Bhagavan Sri Sathya Sai Baba menampakkan diri
sebagai Yesus
…. Seorang pasangan
suami istri berkebangsaan Amerika penganut agama katolik roma, setelah
mendengar tentang Sai Baba dan kisah kehidupannya yang penuh keajaiban dan
amanat-amanat suci keagamaan, memutuskan untuk pergi ke Puttaparthi menemui
orang suci ini guna membuktikan kebenaran cerita yang pernah didengar ataupun
dibacanya dari beberapa buku. Pada waktu pertemuan pertamanya dengan Sai Baba,
sang suami merasakan kedamaian yang luar biasa saat melihat tatapan mata
Bhagavan Baba. Dia merasa yakin bahwa Yesus sendiri telah hadir di bhumi dalam
wujud Sai Baba dan ia mengatakan pendapatnya itu kepada istrinya. Sang istri
bagaimanapun tidak terlalu terkesan dan ambil peduli dengan anggapan suaminya
bahkan terkesan ia membantah pernyataan demikian. Sang istri berkata “alangkah
tidak masuk akalnya penilaianmu ini dengan mengatakan bahwa orang hindu itu
adalah Tuhan Yesus kita. Aku sama sekali tidak setuju denganmu dalam hal ini”. demikian
sanggahan sang istri yang kemudian menjaga jarak dengan Sri Sathya Sai. Pada suatu
hari mereka mendapat kesempatan baik untuk dipanggil ke ruang interview. Sang suami
merasa sangat bergembira sedangkan istrinya tidak begitu tertarik dan memilih
duduk agak menjauh. Ketika perbincangan membuat mereka semakin akrab, sang
suami dengan sopan meminta ijin kepada Baba sambil bertanya “Svami, bolehkah
aku memotret dirimu?” Baba member ijin dan membiarkan ia memotret beberapa
kali. Beberapa hari kemudian film itu dicetak. Tapi lihat…! Apa yang terjadi? Wajah
Sai Baba di film itu telah berubah menjadi wujud Yesus yang gemilang. Ketika hal
itu ditanyakan kepada Bhagavan, Svami hanya tersenyum mengindikasikan bahwa hal
tersebut memang benar. Seorang pengikut lain kemudian bertanya “Yesus berjanji
untuk datang kembali ke bhumi. Apakah hubungannya dengan engkau, Svami?. Bhagavan
Baba kemudian menjelaskan bahwa Yesus tidak mengatakan bahwa Ia akan kembali,
apa yang dimaksud sebenarnya adalah Ia yang mengutusnyalah yang akan datang. Pada
waktu itu Yesus menunjuk seekor domba. Teriakan domba itu menyuarakan tentang
nama-Ku. Yesus mengindikasikan bahwa Tuhan akan hadir ke bhumi dengan nama itu,
tetapi para pengikutnya tidak memahami apa yang ia katakan. Akulah yang
mengutus Yesus ke bhumi (Dari buku Thapowanam)
Budha Gautama =
Bhagavan Sri Sathya Sai Baba
… Pada saat
diadakannya konfrensi untuk para ilmuan di Hyderabad, Andra Pradesh yang
dipimpin oleh Dr.Bala Krishna, ada seorang ilmuan jepang diantara mereka yang
sempat diundang oleh Dr.Bala Krishna ke rumahnya. Disanalah untuk pertama
kalinya sang ilmuan jepang itu melihat photo Bhagavan Baba. Ia merasakan ada
getaran halus memasuki perasaannya ketika melihat gambar itu apalagi setelah
temannya menceritakan tentang keilahian Bhagavan. Pada suatu hari iapun
mendapat kesempatan untuk dharsan dan interview. Paa saat berdekatan, Bhagavan
menggerakkan tanganNya, menciptakan sebuah jantung manusia dan menunjukkannya
pd sang ilmuan. Bhagavan bertanya tentang apa yang ia lihat. Ilmuan itu dengan
takjub dan berusaha meyakinkan diri, menjawab bahwa itu adalah jantung manusia.
“Apakah engkau tahu
jantung milik siapa ini?” Tanya Bhagavan. “Bagaimana mungkin saya bisa tahu”
jawab sang ilmuan. Kemudian Baba berkata “ini adalah kondisi dan gambaran Jantungmu
pada saat engkau baru saja dilahirkan.” Sang ilmuan terpana dengan raut wajah
yang sulit untuk mempercayai. Svami akhirnya menjelaskan “Jangan terkejut. Ini
memang jantung milikmu. Setelah engkau dilahirkan, jantungmu tiba-tiba berhenti
berdetak. Engkau sudah seperti orang mati. Tubuhmu membiru. Ayahmu adalah
seorang yang sangat tekun berbakti dan begitu yakin kepada Tuhan. Dia meletakkan
tubuhmu di kaki-Ku dan berdoa kepada-Ku. “Oh Tuhan! Aku meminta anak kepada-Mu.
Inikah cara-Mu mengabulkannya ? apa gunanya tubuh tak bernyawa ini buatku?” Doa
dengan ketulusan bhakti orang tuamu itu menggerakkan-Ku. Oleh karenanya Aku
berada disana guna memperbaiki jantungmu dan mengembalikan hidupmu.” Mendengar kisah
ini, sang ilmuan menitikkan air mata haru dengan tanda Tanya besar. Bagaimana mungkin
beliau bisa tahu tentang hal demikian, padahal dipandang dari segi usia, Ia
jauh lebih tua daripada Bhagavan. Dan lagi kalaupun benar, bukankah orang
tuanya adalah seorang budhist. Akhirnya guna mendapatkan kebenaran hal ini,
sang ilmuan ketika sudah kembali ke negaranya di jepang segera menanyakan hal
itu kepada orang tuanya, yang kemudian dijawab dengan nada keheranan bahwa
kisah itu memang benar demikian adanya. Darisana sang ilmuan berkesimpulan
bahwa dalam nama dan rupa apapun kita berdoa kepada Tuhan, maka Tuhan yang telah
mewujud sebagai Sathya Sai Baba akan menanggapinya.
Sai Baba adalah juga Sri
Narayana
…. Pada saat
Vaikuntha ekadasi, suatu perayaan suci bagi umat hindu yang menyatakan bahwa
Sri Maha Vishnu akan memberikan dharsan kepada umat-Nya di sebelah gerbang
utara tempat tinggal-Nya, seorang bhakta Sai yang bernama Raja Reddy sedang
tidur di beranda lantai pertama Prashanti Nilayam.pada waktu itu sekitar tengah
malam ia melihat secercah cahaya terang keluar dari bilik Bhagavan Sri Sathya
Sai Baba yang pintunya agak sedikit terbuka. Dia heran kenapa ada cahaya
seterang itu pada saat malam sudah larut. Dia lalu mendekat ke pintu dan
mengintip melalui celah di pintu tersebut. Alangkah terkejutnya ketika ia
manyaksikan beberapa insane surgawi sedang menunggu giliran untuk bersujud
menyembah kaki padma Bhagavan Sri Sathya Sai Baba. Mereka memancarkan cahaya
yang luar biasa cemerlang. Svami berbaring seperti Maha Vishnu yang berbaring
diatas gelungan naga surgawi Adisesa. Tujuh buah sinar kedewataan itu berada
dengan Svami. Raja Reddy hampir tidak mampu menyaksikan keajaiban itu dan
segera kembali ke tempatnya tidur. Tapi ia tidak mampu melanjutkan tidurnya
sampai pagi karena terkenang peristiwa yang baru saja dialaminya. Keesokan harinya
ia menanyakan hal dimaksud kepada Bhagavan. Svami menjawab “Mereka adalah para
mahluk surge (Devatas). Mereka telah datang untuk mendapatkan dharsan-Ku. Apa yang
kamu lihat dalam bentuk tujuh sinar itu adalah Saptarsi, 7 Rsi agung. Karena aku
melindungimu dengan berkah-Ku, maka kamu bisa menyaksikan kejadian itu dan
masih bisa tetap hidup. Bila tidak, maka saat engkau melihat kemuliaan sinar
yang gemilang itu, engkau pasti sudah lebur menjadi abu”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar