Padma
Purana menyatakan bahwa di alam semesta material ini ada 8.400.000 (delapan
juta empat ratus ribu) jenis badan jasmani sesuai dengan tingkat kesadaran
(keinsyafan diri) sang makhluk hidup (jiva).
Badan-badan
tersebut (sebagaimana telah dijelaskan diatas) disediakan oleh Sri Krishna
sebagai sarana (baju, kendaraan atau tempat tinggal) bagi sang makhluk hidup
(jiva) untuk menikmati alam material dalam ikhtiarnya hidup bahagia secara
terpisah dari-Nya.
Badan
jasmani jenis manusia mencakup badan jasmani Deva (Sura), Asura, Gandharva,
Apsara, Kinnara, Kimpurusa, Carana, Yaksa, Rakasasa, Pisaca dan berbagai
makhluk halus seperti Vetala, Yatudhana dan ber macam-macam Bhuta.
Jenis-jenis
badan jasmani setiap mahluk hidup ini diberikan kepada sang jiva sesuai dengan
karmanya.
Veda
menyatakan,”Durlabham manusam janma, kelahiran dengan badan jasmani
manusia amat sulit diperoleh (Bhagavata Purana 7.6.1). Nrjanma akhila
janma sobhanam, lahir dengan badan jasmani manusia adalah paling berharga
dari semua jenis kelahiran (Bhagavata Purana 5.13.21)”.
Badan
jasmani manusia adalah bagaikan perahu yang sangat baik dan cocok untuk
menyeberangi samudra kehidupan material yang menyengsarakan. Sang guru
kerohanian = nakhoda andal, dan ajaran Veda = angin bagus yang mendorong perahu
ke tempat tujuan yaitu alam spiritual Vaikunthaloka (perhatikan Bhagavad
Gita 4.34).
Bila
seseorang tidak memanfaatkan badan jasmaninya sebagai manusia untuk melakukan
kegiatan spiritual pelayanan bhakti kepada Tuhan, maka praktis dia
berkegiatan seperti binatang yaitu hanya sibuk dalam urusan makan, tidur,
berketurunan dan bertahan diri. Akibatnya, dia tetap terjerat dalam lingkaran
samsara. Oleh karenanya setelah mendapatkan badan manusia dari sekian panjang
evolusi panjang yang pernah dan telah dijalani sang roh, kita seyogyanya
bersyukur lalu mempergunakan kesempatan baik ini untuk dapat meningkatkan
kwalitas hidup supaya mendapat kehidupan yang lebih baik lagi dan bukan
sebaliknya, lalai akan karunia besar ini sehingga menyeret jiwa kita kembali
mendapatkan badan mahluk yang lebih rendah. Sebuah pertanyaan wajib yang harus
dicarikan jawab adalah tentang darimana asal kita sebagai jiwa, kemana tujuan
kita setelah badan ini musnah, dan apa tugas kita terlahir ke bhumi, apakah
kita disini hanya untuk membayar karma masa lalu dengan cara menikmati
kehidupan duniawi? Memenuhi kebutuhan makan dan tidur, mengumpulkan kekayaan,
ketenaran, serta mengejar kepuasan sensual sampai akhirnya mati sia-sia seperti
dulu? Ataukah ada tujuan yang lebih mulia daripada sekedar memburu kesenangan sesaat
demikian ?
Jiv
jago…jiv jago.., bangunlah wahai jiwa-jiwa mulia, lepaskan diri kita dari
buaian ilusi maya. Fajar telah menyingsing dan mentari pagi dalam wujud Sad
Guru telah muncul untuk mengusir kegelapan (Avidya) dalam pikiran kita. Yang perlu
kita lakukan sekarang hanyalah membuka pintu hati selebar-lebarnya dan
membiarkan sinar mentari dalam wujud ajaran-ajaran Guru kerohanian Sathya Sai
masuk lalu menerangi seluruh bagian dalam ruang hati kita. Karena hanya dengan
cara ini hati kita bisa diterangi, dan dibersihkan sehingga layak untuk menjadi
tempat tinggal beliau yang maha suci. Kita tidak perlu meragukan apakah beliau mampu melakukannya, apalagi
dengan menyangsikan tentang keilahian beliau hanya karena Ia kini memakai wujud
serta bertingkah laku sebagaimana manusia biasa. Tuhan sebagai yang maha Kuasa
tentu saja bisa melakukan semuanya walaupun dengan kehendak-Nya saja. Namun karena
kasih sayang-Nya yang melimpah, akhirnya kita diberi kesempatan untuk ikut
ambil bagian dalam misi ini sehingga hidup kitapun akan tersucikan.
Dharma
(kebenaran) adalah nafas hidup alam semesta. Ia ibarat putra mahkota bagi sang
raja, sehingga jika kezaliman mengganggunya, sang raja akan menyelamatkannya. Dalam
hal ini mungkin akan timbul pertanyaan, kenapa Tuhan harus mewujudkan diri
sebagai manusia? Bhagavan Baba mengatakan bahwa orang tua yang ingin
menyelamatkan anaknya yang sedang tenggelam harus terjun ke dalam air. Tuhan juga
harus hadir dalam wujud sebagai manusia agar setiap kata dan tindakan-Nya bisa
dimengerti oleh manusia. Dharma ibarat anak kesayangan bagi sang raja, sehingga
ketika melihat Dharma sudah dalam keadaan bahaya, maka Tuhan harus turun tangan
sendiri melakukan pertolongan walaupun ia sendiri bisa memerintahkan para
abdi-Nya untuk melakukan penyelamatan. Hal ini didorong oleh rasa kasih sayang
yang teramat terhadap dharma. Kedatangan beliau adalah untuk memperbaiki jalan
raya kuno yang menghantarkan manusia pada Tuhan dengan menghidupkan dan mengungkapkan
kebenaran serta kemurnian dari kitab suci semua agama. Beliau telah datang
untuk menaburkan benih iman pada Tuhan dan agama sehingga nantinya orang hindu
setelah mendapat falsafah Sai bisa menjadi umat hindu yang sesungguhnya, orang
budha bisa menjadi budhist yang sejati, umat Kristen bisa menjadi seorang
kristiani sejati, begitupun umat islam agar bisa menjadi muslimin yang taqwa
serta mengerti kitab sucinya dengan baik. Jadi tidak benar jika ada yang
beranggapan bahwa Sai Baba datang untuk membuat agama dan kepercayaan baru
serta ingin merubah keyakinan yang sudah ada. Semua agama memiliki esensi yang
sama yakni mengajarkan pengikutnya untuk bisa menumbuhkan kasih sayang kepada
Tuhan dan semua ciptaan-Nya.
There
is only one religion, the religion of love
There
is only one caste, the caste of humanity
There
is only one God, He is omnipresent.
Sesungguhnya
hanya ada satu agama, yakni agama yang mengajarkan cinta kasih sayang
walaupun dalam beberapa kelompok dinamai
dan dilaksanakan dengan tata cara yang berbeda. Kasta juga hanya satu yakni
kasta atau ras manusia. Jadi menyatakan diri lebih tinggi derajatnya dari yang lain hanyalah merupakan
kebodohan semata sebab semua entitas hidup tersusun dari unsure yang sama, hidup
dalam bhumi yang sama, menghirup udara yang sama, dan juga mendapat kehangatan
dari matahari yang sama. maka sesungguhnya semua manusia itu bersaudara-
Vasudaiva Kutumbhakam. Orang disebut mulia bukan karena factor keturunannya
melainkan karena sifat dan tingkah lakunya dimasyarakat. Tuhan juga disebutkan
hanya satu, Ia yang berada dimana-mana dan maha segalanya baik Ia dikenal
dengan nama Allah, Yesus, Budha, Hyang Vidhi, dll. Seperti halnya matahari yang
satu tetapi dikenal dengan banyak nama di berbagai tempat.
SSG
atau kelompok pembelajaran wacana Sai, bukan Sampradaya yang mengkultuskan
pemujaan kepada 1 wujud Tuhan, SSG dibentuk guna mewadahi para peminat
spiritual dalam memaknai hidup tanpa mengenal batasan umur, status social,
ataupun agama. SSG bukan organisasi misionaris yang berusaha mengajak dan
mencari orang-orang agar masuk ke dalam kelompok ini Semua orang boleh bergabung atau berhenti setiap
saat tanpa ada pengikat apapun. SSG juga bukan suatu aliran atau kelompok yang
mempelajari ilmu kesaktian dan kekuatan fisik. SSG bukan lembaga penghimpun
dana, sebab dalam organisasi tidak pernah ada pungutan iuran wajib atau
sejenisnya. Semua biaya untuk operasional dan kegiatan organisasi sepenuhnya
didapat dari hasil punia dan program C.O.D. SSG cenderung melaksanakan
pelayanan bhakti dengan member bukan menerima (Give and forget). Disamping itu,
organisasi juga berfungsi sebagai media social untuk berinteraksi satu sama
lain, sehingga semua yang datang bisa berbagi pengalaman spiritual. Ibarat nyala
jyotir (keyakinan) yang masih redup dalam masing-masing individu, akan bisa
menjadi lebih terang jika berkumpul bersama dalam keyakinan yang sama dan dalam
getaran spiritual yang lebih besar di organisasi.
Seseorang
dengan kesibukan material yang menumpuk, sedapat mungkin harus bisa membagi
waktu agar tidak terlalu larut dalam pekerjaan duniawi yang akhirnya dapat
mengundang sifat tamas ke dalam pikiran dan akhirnya menenggelamkan kita kepada
masa-masa gelap (Dark period) dengan ditandai oleh keinginan yang menurun untuk
datang ke center, kecenderungan malas untuk membaca buku-buku spiritual ataupun
malas untuk berkumpul dengan para bhakta guna membicarakan kerohanian. Memang Tuhan
yang Maha Esa itu hadir dimana-mana dan meliputi segalanya sehingga dimanapun
kita memuja beliau, disanalah beliau pasti hadir untuk member tanggapan. Tetapi
dalam hal peningkatan spiritual, ada ketentuan dan aturan khusus yang perlu
lebih diperhatikan seperti halnya saat perawat/dokter melakukan donor atau transfuse
darah hanya pada tempat-tempat yang dibenarkan oleh para ahli dan bukannya di
sembarang tempat, walaupun semua tubuh dialiri darah dan darah mengalir di
semua bagian tubuh.
Kaleer
dosa nidhe radjan… Di jaman Kali ini, kegiatan berdosa sudah hampir menjadi
kegiatan sehari-hari bagi penduduk bhumi. Hingga membuat Bhumatta (Ibu Pertiwi)
sangat terbebani dan menderita dan sebagai akibatnya, aneka bencana dan
malapetakapun terjadi untuk mengingatkan manusia. Sifat-sifat raksasa dalam
diri manusia yang mewujud dalam bentuk keserakahan, iri hati, dengki, ego,
amarah, sifat malas serta kecenderungan diperbudak oleh candu, miras, dan
kenikmatan seksual telah menjadikan dharma kini hanya bertopang pada satu kaki
saja. Tindakan cepat harus dilakukan untuk menyelamatkan dharma. Dunia adalah
bhusana dan badan Tuhan, dharma merupakan nafas. Dan sekarang kanker
(sifat-sifat raksasa dalam diri manusia) kembali sudah berada dalam tubuh dan
itu harus disingkirkan. Apakaha kankernya dapat diobati ataukah harus
dilenyapkan dengan melakukan operasi, dengan kata lain haruskah ada peperangan
dan malapetaka besar untuk menyaring manusia agar yang tersisa mau belajar
untuk lebih menghargai alam, berketuhanan, serta hidup rukun dalam persaudaraan
dan kedamaian?. Mari berdaya gunakan penjelmaan sebagai manusia ini dengan
baik. Memurnikan jiwa ini dengan cara mengabdi kepada Tuhan dan bukan kepada
dunia sehingga dengan ini kita bisa lebih dipantaskan untuk tetap menjadi abdi
beliau. Bukankah di jaman Treta, para rsi-pun rela terlahir sebagai kera hanya
agar mereka bisa mendapatkan Dharsan, Sparsan, dan Sambhasan dari Tuhan Sri
Rama. Kita tidak perlu berkecil hati bahwa mungkin kita tidak punya cukup
deposito karma baik untuk hal ini. ingatlah bahwa Tuhan tidak semata-mata
melihat kwalitas (jumlah dari persembahan dan pelayanan) yang kita beri, tapi yang lebih penting adalah
Kwalitas (niat tulus dan kesungguhan hati kita) dalam melakukan pelayanan
dimaksud.
Oleh
: Wira Hari
J-Ram
Tidak ada komentar:
Posting Komentar