Setelah memenggal 10 kepala Rahwana dan membebaskan Sita, Rama dan
Wibisana serta beberapa pengikutnya yangg tersisa kembali ke Ayodya.
Setelah penobatannya selesai, semua undangan kembali ke rumahnya
masing-masing.
Wibisana atas kehendak Rama harus tinggal beberapa lama lagi,
masalahnya sekarang, bagaimana pengikut Wibisana kembali ke alengka
karena jembatan (Situbanda) yang akan dilalui telah dimusnahkan.
Bagi Wibisana hal tersebut mudah diatasi. Kemudian ia mengumpulkan
daun-daun kering dan menulis nama "SRI RAMA" dan menaruhnya dalam sebuah
simpul sepotong kain dan meminta pengikutnya untuk menggenggam dan
Wibisana berkata "Peganglah simpul ini dengan kuat dan celupkan ke dalam
samudra yang akan memberimu keselamatan".
Dengan kepercayaannya, para raksasa memegang simpul itu kuat-kuat dan
menyebur ke dalam laut dan alangkah ajaibnya, yaitu dalamnya lautan
menjadi hanya sebatas lutut. Para raksasa dengan mudah menyebrangi laut
menuju ke seberang lainnya.
Tetapi begitu sampai di tengah laut, semacam keangkuhan diri dan
ketidakpercayaan diri melandanya dan merampas berkat dari junjungannya.
Dia berpikir "Apa mungkin yang ada di dalam simpul junjunganku ini yang
bekerja ajaib semacam ini?".
Segera muncul keingintahuan terhadap isi yang terdapat dalam kain
tersebut dan ia membukanya untuk melihat isinya. Kemudian hanya dengan
melihat daun kering itu saja membuat mereka tertawa dan mengejeknya.
Lalu ketika ia melihat nama "SRI RAMA" tertulis disana, sikap sombongnya
bertambah besar dan membuatnya ragu-ragu : "Apa pula ini? Dapatkah nama
ini menggerakkan malapetaka semacam itu di samudra ini?"
Tidak berselang lama gelombang laut yang buas tiba-tiba muncul di hadapannya dan menelan raksasa itu ke tengah laut.
Cerita tersebut diatas hanyalah salah satu dari sekian banyak hal yang
membuktikan efektivitas nama "TUHAN" yang bila dilakukan dengan penuh
rasa percaya akan mengubah keragu-raguan dan ketidakpercayaan.
Kepercayaan merupakan faktor utama dijalan bhakti. Tidak ada bhakti tanpa kepercayaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar