KENAPA
CARA PERSEMBAHYANGAN DI KELOMPOK SAI BABA LEBIH BANYAK TERDENGAR NYANYIANNYA
DARIPADA MANTRAMNYA SEHINGGA LEBIH TERKESAN SEPERTI KELOMPOK BERNYANYI SEPERTI
GEREJA, DARIPADA KELOMPOK STUDY ?
Tanggapan :
Untuk dapat
mendirikan sebuah bangunan yang baik, tentu dasar atau fondasinya harus
dikuatkan dulu. Sebab bagaimanapun indah dan megahnya sebuah bangunan tetapi
jika fondasinya rapuh tentu bangunan itu juga akan ambruk, namun fondasi yang
kuat jika tidak diisi bangunan juga tidak akan mempunyai keindahan apa-apa oleh
karena itu kedua hal ini tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lainnya.
Bhajan atau menyanyikan
kidung-kidung suci yang sarat dengan nama dan kemulian suci Tuhan merupakan
fondasi atau dasar bagi para sadhaka dalam mendirikan spiritual yang lebih
mantap karena dengan melatih lidah dan pikiran guna menyuarakan keindahan nama
Tuhan, ia akan dapat digiring untuk menghindari beberapa jenis kesalahan besar
yang seringkali dilakukan oleh lidah seperti misalnya kebiasaan berbohong,
berbicara kasar dan berlebihan,
membicarakan kejelekan orang lain (gossip) serta melakukan fitnah. Dengan
bhajan, pikiran akan lebih dapat diarahkan kepada objek yang benar daripada
menjadi pelayan bagi kesepuluh inderanya yang seringkali justru membikin
kehancuran diri sendiri. Puji-pujian terhadap Leela dan nama suci Tuhan sengaja
dikemas dalam bentuk nyanyian karena nyanyian merupakan ungkapan perasaan
seseorang. Dan seringkali dipakai untuk mewakili perasaan itu kepada yang lain.
Selain itu, nyanyian juga bisa dilagukan oleh siapa saja, baik orang tua,
remaja, bahkan anak kecil sekalipun. Ia tidak terpengaruh oleh gender, status sosial,
agama, dll. Semua orang menyukai musik atau nyanyian bahkan kita tahu sendiri
bahwa beberapa atribut yang dibawa oleh dewa dewi hindu juga berupa alat musik
seperti Tuhan Sri Krishna yang membawa seruling, Dewi Sarasvati membawa Vina,
Dewa Shiva yang membawa Mrdangga, begitu halnya Dewarsi Narada.
Bhajan
atau nyanyian ketuhanan yang ada di kelompok spiritual hampir sama dengan
kekidungan atau kekawin di bali bedanya hanya pada canda lagu dan isi kidung
suci itu sendiri. Kalau kekawin di bali lebih banyak mengungkapkan situasi atau
penggambaran dari keadaan sesuatu dengan aneka pesannya yang kadang
tersembunyi, tetapi pada lagu bhajan sengaja dibuat dengan menyebut nama-nama
suci Tuhan secara utuh dan kadang bukan merupakan rangkaian kata-kata untuk
menyampaikan pesan atau petuah dalam bentuk kalimat maupun dialog. Atas dasar
hal itu pula kidung-kidung suci dikemas dalam bentuk nyanyian agar semua orang
bisa menikmati sari keindahan dari keagungan nama Tuhan tersebut. Jadi manfaat
sembahyang bisa dirasakan bersama-sama karena semua yang hadir bisa
mengungkapkan perasaannya langsung kepada yang dipuja dan bukan lagi melalui
perantara. Semua orang akan
diliputi suka cita karena tahu dan mengerti apa yang dilagukannya.
“ Tidak ada praktek spiritual yang lebih berharga daripada
pengulang-ulangan nama suci Tuhan pada jaman ini. Siapapun juga baik yang kaya
atau miskin, golongan terpelajar atau bahkan mereka yang buta huruf akan mampu
melakukannya. Ingatlah selalu nama Rama sampai saat menjelang kematianmu.
Nyanyikanlah kemuliaan Tuhan dan perolehlah rahmat keselamatan darinya
(Bhagavan Sathya Narayana dalam Sanatana sarathi.1995).
Bhajan yang merupakan dasar / fondasi spiritual pada akhinya memang kurang
kelihatan tapi tetap berfungsi sebagai pilar utama yang menopang bangunan.
Seperti halnya fondasi rumah yang akhirnya ditimbun tanah dan tidak kelihatan
saat bangunannya mulai didirikan. Demikian halnya para sadhaka tidak berhenti
pada tingkat bhajan saja. Karena ada 2 bidang lainnya yang digerakkan oleh
organisasi yakni bidang pendidikan dan pelayanan. Jikalaupun selama ini
terkesan bahwa kegiatan persembahyangannya hanya menyanyikan nama suci Tuhan
saja, itu hanyalah sebuah rutinitas yang porsinya memang lebih banyak dan lebih
merupakan penggambaran luar saja karena jikalau kita mau melihat ke dalam,
sesungguhnya masih ada acara tambahan lain seusai kegiatan bhajan seperti
misalnya ; Sharing, pelajaran Bhagavad Gita, Dharma wacana, ataupun kegiatan
Study circle.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar