Senin, 22 April 2013

Ajaran Sai Baba berusaha mengalihkan keyakinan pengikutnya.



Pernyataan :
JIKA BANYAK UMAT HINDU YANG MENGIKUTI KELOMPOK SAI BABA DAN  TIDAK MAKAN DAGING, LALU SIAPA YANG AKAN MELESTARIKAN BUDAYA BALI? BUKANKAH TINDAKAN MENGALIHKAN KEYAKINAN SESEORANG YANG TELAH MEMILIKI AGAMA ITU TIDAK BISA DIBENARKAN

Tanggapan :

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya. bahwa kehadiran Bhagavan Sri Sathya Sai Baba bukanlah untuk mendirikan agama atau keyakinan baru bukan pula untuk merusak tatanan tradisi yang sudah baik (yang sesuai dengan isi kitab suci). Sebaliknya beliau hadir untuk mengukuhkan kembali keyakinan masing-masing orang akan agama dan keyakinan yang telah dianutnya. Sehingga seseorang hindu ketika telah mengenal falsafah Sai akan menjadi hindu yang lebih baik, seorang Kristen akan menjadi kristiani yang lebih baik, demikian pula dengan penganut keyakinan lainnya. Sehubungan dengan kegiatan keagamaan di Bali yang hampir sebagian besar menyertakan proses himsa karma (Pembunuhan hewan) sebagai rangkaian upacara, kebijakan para bhakta dituntut dalam menyikapi hal ini. Selama masyarakat belum menyadari arti sebenarnya dari kegiatan yang mereka simbulkan lewat prosesi itu sebaiknya sadhaka tidak menentang arus namun bukan berarti membiarkan diri digulung dalam arus sehingga kehilangan identitas diri. Silahkan berenang dalam tradisi tetapi jangan sampai tradisi menenggelamkan kita. Kelompok Sai Study Group bukanlah kelompok belajar yang ingin meninggalkan budaya Bali. Beberapa budaya lokal yang memang masih relevan dan sesuai dengan ujar-ujar Veda sebagai kitab hukum tertinggi hindu, tentu masih dipelihara dan dijaga, namun beberapa tradisi kegiatan keagamaan yang rujukannya belum pasti dan hanya mengacu kepada sumber hukum dibawah Sruti dan Smrti, serta kurang relevan dengan jaman, tentu akan dikaji ulang sebab bagaimanapun semua yang ada di bhumi ini tidak terlepas dari proses Trikona yakni sesuatu diciptakan, Ia terpelihara, dan akhirnya harus dileburkan kembali.
 
Budaya Bali yang begitu adiluhung seperti Gamelan, tari-tarian, dan seni ukirnya yang tak pernah bisa dibandingkan dengan budaya lain di dunia, adalah kebanggaan khusus yang harus terus dijaga dan dipelihara. Demikian pula dengan alamnya yang indah yang menjadikan pulau ini disanjung sebagai Sorga terakhir (Last paradise) seharusnya tetap menjadikan kebanggaan besar bagi semua jiwa yang terlahir di tanah balidwipa ini. Namun beberapa kebiasaan masyarakat  di beberapa tempat yang kadang mencoreng citra Bali di mata dunia seperti istilah Manak Salah (kembar buncing), feodalisme Kasta, ataupun sanksi adat yang menzolimi masyarakatnya sendiri, seyogyanya ditinjau kembali kelayakannya, dicari tahu sejarah dan latar belakang pembuatannya sehingga generasi penerusnya tidak terkesan menjadi korban masa lalu karena menerima warisan yang kaku dengan harga mati tanpa boleh melakukan pengkajian ulang, padahal adat adalah kebiasaan yang berlaku dan disepakati untuk digunakan oleh seluruh masyarakat pada waktu dan tempat tertentu saja.
Perlu digaris bawahi disini bahwa kelompok Study Sathya Sai memiliki beberapa keunikan yang membedakannya dari yang lain, yakni :
  1. SSG bukan Organisasi agama, SSG adalah organisasi yang bersifat sosial spiritual, pengertian sederhananya adalah bahwa organisasi ini mengajak seluruh bhaktanya untuk mengikuti aktivitas pelayanan di berbagai kesempatan dengan dijiwai oleh spiritual atau organisasi ini berfungsi sebagai tempat untuk mengembangkan spiritualitas melalui kegiatan pelayanan.
  2. SSG bukan agen atau lembaga Misionaris artinya adalah bahwa organisasi ini didirikan bukan untuk mencari pengikut sebanyak-banyaknya. SSG bukan Multi Level Marketing yang menjanjikan bonus sorga jika pengikutnya bisa menginvasi orang lain ke dalam kelompok. SSG menanamkan prinsip kepada semua pengikutnya bahwa seseorang  berkesempatan ikut atau tidak di jalan Sai, bukan menjadi urusan para bhakta. Itu adalah urusan Bhagavan (akan lebih berkaitan dengan aspek Karma) sebab jika Bhagavan berkehendak, beliau bisa datang lewat mimpinya lalu mengarahkannya ke organisasi ini. Kehendak beliau selalu terjadi walaupun tanpa keikut sertaan para bhaktanya.
  3. SSG bukan lembaga donasi, artinya organisasi ini tidak memungut iuran sepeserpun dari mereka yang mau bergabung sebagai persyaratan administrasi. Semua dana yang terkumpul untuk menjalankan organisasi dan segala kegiatannya, lebih banyak datang dari mereka yang telah terketuk hatinya karena kasih dan pelayanan yang dilakukan organisasi. Semua terjadi karena kehendak Bhagavan
  4. SSG bukan lembaga agama, Organisasi Sai adalah gerakan spiritualitas yang menjunjung tinggi nilai-nilai dan keuniversalan semua agama secara seimbang. Organisasi tidak mengajarkan tentang agama tetapi mempraktekkan spiritualitas sebagai intisari dari semua agama.
  5. SSG bukan aliran atau Sampradaya, artinya bahwa organisasi ini tidak mengkultuskan pemujaan kepada satu wujud Tuhan saja.(tidak ada ista dewata tertentu) dan tidak ada garis perguruan. Hubungan para bhakta langsung kepada Bhagavan tanpa perantara guru lainnya. Bhagavan adalah satu-satunya Sad Guru dalam organisasi.
  6. SSG bukan agen pembaharu sosial, artinya bahwa  lewat organisasi ini, Bhagavan Sri Sathya Sai Baba ingin menekankan pada perbaikan kwalitas diri guna menginspirasi perubahan sosial kemasyarakatan ke arah yang lebih baik dan murni.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar