Senin, 12 Desember 2011

Pengayoman PHDI terhadap kelompok Sai Baba



Pernyataan :
APAKAH KELOMPOK SAI BABA TERMASUK DALAM KEYAKINAN HINDU

Tanggapan : 
Kelompok Sai Study Group yang menempatkan Bhagavan Sri Sathya Sai Baba sebagai Sad Guru, adalah kelompok study yang mempelajari ajaran-ajaran beliau yang bersumber dari kitab suci Veda, dan Veda adalah merupakan kitab suci agama hindu. Di dalam kegiatan spiritualnya juga jelas pengidungan nama-nama suci Tuhan yang dicantumkan dalam susastra hindu seperti pemujaan kepada Sri Ganesha yang dibali dikenal sebagai Bhatara Gana, pemujaan kepada Trimurti (Brahma, Vishnu, dan Shiva), pemujaan kepada Tri dewi / Tri sakti (Durga,Laksmi,Sarasvati), pemujaan kepada Sri Rama ataupun Sri Krishna dalam berbagai nama suci dan kemuliaan beliau. Kelompok study ini juga melakukan kegiatan tirta yatra ataupun ritual agni hotra yang bernafaskan Hindu.

SSG sebagai salah satu dari kelompok spiritual yang ada, juga sangat jelas mendapat pengayoman dan pengakuan dari lembaga tinggi umat hindu (PHDI) dalam surat pernyataannya bernomor : 26/Perny/I/PHDIP/1994. yang mana dikuatkan juga oleh piagam penghargaan dari Departemen Agama RI, Dirjen bimas Hindu dan Budha atas  pengabdian kelompok Sai Study Group ini dalam ikut membantu peningkatan bidang sosial keagamaan di di negara Indonesia.

Rabu, 23 November 2011

Sai Baba ajaran HIndu ?



Pernyataan : 
KALAU MEMANG KELOMPOK SAI BABA ITU AGAMA HINDU, LALU KENAPA CARA SEMBAHYANGNYA BERBEDA. KIDUNG-KIDUNG SUCI DAN GAMELANNYA JUGA TIDAK MENCIRIKAN HINDU BALI.

Tanggapan :
Untuk dapat menyimpulkan bahwa suatu kelompok study spiritual itu bernafaskan hindu atau tidak, tentu tidak bisa dilihat hanya dari cara sembahyang, kidung suci yang dinyanyikan ataupun gamelan/instrument yang dipakai untuk mengiringi acara kebaktian dimaksud. Perlu juga dijelaskan disini bahwasannya cara sembahyang umat hindu etnis Bali dengan memakai gamelan, kekidungan, ataupun pakaian kebaya adat, bukan merupakan hukum tunggal yang bisa dijadikan barometer untuk menilai apakah kegiatan persembahyangan itu sudah sesuai dengan agama hindu atau bukan, karena agama sendiri tidak mengatur secara kaku hal-hal seperti itu. Tapi agama lebih menekankan tentang cara bagaimana pengikutnya agar bisa hidup menurut prinsip-prinsip yang dibenarkan oleh Tuhan serta menjauhi segala hal yang tidak sesuai dengan petuah beliau. Di lain sisi, kita juga harus mengerti kejelasan antara produk adat budaya dengan produk agama agar tidak terjadi kerancuan. Misalnya masyarakat kristen di desa Pulasari Jembrana, ketika mereka merayakan hari raya agamanya, juga memasang penjor, membuat pajegan, dan menggunakan gamelan di tempat persembahyangannya (Gereja) Orang-orangnya juga memakai kebaya persis seperti orang hindu bali, tapi keyakinan mereka bukan hindu tapi kristen. Lain lagi dengan desa pegayaman buleleng, mereka mengadopsi sistem subak dan nama mereka kadang diawali dengan ketut, atau I putu seperti layaknya orang hindu bali, tapi mereka adalah umat muslim. Jadi, kehinduan seseorang tidak bisa dinilai dari faktor luar saja. Mesti diselidiki lebih jauh hal-hal yang berkaitan langsung dengan agama hindu itu sendiri. Misalnya : apakah mereka yang menganggap beragama hindu bersembahyang memakai Gayatri mantram atau mantram-mantram lain yang memang ada acuannya dalam kitab suci Veda. Apakah mereka mempelajari susastra lain yang menjadi penjabaran dari Catur Veda atau sudahkan mereka mempelajari Pancama Veda (Bhagavad Gita), dan ataukah kidung kidung suci mereka memang menyebut nama-nama Tuhan menurut keyakinan Hindu.
 
Sai Baba sebagai salah satu dari beberapa kelompok spiritual yang bernafaskan hindu, melakukan 3 bidang utama (Spiritual, Pelayanan, dan Pendidikan) dimana dalam bidang spiritualnya jelas ada kegiatan rutin yang disebut Bhajan (mengidungkan nama-nama suci Tuhan ), berjapa, meditasi, ataupun Tirta yatra. Jadi sudah jelas bahwa kelompok Sai Study Group, yang menempatkan Bhagavan Sri Sathya Sai Baba sebagai Sad Gurunya, adalah bagian dari Hindu. Perbedaan cara sembahyang, pakaian, kidung, ataupun gamelan sebenarnya hanya budaya lokal yang dikaitkan dengan agama hindu. Di Nusantara sendiri, keragaman cara sembahyang ini ada banyak yang mana hal tersebut menyesuaikan dengan budaya setempat.