Senin, 22 April 2013

Ajaran Sai mencampur adukkan agama.



Pernyataan :

ORANG YANG MENJADI PENGIKUT ( BHAKTA ) SAI, BUKAN HANYA DARI KALANGAN HINDU, DAN TATA CARA PERSEMBAHYANGANNYA JUGA TERKESAN ANEH SEPERTI MENCAMPUR ADUKKAN SISTEM BERBAGAI AGAMA. TIDAKKAH INI MEMBINGUNGKAN.

Tanggapan : 
Pada dasarnya inti dari semua agama adalah sama yakni “Cinta kasih”. Dalam hal ini, Bhagavan Sri Sathya Sai Baba juga mengajarkan hal yang sama yang mana kita kenal dengan sebutan Panca Pilar yakni 5 nilai dasar yang menjadi penopang kehidupan yakni: Sathya – Kebenaran, Dharma – Kebajikan, Shanti – Kedamaian, Prema – Kasih sayang, dan Ahimsa – Tanpa kekerasan. 

Kekuatan kasih inilah yang menggerakkan serta menarik jutaan orang dari berbagai belahan dunia dengan aneka keyakinannya untuk datang dan  menikmati intisari ajaran kasih beliau. Beberapa pengikut yang beruntung bahkan telah dikarunia dharsan / penampakan Tuhan sesuai dengan wujud yang dipujanya. Seperti misalnya seseorang yang menyembah sang Budha, karena tingkat kesungguhan bhaktinya akhirnya memperoleh darsan sang Budha dalam wujud Sai, Bhagavan juga sering menunjukkan diri beliau sebagai penyelamat yang keluar dari Salib, untuk pengikutnya yang beragama Kristen selain penampakan dalam wujud berbagai dewa-dewi dalam keyakinan hindu. (silahkan baca dalam buku Sai Tapovanam atau Sai Miracle). Bhagavan Sri Sathya Sai Baba yang diyakini oleh banyak orang sebagai “Avatara” karena telah menyaksikan sendiri ke-Ilahian beliau, selalu bebas dari rasa suka dan tidak suka, karena semua mahluk adalah anak-anaknya. Jadi beliau tidak pernah mempermasalahkan agama atau keyakinan pengikutnya karena justru sebaliknya beliau telah datang untuk memperkuat keyakinan mereka pada agama yang dianutnya. Beliau tidak datang untuk mendirikan agama baru atau merusak keyakinan yang telah ada. Kasih adalah intisari dari semua kitab suci agama dan kasih adalah milik semua mahluk. Jadi kekuatan kasih yang telah mewujud dalam nama dan rupa Sai Baba adalah milik semua orang dari berbagai agama dan keyakinan. Persoalan tata cara persembahyangan di kelompok Sai Baba yang terkesan mencampur adukkan sistem, sebenarnya terkesan aneh karena masyarakat belum  tahu dan belum membiasakan hal tersebut. Ambillah contoh “Bersujud’. Bagi sebagian masyarakat hindu di bali, akan mengklaim bahwa cara itu adalah milik umat muslim saja padahal dalam susastra hindu terdapat pula penjelasan tentang hal ini, “Sujud” yang dalam bahasa Sanskritnya disebut dengan Sastangga – mencium Kaki guru / Kaki Tuhan sebagai tanda penyerahan diri. Di Bali ada dikenal dengan nama “Tirta Wangsuhpada”- Air cucian kaki padma Tuhan. Maknanya sama sebagai tanda peleburan ego, penyerahan diri, sekaligus proses menerima rahmat karunia dari beliau. Dalam sistem aguron-guron bahkan seorang sisya akan mencium telapak kaki Nabe-nya untuk mendapat pemberkatan. Hal lain yang mungkin terkesan bukan mencirikan Hindu bagi mereka yang masih awam adalah saat kebaktian berlangsung dimana semua bhakta ikut menyanyi atau melantunkan mantra, persis seperti umat Kristen. Memang tidak seperti hindu etnis Bali yang proses upacaranya terkadang hanya diketahui dan dipimpin oleh Sang Pinandita saja, sedangkan umat hanya sebagai sang yajamana yang kadang tidak mengerti segala puji-pujian yang diucapkan Sang Brahmana sehingga dalam ketidak tahuan itu, banyak umat yang melakukan aktivitas atau pembicaraan yang  sama sekali jauh dari maksud dilangsungkannya upacara tersebut. Tentu tidak semua peserta demikian, tetapi alangkah baik dan besar vibrasi kesucian yang akan timbul jika semua orang yang berada dalam persembahyangan itu khusuk dan mengerti maksud dari apa yang mereka lakukan. 

Di kelompok Study Sathya Sai, semua orang yang hadir dilibatkan dalam kegiatan memuji dan menyanyikan nama-nama suci Tuhan dengan menyadari bahwa bhakti adalah hal yang sangat pribadi antara yang memuja dan yang dipuja. bukan hal yang bisa diwakilkan begitu saja. Sehingga saat semua khusuk memuja Tuhan, Energi dari masing-masing orang bisa berkumpul dan membiaskan vibrasi yang lebih kuat lagi kepada diri mereka. Seperti puluhan nyala lilin yang digabungkan menjadi satu akan membentuk suatu cahaya yang lebih besar dan lebih kuat sehingga pada akhirnya, semua orang yang hadir akan dapat melihat dengan lebih jelas.

Perbedaan identitas agama dari beberapa pengikut bukanlah hal yang membingungkan karena saat kebaktian, semua bhakta dari berbagai keyakinan akan memakai satu tata cara persembahyangan yang telah diatur dalam organisasi. Jadi para bhakta tidak memakai tata cara persembahyangannya sendiri-sendiri menurut agama yang mereka anut.  Karena di Organisasi Sai, semua orang berkumpul menjadi satu kesatuan tanpa perbedaan agama, suku, ras, bangsa, dll. Disamping itu, SSG juga bukan organisasi agama yang menggunakan satu system agama tertentu. Bhagavan menekankan bahwa sesungguhnya hanya ada satu agama yakni agama yang mengajarkan kasih sayang sebagai initisari yang sama tetapi akhirnya kelihatan lain karena perbedaan penampilan luarnya. Bahasa juga hanya ada satu yakni bahasa hati seperti halnya hanya ada satu kasta / Ras yakni kasta / ras manusia



2 komentar:

  1. Terima kasih atas artikelnya, yang memberikan penjelasan tentang Sai Baba, termasuk ada 9 pedoman prilaku bakta Sai

    Mohon maaf karena sebagai manusia yang masih terikat dengan duniawi ini, masih memikirkan untuk hidup dan penghidupan, belum dapat sepenuhnya belajar dan menjalani dunia spiritual secara baik dan benar

    suksma

    BalasHapus
    Balasan
    1. OM Sairam, blog ini adalah wahana bagi semua orang untuk berbagi informasi tentang ajaran Sad Guru Sathya Sai Baba. siapapun bisa menambahkan dan memberikan informasi selama masih dalam acuan Bhagavan. ataupun sekedar mengambil informasi darinya. Semoga memberikan manfaat. Sairam-Tim redaksi

      Hapus