentu merupakan rumah tangga yang membahagiakan, (mungkin) anak-anak tidak merindukannya dan orang tua tidak menemukan kedamaian di dalamnya. Banyak wanita terpelajar telah mengubah rumahnya menjadi hotel dengan koki, pembantu, jongos, guru privat, pelayan, dan sopir yang memenuhi rumah sehingga hiruk pikuk dan kacau. Nyonya rumah hanya seperti boneka gemerlapan yang kerjanya keluar masuk kamar-kamar. Ia seperti beban yang menggantung dileher suaminya. Ia memerintah dan menguasai suaminya sehingga pria itu kebingungan. Ia sendiri menyibukkan dirinya dengan menghamburkan uang, berbelanja membeli berbagai barang memperturutkan keinginannya yang tidak terkendali untuk mengikuti gaya hidup atau mode yang sedang populer dalam lingkungannya. Ia membuang-buang waktu dengan bermalas-malasan dan mengobati dirinya untuk berbagai penyakit yang dikhayalkannya. Ia menjadi beban bagi suami dan anak-anaknya.

Ruang doa harus menjadi pusat setiap rumah tangga. Keharuman bunga dan dupa yang memancar dari situ harus meliputi rumah dan menyucikannya. Ibu rumah tangga harus memberi contoh sehingga seluruh anggota keluarga merasa bahwa altar adalah jantung keluarga. Ia harus menerapkan disiplin pada anak-anaknya dalam hal kebersihan diri, kerendahan hati, dan keramahan kepada tamu, dalam tata krama dan kegiatan pelayanan. Ia harus menghimbau anak-anaknya dengan teladan dan ajaran agar menghormati orang-orang yang lebih tua dan meluangkan waktu pada pagi dan sore hari untuk berdoa serta bermeditasi. Ruang doa harus dipelihara kebersihannya dan dijaga kesuciannya. Hari perayaan keagamaan harus diikuti agar maknanya dapat terkesan dalam pikiran dan perasaan anak-anak. Walau sang suami sangat mementingkan diri sendiri dan takabur, dengan kehidupan rumah tangga yang diselenggarakan secara teratur dan pemujaan Tuhan sebagai intinya, ia akan dapat disadarkan bahwa rumah tangga yang berpusat pada Tuhan adalah rumah tangga yang tentram dan membawa suka cita. Kemudian sang suami pun akan segera ikut serta dan menjadi penegak serta pengukuh keyakinan yang teguh.
Rumah tangga adalah tempat ibadah dan setiap anggota keluarga adalah tempat ibadat yang hidup. Dalam rumah tangga itulah keluarga dibina dan dipelihara. Sang ibu adalah pendeta utama di tempat ibadat ini. Kerendahan hati adalah dupa dan keharumannya memenuhi seluruh rumah itu. Rasa hormat adalah pelita yang dinyalakan dengan kasih sebagai minyaknya dan iman sebagai sumbunya. Lewatkanlah hidupmu dengan mengabdikannya untuk berbakti dalam rumah tangga semacam itu.

Rumah tangga yang bahagia merupakan sel-sel utama yang membentuk organisme nasional. Rumah tangga semacam itu menjamin dunia yang bahagia. Umat manusia adalah satu keluarga besar dan bila salah satu unitnya berjuang dalam penderitaan, bagaimana yang lain dapat selamat atau merasa puas?
Keluarga sangat penting untuk mengembangkan kepribadian manusia. Bagaimana bayi yang tidak berdaya dapat tumbuh, belajar, berbicara dan berkembang tanpa suatu rumah tannga?
Reputasi seluruh keluarga dan bahkan seluruh bangsa tergantung pada wanita. Binalah hubungan kasih diantara seluruh anggota keluargamu. Usahakan agar keluarga menjadi pusat kehidupan yang harmonis, pengertian yang penuh simpati, dan saling mempercayai. Tugas suci manusiaa adalah selalu menyadari bahwa Tuhan bersemayam dalam setiap makhluk hidup.

Rumah tempat anak-anak tumbuh harus bersih dan suasananya harus bebas dari kebencian, iri hati, ketamakan, kedengkian, serta kemunafikan. Makanan yang dimakan anak-anak harus satwik dan murni. Pikiran dan perasaan anak antara usia dua sampai lima tahun sangat dipengaruhi oleh tingkah laku orang-orang yang terdekat dengannya, karena itu orang tua harus berhati-hati agar memberikan teladan yang baik.
Selama berabad-abad kaum wanita telah menjadi kubu pertahanan bagi kebudayaan bangsa dan penjaga kekayaan spritual negerinya, tetapi kini dengan cepatnya mereka menyerah mengikuti daya tarik budaya pesolek sebagaimana tampak dalam cara hidup dan tingkah laku sosial banyak wanita yang terpelajar. Ini merupakan akibat sistem pendidikan yang dibuat-buat dan hampa, juga disebabkan oleh pengaruh bacaan murah serta film-film yang tidak bermutu. Wanita adalah guru generasi mendatang; mereka merupakan guru generasi itu selama lima tahun yang pertama yang dihadapi anak.

Sekarang pendidikan yang diberikan di sekolah-sekolah khusus untuk anak perempuan dan perguruan tinggi bagi wanita hanya menolong mereka agar menjadi istri yang disenangi, bukan untuk menjadi ibu yang ideal. Peran ibu yang merupakan peran alamiah dan tidak dapat dihindari, kini diabaikan, sedangkan peran tambahan yang tampak gemerlapan tapi hanya sementara, justru dipentingkan.

Hanya ayah yang membimbing putranya kepada Tuhan layak dihormati sebagai ayah. Ayah yang membawa putranya ke dalam pusaran kesenangan indra, kawah nafsu jasmani, dan kubangan lumpur kesombongan serta kemegahan tidak menyadari kewajiban serta tanggung jawabnya.

Orang-orang dewasa harus memikirkan bagaimana caranya menjadi contoh yang terbaik bagi muda-mudi yang mereka bina, kaum muda yang mengharapkan bimbingan mereka dan menganggap mereka sebagai pahlawan. Mereka harus melakukan suatu disiplin kerohanian seperti mengulang-ulang nama Tuhan dan bermeditasi. Mereka harus memperlihatkan semangat dan kepuasan bathin dalam melaksanakan disiplin rohani itu. Mereka harus berani dan tabah bila menghadapi bencana dan menganggap hal yang baik maupun buruk sebagai anugerah Tuhan. Hanya dengan demikianlah anak-anak yang mereka asuh dapat belajar menempuh hidup yang bahagia dan tentram. Orang tua harus memperbaiki diri mereka sendiri demi anak-anak mereka. Teladan lebih berguna daripada nasehat. Bila orang tua tidak memiliki hormat bakti kepada Tuhan, bila gambar-gambar Stalin, Hitler, Churchill, dan Lenin menghiasi dinding rumah, bila anak harus bernafas dalam suasana skandal, pertikaian dan keserakahan, bagaimana ia dapat tumbuh menjadi pribadi yang bahagia, sehat, dan seimbang? Anak-anak diajak menonton film yang penuh adegan kekerasan, kebohongan, tipu muslihat, dan persekongkolan licik yang merusak sumber simpati serta kasih dalam hati mereka. Anak laki-laki dan perempuan memuja bintang-bintang film sebagai idola dan panutan; mereka belajar dari film-film, komik cerita-cerita horor, dan buku-buku kriminal secara mendalam dan berbahaya. Tidak ada nilai-nilai kemanusiaan yang ditanamkan pada mereka pada masa kanak-kanak. Mereka hanyut terbawa arus keduniawian yang remeh dan tidak berarti.

Tidak sedikit orang tua merasa bangga bila anak-anak mereka ikut main kartu atau bahkan ikut minum-minuman keras dan berjudi bersama mereka. Ada orang tua yang marah bila anak-anak mereka membaca buku-buku spiritual, mengikuti upacara di tempat ibadat dan duduk hening selama beberapa menit. Bagaimana orang tua semacam itu dapat menyatakan bahwa mereka mengharapkan hal yang terbaik bagi keturunannya? Mereka justru musuh terbesar yang menghambat kemajuan anak-anaknya. Mereka tidak melengkapi anak-anaknya dengan tameng yang akan menyelamatkan si anak dalam kekalutan dan kesulitan hidup. Mereka bekerja keras agar dapat mewariskan kekayaan bagi anak-anaknya, tetapi mereka tidak mengajarkan pengertian mengenai nilai-nilai yang baik agar anak-anak itu mengerti bahwa kekayaan duniawi itu sangat kecil nilainya. (Tanpa pengertian mengenai nilai-nilai yang baik, anak-anak tidak mengetahui) bagaimana cara yang terbaik untuk menggunakan kekayaan itu bagi kemajuan yang sesungguhnya. Anak-anak harus diajar agar hidup seperti bunga teratai di danau dunia material, berada di air, tetapi tidak terpengaruh olehnya. Bunga teratai tidak dapat hidup di luar air, tetapi mereka tidak membiarkan air menggenangi atau masuk ke dalam dirinya. Beradalah di dunia, tetapi jagalah agar pengaruh duniawi tidak memasuki dirimu. Itulah rahasia hidup sukses yang tidak diajarkan oleh orang tua kepada anak-anaknya.

Anak-anak harus tumbuh dalam kesadaran persaudaraan umat manusia dengan Tuhan sebagai Bapak semuanya. Bila orang tua tidak membekali anak-anak dengan suasanan dan ajaran ini, sebenarnya mereka mengabaikan hal yang merupakan hak si anak. Menaruh kepercayaan kepada manusia mencakup kepercayaan kepada Tuhan, kepercayaan kepada Tuhan menimbulkan kepercayaan kepada manusia. Manusia tanpa iman dapat diibaratkan dengan tanaman tanpa akar, ia akan kering dan layu dengan cepatnya. (Iman itu adalah) kepercayaan kepada Tuhan yang bersemayam dalam dirinya, yang membuat ia berkata, "Saya.... saya.... saya," bila menyebut bisikan dalam dirinya yang membuatnya berbicara, bertindak, dan melakukan sesuatu. Kepercayaan kepada Tuhan adalah makanan yang menumbuhkan kasih, keberanian, kepuasan bathin, dan suka cita. Dengan mudahnya anak-anak dapat diajar agar menyadari aku (atau diri sejati) yang mengenakan tubuh sebagai pakaiannya. Bila anak-anak mengetahui bahwa warna kulit dan kasta hanyalah pakaian atau selubung yang tidak mempengaruhi kenyataan diri sejati, mereka akan tumbuh dalam suasana kerja sama dan saling mengasihi dengan semua manusia dari manca negara.

Tentu saja keluarga tempat anak-anak tumbuh dan dibesarkan harus merupakan sekolah pertama yang mengajarkan nilai doa, kerendahan hati, dan pelayanan yang penuh kasih kepada orang (atau makhluk) lain. Orang tua harus dijiwai keyakinan pada kebenaran asasi kepercayaan universal ini. Anak-anak harus melihat orang tuanya berdoa di depan altar keluarga, bermeditasi dengan hening, memaafkan kesalahan-kesalahan orang lain, bersimpati pada mereka yang sedih dan sakit. Anak-anak tidak boleh melihat orang tuanya cemas, merasa tidak berdaya, tidak puas dan sedih seakan-akan tidak ada Tuhan yang akan menopang dan menolongnya, atau tidak ada sumber kekuatan bathin dan keberanian untuk bertumpu.

Teman-teman yang didapat anak di sekolah dan di sekitar tempat tinggalnya tetap mempunyai pengaruh yang bermanfaat atau merusak bagi pertumbuhannya. Komik, cerita horor, terorisme, film tembak-tembakan dan poster-poster bioskop yang merendahkan martabat manusia ke taraf binatang; semua ini menyeret calon pahlawan menjadi punakawan. Si anak belajar mendewa-dewakan uang dan hal-hal yang dapat dibeli dengan uang; ia akan mengagumi kekejaman dan kelicikan, bukannya simpati dan kasih.
Sama sekali tidak ada anak yang jahat, yang ada hanya anak yang salah asuh.
Tanamkan benih-benih kegembiraan, semangat, keselarasan, penyesuaian, dan kasih pada waktu anak-anakmu masih kecil; itulah warisan paling berharga yang dapat kau berikan, asuransi paling berguna untuk menghadapi keputusasaan, kemurungan, kesedihan dan ketidakpuasan.
Orang tua harus berusaha agar anak-anak mempelajari berbagai kebiasaan dan sikap yang baik pada tahun-tahun pertumbuhan ini. Apa yang dibaca dari buku harus direnungkan, dipertimbangkan dalam ketenangan, dan dipikirkan baik-baik dalam keheningan, ini merupakan latihan yang sangat baik untuk perkembangan intelektual dan untuk mendapatkan ketenangan bathin. Naluri untuk bertengkar dan berkelahi bila ada kesalahpahaman harus dikendalikan dan dialihkan pada hal-hal yang lebih luhur. Jangan sampai anak-anak merasa senang menyakiti makhluk lain, juga jangan biarkan mereka menderita baik lahir maupun bathin. Mereka harus mempunyai rasa tanggun jawab. Mereka tidak boleh suka pamer dan memperlihatkan pakaian, perhiasan, kedudukan, atau kekayaannya pada anak-anak yang kurang beruntung. Mereka harus dibiasakan menjaga kebersihan diri dan yang lebih penting dari semuanya, mereka harus dibiasakan berdoa secara teratur pada waktu-waktu tertentu. Mereka harus didorong dan dilatih agar secara teratur tidur pada pukul 9 malam dan bangun pukul 5 pagi. Setelah membersihkan muka, mata, dan gosok gigi, ajaklah mereka berdoa atau bahkan bermeditasi. Jangan beranggapan bahwa masih ada waktu untuk berdoa kelak dalam senja kehidupan, mungkin bila telah lanjut usia. Sekaranglah saat yang paling tepat untuk membentuk kebiasaan yang baik.

Bila manusia menyadari bahwa Tuhan bersemayam dalam dirinya, setiap orang akan melakukan tugasnya sebagai bakthi dan pemujaan kepada Tuhan. Anak-anak harus menghormati orang tuanya, itu kewajiban mereka. Orang tua harus mengasuh dan mendidik anak-anaknya sehigga mereka menjadi warga masyarakat yang cerdas, bijak, berguna, dapat berdikari, dan menolong orang-orang yang menderita. Bila mereka melalaikan kewajiban ini, mereka lalai dan gagal dalam bakthi mereka. Orang tua juga tidak boleh merusak anak-anak dengan memberikan terlalu banyak kebebasan dan mengikuti segala keinginan mereka. Aku tahu banyak orang tua yang selalu memanjakan anak-anaknya dan merasa kagum bila anak-anak itu mempelajari kebiasaan buruk berjudi atau minum-minuman keras. Orang tua tidak mencegah bila anak-anak berkeliaran di pasar, menggoda dan mengganggu orang-orang yang lewat. Orang tua tidak menanamkan pada anak-anaknya sikap hormat terhadap harta milik orang lain. Akibatnya anak-anak itu mendapat kesulitan. Setelah itu barulah orang tua menyesal dan menyalahkan diri sendiri karena kebodohan mereka yang tidak dapat dimaafkan.

Orang tua juga mempunyai tanggung jawab lain. Mereka harus menempuh hidup yang murni dan sederhana sehingga gambaran hidup yang suci dan bahagia dapat tertanam dalam pikiran dan perasaan anak-anak. Bila orang tuanya pemabuk, penjudi, dan penipu, anak tidak akan dapat diperbaiki walau diberi kitab-kitab suci. Aku menyukai anak-anak dan remaja yang lugu. Aku tidak akan membiarkan mereka disalahkan. Kesalahan itu sepenuhnya terletak pada orang-orang dewasa, para orang tua, dan para pemimpin yang membentuk norma-norma yang diserap oleh anak-anak. Orang tua harus memberi pelajaran mengenai kasih, pengorbanan dan kepuasan bathin kepada anak-anaknya dengan bimbingan dan teladan.
Jangan memberi contoh yang buruk kepada anak-anakmu. Bila engkau jujur, adil, tetap tenang walau ada yang mencari gara-gara, dan penuh kasih dalam hubunganmu dengan orang-orang lain, anak-anakmu akan tumbuh dalam kebenaran, kebajikan, kedamaian, dan kasih. Bila engkau menyuruh anakmu mengatakan kepada orang lain bahwa engkau tidak ada di rumah sedangkan sesungguhnya engkau ada di rumah, engkau menanamkan benih beracun yang akan tumbuh menjadi pohon yang besar. Akan Ku ceritakan kepadamu suatu contoh yang menggambarkan bahwa kejadian awal yang tampaknya remeh dapat berbahaya. Ada seorang ibu yang memanggul anaknya di bahunya pada waktu ia berjalan ke pasar. Seorang wanita yang membawa sekeranjang buah-buahan lewat di dekatnya. Si anak mengambil sebuah pisang dari keranjang wanita itu lalu memakannya. Sang ibu melihatnya dan ketika bocah itu bercerita bahwa diam-diam ia mengambil pisang dari keranjang penjual buah yang lewat di dekatnya, ibu itu memuji kepintaran anaknya. Hal ini membuat si anak sering mencuri barang-barang kecil dan mencopet sementara ia tumbuh menjadi remaja dan kemudian menjadi perampok bersenjata setelah dewasa. Suatu kali pada waktu sedang merampok, ia melakukan pembunuhan. Ia ditangkap, dipenjara dan dijatuhi hukuman mati. Sebelum digantung ia menyatakan keinginannya untuk bertemu dengan ibunya. Sang ibu yang meratap dan menangis dengan rasa putus asa, diantar ke hadapannya. Wanita itu tersendu-sendu meratapi nasib anaknya. Lelaki itu meminta agar sang ibu datang ke dekatnya. Tiba-tiba ia berusaha mencekik wanita itu sehingga petugas keamanan harus memisahkan mereka. Si penjahat berkata, "Ia patut dihukum karena ialah yang menjerumuskan saya ke dalam bencana hukuman mati ini. Seandainya dulu ia menegur saya ketika saya mencuri pisang pada waktu berumur dua tahun, dan tidak memuji-muji saya, pastilah saya tidak akan terjerumus ke jalan kejahatan ini".

Banyak orang tua yang memberi contoh buruk; mereka berbohong, menfitnah orang lain, berjudi, minum-minuman keras, mengamuk, bertingkah laku garang dan bengis, menyakiti orang atau makhluk lain, ketagihan pada kelab malam, bioskop, dan pesta-pesta minuman keras, pulang lewat tengah malam lalu bertengkar. Bagaimana anak-anak yang terbiasa melihat dan mendengar hal-hal yang demikian rendah dapat belajar menjadi bunga yang harum dan cemerlang?
Hal yang terpenting, usahakanlah agar anak-anak memiliki watak yang kuat dan suci. Bantulah mereka memiliki rasa percaya diri dan keberanian sehingga dapat menjadi anak yang baik, jujur dan mandiri. Tidak cukuplah jika mereka sekedar mempelajari sesuatu untuk bekal hidup; cara hidup jauh lebih penting daripada standar hidup. Anak-anak juga harus mempunyai rasa hormat kepada agama, kebudayaan, prestasi pendidikan, dan tanah airnya.

Disiplin merupakan tanda kehidupan yang cerdas.
Orang tua tidak boleh membiarkan anak-anaknya terlepas dari pengawasan mereka dan berkeliaran tanpa tujuan (seperti kapal) tanpa kompas atau sauh. Banyak orang tua yang memelihara anak-anaknya dengan penuh kasih sayang, kemudian atas nama kebebasan membiarkan mereka mencari teman-teman dan kesenangan semaunya. Mereka mengajak anak-anak menonton film tanpa mempertimbangkan kesan buruk yang ditimbulkan film itu pada piiran dan perasaan yang lembut. Orang tua menjamu teman-teman anaknya, tetapi tidak menyelidiki riwayat kebiasaan mereka. Tidak sedikit orang tua yang mendorong anak-anaknya agar merokok atau minum-minuman keras tanpa menyadari bahwa suatu hari kelak mereka akan menyesali perbuatannya. Dengan sikap dan perbuatannya, orang tua semacam itu memperlihatkan bahwa mereka adalah musuh bagi keturunannya sendiri.

Aku senang pada anak-anak dan sangat memperhatikan mereka. Aku memberi nasehat-nasehat kepada mereka dan juga memberitahu kepada orang tua agar memberi nasehat yang baik kepada anak-anaknya pada saat yang tepat. Aku menekankan disiplin, anak-anak harus patuh dan hormat pada orang tuanya. Aku juga menekankan agar anak-anak makan dan bermain secara teratur, harus ada pembagian waktu yang tepat untuk studi, bhajan, meditasi, dan sebagainya. Aku juga menyarankan beberapa kegiatan pelayanan seperti merawat orang sakit, dan sebagainya. Aku mencela percakapan dangkal yang tidak ada gunanya, cara hidup yang mewah, kebiasaan yang merusak, ketagihan menonton film, membawa komik-komik horor, bersurat-suratan dengan sahabat pena, pakaian yang aneh-aneh, potongan rambut (yang ganjil) gaya luar negeri untuk menarik perhatian, dan sebagainya. Hal-hal semacam ini lambat laun akan menyeret kaum muda menuju jalan yang tidak benar dan tidak bermoral.

Ceritakan pada anak-anak hal-hal yang tidak dapat mereka pelajari atau mereka amati sendiri, misalnya cerita-cerita dari Bhagawata, Alkitab, kitab-kitab suci Buddhis, Zen Avesta, dan Qur'an. Fakta bahwa kuda mempunyai empat kaki tidak perlu diajarkan pada anak. Dalam sekejap pun mereka dapat mengetahuinya. Yang tidak diketahui anak adalah cerita dan ayat-ayat yang mengandung ajaran kebudayaan.
Setiap anak mempunyai empat hutang yang harus dibayarya, yaitu hormat pada ibu, hormat pada ayah, ketaatan pada guru, dan bakti kepada Tuhan. Di samping itu setiap anak harus belajar hiduprukun dan saling mengaisih dengan anak-anak serta keluarga lain. Gagasan bahwa manusia dapat hidup untuk dirinya sendiri dan tidak perlu memikirkan kebutuhan serta kelemahan orang lain, harus dilenyapkan sejak dini oleh orang tua dan para guru. Doronglah anak-anak agar senang berada bersama dengan orang lain. Mereka akan menikmati hal ini dan engkau akan menaburkan benih-benih kedamaian sosial. Benih itu akan tumbuh menjadi kedamaian dan kebahagiaan universal.

Film, buku, musik, dan tingkah laku orang-orang yang lebih tua meresahkan dan merangsang pikiran serta perasaan kaum muda sehingga mereka terbawa untuk memperturutkan nafsu. Orang tua harus menjaga agar anak yang lugu, sederhana, dan tulus, tidak tumbuh menjadi orang dewasa yang kejam dan tidak berperasaan.
Ajaklah anak-anak merenungkan keindahan serta kebesaran ciptaan Tuhan dan dipenuhi dengan misteri serta rasa takjub.
Cara hidup yang luhur harus ditempuh sejak masa kanak-kanak, hal itu tidak dapat dimulai pada usia yang lanjut.
Anak harus belajar jujur dalam perkataan serta perbuatan dan menghindari kebiasaan pengecut untuk berbohong. Kelak, anak laki-laki dan perempuan harus dapat menguasai inderanya secara sadar, bukannya menjadi budak indra yang secara otomatis mengikuti nafsunya. Kepala keluarga harus mengikuti jadwal upacara dan doa yang ditentukan bagi mereka; mereka harus mengawasi tingkah laku dan tindak tanduk anggota keluarganya; mereka harus menyambut tamu dengan ramah tamah, dan beramal kepada orang-orang miskin. Mereka juga harus membekali putra-putrinya dengan latihan sedemikian rupa sehingga mereka dapat memiliki ketenagan dan keseimbangan bathin dalam segala keadaan. Karena kewajiban ini diabaikan selama beberapa generasi maka pengaruh atheisme kini menjadi kuat.

Hidup merupakan perjalanan. Anak-anak masih harus menempuh perjalanan yang jauh. Karena itu pentinglah membekali mereka dengan ketrampilan, semangat, dan rasa aman sehingga mereka dapat menempuh perjalanan itu dengan bahagia. Anak-anak meiliki hati yang murni, baik, dan merangkup semuanya. Orang-orang dewasa harus bertingkah laku sedemikian rupa sehingga mereka tidak mencemari hati anak-anak atau membuat mereka berpandangan sempit serta pendendam. Dengan bakti sosial yang intensif anak-anak harus dibantu agar memiliki hati yang lapang dan lembut.
Anak-anak harus belajar menggunakan uang dengan hati-hati dan tidak boros. Anak-anak juga harus mempelajari serta menerapkan sopan santun baik di dalam maupun di luar rumah dan berhati-hati agar selalu bertingkah laku sebagaimana mestinya.

Tanaman muda dapat dibantu agar tumbuh lurus, tetapi setelah menjadi pohon, pertumbuhannya tidak dapat diatur.
Bantulah anak-anak menyadari bahwa doa itu bersifat universal dan doa dalam bahasa apa saja yang ditujukan kepada nama Tuhan yang berbeda-beda akan mencapai satu Tuhan Yang Maha Esa. Bantulah mereka memahami bahwa manusia dapat berseru memanggil Tuhan melalui suatu gambar atau patung suci untuk memenuhi keinginannya yang tulus, asalkan keinginan itu bermanfaat bagi orang lain maupun bagi dirinya sendiri. Kasih dapat menyatukan anak-anak karena mereka belum belajar membenci.
Jangan mengajarkan atau menanamkan gagasan yang muluk-muluk atau terlalu besar pada anak-anak. Ajarlah mereka gagasan kecil yang praktis dan perilaku yang sederhana dengan teladanmu sendiri dan dengan penjelasan yang penuh kasih.

Sifat mementingkan diri sendiri, iri hati, dan kesombongan yang egois merupakan tiga kecenderungan serta sikap yang tidak boleh dibiarkan berakar dalam hati anak-anak yang lembut.
Anak-anak adalah tanaman yang tumbuh di ladang untuk menghasilkan panen yang akan menopang kehidupan bangsa. Mereka merupakan tiang yang menyangga landasan pembangunan masa depan bangsa. Mereka adalah akan pohon kebangsaan yang harus memberikan buah kerja, puja, dan kebijaksanaannya kepada generasi mendatang.
Orang-orang tua hanya akan menempuh perjalanan yang pendek, kemudian mereka harus meninggalkan kendaraannya. Tetapi ingatlah, anak-anak masih akan menempuh perjalanan yang panjang dan mereka akan membawa serta bangsanya menuju kehancuran atau kemajuan! (Sathya Sai Baba)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar