Pernyataan :
ORANG YANG MENJADI PENGIKUT (
BHAKTA ) SAI, BUKAN HANYA DARI KALANGAN HINDU, DAN TATA CARA PERSEMBAHYANGANNYA
JUGA TERKESAN ANEH SEPERTI MENCAMPUR ADUKKAN SISTEM BERBAGAI AGAMA. TIDAKKAH
INI MEMBINGUNGKAN.
Tanggapan :
Pada dasarnya inti dari semua agama adalah sama yakni
“Cinta kasih”. Dalam hal ini, Bhagavan Sri Sathya Sai Baba juga mengajarkan hal
yang sama yang mana kita kenal dengan sebutan Panca Pilar yakni 5 nilai dasar
yang menjadi penopang kehidupan yakni: Sathya – Kebenaran, Dharma
– Kebajikan, Shanti – Kedamaian, Prema – Kasih sayang, dan Ahimsa
– Tanpa kekerasan.
Kekuatan kasih inilah yang
menggerakkan serta menarik jutaan orang dari berbagai belahan dunia dengan
aneka keyakinannya untuk datang dan menikmati intisari ajaran kasih
beliau. Beberapa pengikut yang beruntung bahkan telah dikarunia dharsan /
penampakan Tuhan sesuai dengan wujud yang dipujanya. Seperti misalnya seseorang
yang menyembah sang Budha, karena tingkat kesungguhan bhaktinya akhirnya
memperoleh darsan sang Budha dalam wujud Sai, Bhagavan juga sering menunjukkan
diri beliau sebagai penyelamat yang keluar dari Salib, untuk pengikutnya yang
beragama Kristen selain penampakan dalam wujud berbagai dewa-dewi dalam
keyakinan hindu. (silahkan baca dalam buku Sai Tapovanam atau Sai Miracle).
Bhagavan Sri Sathya Sai Baba yang diyakini oleh banyak orang sebagai “Avatara”
karena telah menyaksikan sendiri ke-Ilahian beliau, selalu bebas dari rasa suka
dan tidak suka, karena semua mahluk adalah anak-anaknya. Jadi beliau tidak
pernah mempermasalahkan agama atau keyakinan pengikutnya karena justru
sebaliknya beliau telah datang untuk memperkuat keyakinan mereka pada agama
yang dianutnya. Beliau tidak datang untuk mendirikan agama baru atau merusak
keyakinan yang telah ada. Kasih adalah intisari dari semua kitab suci agama dan
kasih adalah milik semua mahluk. Jadi kekuatan kasih yang telah mewujud dalam
nama dan rupa Sai Baba adalah milik semua orang dari berbagai agama dan
keyakinan. Persoalan tata cara persembahyangan di kelompok Sai Baba yang
terkesan mencampur adukkan sistem, sebenarnya terkesan aneh karena masyarakat
belum tahu dan belum membiasakan hal tersebut. Ambillah contoh
“Bersujud’. Bagi sebagian masyarakat hindu di bali, akan mengklaim bahwa cara
itu adalah milik umat muslim saja padahal dalam susastra hindu terdapat pula
penjelasan tentang hal ini, “Sujud” yang dalam bahasa Sanskritnya disebut
dengan Sastangga – mencium Kaki guru / Kaki Tuhan sebagai tanda penyerahan
diri. Di Bali ada dikenal dengan nama “Tirta Wangsuhpada”- Air cucian kaki
padma Tuhan. Maknanya sama sebagai tanda peleburan ego, penyerahan diri,
sekaligus proses menerima rahmat karunia dari beliau. Dalam sistem aguron-guron
bahkan seorang sisya akan mencium telapak kaki Nabe-nya untuk mendapat
pemberkatan. Hal lain yang mungkin terkesan bukan mencirikan Hindu bagi mereka
yang masih awam adalah saat kebaktian berlangsung dimana semua bhakta ikut
menyanyi atau melantunkan mantra, persis seperti umat Kristen. Memang tidak
seperti hindu etnis Bali yang proses upacaranya terkadang hanya diketahui dan
dipimpin oleh Sang Pinandita saja, sedangkan umat hanya sebagai sang yajamana
yang kadang tidak mengerti segala puji-pujian yang diucapkan Sang Brahmana
sehingga dalam ketidak tahuan itu, banyak umat yang melakukan aktivitas atau
pembicaraan yang sama sekali jauh dari maksud dilangsungkannya upacara
tersebut. Tentu tidak semua peserta demikian, tetapi alangkah baik dan besar
vibrasi kesucian yang akan timbul jika semua orang yang berada dalam persembahyangan
itu khusuk dan mengerti maksud dari apa yang mereka lakukan.
Di kelompok Study Sathya Sai,
semua orang yang hadir dilibatkan dalam kegiatan memuji dan menyanyikan
nama-nama suci Tuhan dengan menyadari bahwa bhakti adalah hal yang sangat
pribadi antara yang memuja dan yang dipuja. bukan hal yang bisa diwakilkan
begitu saja. Sehingga saat semua khusuk memuja Tuhan, Energi dari masing-masing
orang bisa berkumpul dan membiaskan vibrasi yang lebih kuat lagi kepada diri
mereka. Seperti puluhan nyala lilin yang digabungkan menjadi satu akan
membentuk suatu cahaya yang lebih besar dan lebih kuat sehingga pada akhirnya,
semua orang yang hadir akan dapat melihat dengan lebih jelas.
Perbedaan identitas agama
dari beberapa pengikut bukanlah hal yang membingungkan karena saat kebaktian,
semua bhakta dari berbagai keyakinan akan memakai satu tata cara
persembahyangan yang telah diatur dalam organisasi. Jadi para bhakta tidak
memakai tata cara persembahyangannya sendiri-sendiri menurut agama yang mereka
anut. Karena di Organisasi Sai, semua orang berkumpul menjadi satu
kesatuan tanpa perbedaan agama, suku, ras, bangsa, dll. Disamping itu, SSG juga
bukan organisasi agama yang menggunakan satu system agama tertentu. Bhagavan
menekankan bahwa sesungguhnya hanya ada satu agama yakni agama yang mengajarkan
kasih sayang sebagai initisari yang sama tetapi akhirnya kelihatan lain karena
perbedaan penampilan luarnya. Bahasa juga hanya ada satu yakni bahasa hati
seperti halnya hanya ada satu kasta / Ras yakni kasta / ras manusia
Terima kasih atas artikelnya, yang memberikan penjelasan tentang Sai Baba, termasuk ada 9 pedoman prilaku bakta Sai
BalasHapusMohon maaf karena sebagai manusia yang masih terikat dengan duniawi ini, masih memikirkan untuk hidup dan penghidupan, belum dapat sepenuhnya belajar dan menjalani dunia spiritual secara baik dan benar
suksma
OM Sairam, blog ini adalah wahana bagi semua orang untuk berbagi informasi tentang ajaran Sad Guru Sathya Sai Baba. siapapun bisa menambahkan dan memberikan informasi selama masih dalam acuan Bhagavan. ataupun sekedar mengambil informasi darinya. Semoga memberikan manfaat. Sairam-Tim redaksi
Hapus