Senin, 20 Mei 2013

Siapakah Bhakta sejati ?




Siapakah yang bisa disebut sebagai Sai Bhakta ? apakah mereka yang telah menyatakan diri sebagai pengikut Sai Baba saja ? ataukah mereka yang selalu mengikuti dan melakukan rutinitas bhajan di organisasi ataupun di tempat lainnya?. Ternyata istilah Bhakta yang dipergunakan untuk menamai mereka yang menekuni jalan Bhakti tidaklah segampang dan sesederhana tafsiran kita sendiri.

Bhakti didefinisikan sebagai: “Hrsikena hrsikesa sevanam bhaktir ucyate, menyibukkan seluruh indriya jasmani untuk melayani sang Penguasa seluruh indriya yaitu Hrsikesa disebut bhakti” (Narada Pancaratra sebagaimana dikutip dalam BRS Purva-Vibhaga 1.12). Hrsikesa adalah nama lain Tuhan yang Maha Esa, Sri Krishna (perhatikan Bg.2.10). Definisi lain bhakti adalah, “Tad arpitakhilacarata, mempersembahkan semua hasil kerja kepada Tuhan” (Narada Bhakti Sutra sloka 19). Kedua definisi ini adalah pengertian bhakti secara praktis. Oleh  karena seseorang hanya mungkin mau melayani Tuhan seperti itu atau mau menghaturkan semua hasil kerjanya kepada Beliau jikalau dia mencintaiNya, maka secara literal bhakti berarti cinta-kasih.

BHAKTI BERHAKEKAT NAISKARMYA DAN MENSUCIKAN

Naiskarmya berarti tidak menimbulkan akibat (phala) baik ataupun buruk bagi si pelaku kerja. Dan dengan melaksanakan tugas-pekerjaan  dalam pelayanan bhakti (cinta-kasih) kepada Tuhan, seseorang menjadi bebas dari segala akibat (phala) kerja dan tersucikan. Dalam hubungan ini Sri Krishna berkata, ”Yat karosi yad asnasi // yaj juhosi dadasi yat// Yat tapasyasyi Kaunteya// Tat kurusva mad –arpanam (Bhagavad gita.9.27) yang artinya adalah : bahwa apapun yang kita lakukan, kita makan, atau kita berikan sebagai sumbangkan, atau pertapaan apapun yang kita lakukan, maka lakukanlah itu sebagai persembahan kepada Tuhan.  Yajnarthat karma, laksanakan pekerjaanmu sebagai yajna untukKu. Anyatra loko’yam karma bandhanah, jika tidak maka hasil (phala) kerjamu akan mengikat anda di dunia fana (Bg.3.9)”.

Bhakti sejati disebut pula bhakti murni atau bhakti utama. Apakah bhakti sejati itu? Tentang hal ini dikatakan sebagai: “Anyabilasita sunyam jnana-kamady anavrttam anukulyena krsnanusilanam bhaktir uttama, bhakti sejati kepada Tuhan berarti melayaniNya dengan cara begitu rupa untuk menyenangkan Beliau. Pelayanan demikian harus bebas dari keinginan memperoleh imbalan,  bebas dari segala kepentingan pribadi”


Jadi bhakti sejati berarti pelayanan yang dilakukan semata-mata untuk memuaskan Tuhan YME, berdasarkan cinta-kasih. Bukan untuk menyenangkan sesuatu yang lain dan bukan pula untuk memperoleh imbalan berupa kekayaan material, kekuasaan duniawi dan  bahkan  termasuk mukti, kelepasan dari kehidupan material dunia fana yang menyengsarakan. Karena itu Sri Krishna menjelaskann tentang bhakta sejati sebagai: “Bhakta yang telah sepenuh hati berserah diri kepadaKu dan mantap dalam pelayanan  bhakti kepadaKu, tidak menginginkan apapun termasuk mukti dariKu” (Bhg.11.20.34). “BhaktaKu yang mantap dalam pelayanan bhakti kepadaKu dengan senantiasa ingat diriKu dan lilaKu, tidak menginginkan jabatan Brahma atau jabatan Indra, ataupun kekuasaan atas Tri Bhuvana, pemilikan delapan siddhi dan juga tidak mendambakan mukti” (Bhag.11.14.14).

Para bhakta sejati Tuhan berdoa sebagai berikut.
  • Tuhanku, seandainya setelah mencapai mukti hamba tidak memiliki kesempatan mendengar tentang keagunganMu sebagaimana diperbincangkan oleh para bhaktaMu yang murni, maka biarlah hamba tidak pernah mencapai mukti.  Hamba  berdoa kepadaMu agar dianugrahi berjuta-juta mulut dan telinga supaya bisa terus-menerus mengumandangkan dan mendengar tentang keagunganMu (Bhag.4.20.24).
  • Tuhanku, seandainya hamba meninggalkan pelayanan bhaktiku kepadaMu dan mencapai Dhruva-loka atau memiliki kekuasaan atas seluruh Tri Bhuvana. Tetapi hamba tidak menginginkan satu pun dari semua ini. Dan hamba juga tidak menginginkan kekuatan yoga mistik ataupun mukti. Hamba hanya ingin berhubungan denganMu dalam pelayanan bhakti nan tulus (Bhag.6.11.25).
Dua prinsip utama dalam melakukan bhakti adalah:
  1. Anukulyena krsnanusilanam, memuja dan melayani Sri Krishna dengan cara baik yang menyenangkan Beliau.
  2. Anukulyasya grahanam pratikulyasa varjanam, tolak dan tinggalkan semua kegiatan dan hal-hal lain yang tidak mendukung bhakti, dan laksanakan kegiatan serta terima hal-hal lain yang mendukung bhakti kepada Sri Krishna.
SEMBILAN PROSES BHAKTI
Menurut Veda (Bhag.7.5.23), ada 9 (sembilan) proses bhakti yang dapat dijelaskan secara ringkas sebagai berikut.
1.   Sravanam    : Bhakti dengan cara mendengarkan kemuliaan nama suci ataupun kegiatan rohani (Leela) Tuhan yang menakjubkan. Bhakti seperti ini pernah dicapai oleh Maharaja Parikshit.
2.   Bhajan / Kirtanam : Bhakti dengan cara terlibat langsung dalam mengagungkan dan menyanyikan nama-nama suci Tuhan beserta kegiatan Rohani-Nya. bhakti seperti ini dicontohkan oleh Sukadeva Gosvami, Sri Chaitanya Mahaprabhu
3.   Smaranam : Bhakti dengan cara mengingat dan merenungkan segala kemuliaan dan kebesaran Tuhan. Bhakti seperti ini dicontohkan oleh Prahlada
4.   Pada Sevanam : Proses bhakti dengan cara melakukan pelayanan kepada Kaki padma Tuhan seperti yang dilakukan Laksmi Dewi
5.   Arcanam : Proses bhakti dengan cara memvisualkan beliau dalam bentuk arca untuk kemudian kita layani dengan kesungguhan dan kecintaan. Bhakti ini dicontohkan oleh Prthu Maharaj.
6.   Vandanam : Proses bhakti dengan cara mencantingkan do’a do’a pujian atas keagungan dan kemahakuasaan beliau seperti yang dilakukan Akrura kepada Sri Krishna.
7.   Dasyam : Bhakti kepada Tuhan dengan menempatkan beliau sebagai atasan / tuan yang berkuasa atas hidup kita sehingga segala yang kita lakukan dapat kita persembahkan dengan rasa tunduk hati dan kepasrahan sebagaimana yang dicontohkan oleh Hanuman.
8.   Sakyam : Bhakti kepada Tuhan dengan memposisikan beliau sebagai teman paling akrab untuk berbagi suka, dan tempat mengadukan persoalan. Seperti yang diteladankan oleh Arjuna dan para gopa
9.   Atmanivedanam : Bhakti yang merupakan penyerahan diri total seperti yang dilakukan Vali Maharaj ketika Sri Vishnu dalam wujud Vamana (Brahmana cebol) menginjakkan kaki di kepalanya untuk menepati janjinya memberikan 3 jengkal tanah sebagai persembahan dalam yajna.

Ke 9 (sembilan) proses bhakti ini disebut abhideya-jnana, pengetahuan tentang  bagaimana cara sang makhluk hidup (jiva) membina  kembali hubungan cinta-kasih (bhakti) dengan Tuhan. Pengetahuan (abhideya-jnana) ini tercantum dalam Bab III Vedanta-Sutra.
Hubungan bhakti (cinta-kasih) antara sang makhluk hidup (jiva) dengan Kepribadian Tuhan YME (Bhagavan) ada 5 (lima) macam yaitu: a. Santa-rasa. b. Dasya-rasa. c. Sakhya-rasa. d. Vatsalya-rasa, dan e. Madhurya-rasa. Kelima macam hubungan ini dapat dijelaskan secara ringkas sebagai berikut.

a. Santa-rasa   :Hubungan netral. Dalam hubungan ini sang jiva terikat kepada Tuhan dan selalu khusuk berpikir tentang Beliau. Ia tidak mendambakan alam surgawi ataupun mukti, dan menganggap kedua hal ini  (Surga dan mukti) tidak lebih baik dari alam neraka. Ia tidak memiliki keinginan material dan sepenuhnya merasa tertarik kepada Tuhan. Ia menyadari kedudukan dasarnya sebagai bawahan Tuhan, tetapi tidak berhubungan intim (dekat) denganNya (Bhag.11.19.36 dan CC Madhya-lila 19.215 dan 218). 

b. Dasya-rasa  : Hubungan sebagai pelayan Tuhan.  Dalam hubungan ini sang jiva lebih bisa memahami keagungan Tuhan. Ia di-liputi oleh rasa kagum dan hormat kepadaNya. Dan Tuhan senantiasa senang dengan pelayanannya. Semua sifat dan ciri santa-rasa  ada pada dasya-rasa. Tetapi kelebihan dasya-rasa dari santa-rasa adalah pelayanan langung yang dilakukan kepada Tuhan (CC Madhya-lila 19.219-221). 

c. Sakhya-rasa : Hubungan sebagai sahabat karib Tuhan. Karena me-miliki amat banyak phala subha-karma, maka anak-anak gembala  sapi  bisa bermain-main bersama Sri Krishna sebagai teman-temanNya. Mereka saling melayani, saling gendong, bersukaria dalam beraneka-macam permainan dan berhubungan intim sebagai para sabahat, dan menganggap diri setara antara satu dengan yang lain. Semua sifat dan ciri santa-rasa dan dasya-rasa ada pada sakhyarasa. Tetapi, karena hubungan sebagai sahabat didominasi oleh rasa persahabatan yang setara, maka rasa hormat dan takjub dalam dasya-rasa tidak nampak pada sakhya-rasa (Bhag.10.12.11 dan 10.18.24, dan CC Madhya-lila 19.222-224). 

d. Vatsalya-rasa  : Hubungan sebagai orang tua Tuhan. Dalam hubungan ini semua sifat dan ciri santa-rasa, dasya-rasa dan sakhya-rasa berubah jadi semangat pelayanan (tanggung-jawab) membesarkan. Dalam vatsalya-rasa hubungan intim dalam sakhya-rasa meningkat. Sehingga sebagai orang tuaNya, seseorang (seperti ibu Yasoda) bisa memarahi atau  “menghukum” Tuhan. Dalam  vatsalya-rasa, sang jiva menganggap diri sebagai “pemelihara dan pelindung” Tuhan. Dan Beliau dianggap sebagai obyek yang harus dilindungi yaitu putra. Karena itu, semua sifat dan  ciri  santa-rasa, dasya-rasa dan sakhya-rasa ada pada vatsalya-rasa (CC Madhya lila 19.226-228). 

e. Madhurya-rasa  : Hubungan sebagai kekasih Tuhan.sebagaimana yang dilakukan Sri Radha Dalam hubungan ini, keterikatan kepada Sri Krishna, pelayanan kepadaNya, rasa persahabatan denganNya dan pelayanan memelihara diriNya, semua meningkat dalam keintiman. Dalam madhurya-rasa, sang jiva berserah diri penuh dalam pelayanan yang amat intim kepada Tuhan. Karena itu, semua sifat dan ciri santa-rasa, dasya-rasa, sakhya-rasa dan vatsalya-rasa terkandung dalam madhurya-rasa pada tingkat keintiman tertinggi. Dengan demikian, hubungan sebagai kekasih Tuhan memberikan kebahagiaan spiritual tertinggi kepada sang jiva (CC Madhya-lila-19.231-234). 

KWALIIKASI DALAM MELAKASANAKAN BHAKTI
Kualifikasi material (pendidikan, pangkat, jabatan dan kedudukan di masyarakat dsb.) tidak penting dan tidak berperan dalam menjalankan bhakti kepada Tuhan. Yang penting dan berperan adalah ketulusan dan keteguhan hati serta semangat besar. Karena itulah dalam hal ini banyak contoh dapat kita lihat bahwasannya bhakti secara sempurna juga berhasil dilaksanakan oleh Dhruva, anak lelaki usia 5 tahun, Gajendra yang hanya merupakan seekor gajah, Kubja seorang pelayan berbadan bungkuk dalam kerajaan kamsa, Sudama sang brahmana miskin, Vidura putra pelayan, dan juga Raja Ugrasena yang tetap teguh dalam bhakti meskipun disekap dalam penjara.

JENIS BHAKTA
Orang yang menekuni jalan kerohanian bhakti yaitu bhakta ada 3 (tiga) jenis yakni :
1.   Kanistha-bhakta memuja Tuhan berdasarkan kepercayaan saja. Ia tidak tahu bagaimana mestinya berprilaku kepada bhakta lain atau orang-orang pada umumnya (Bhag.11.2.47).
2.   Madhyama-bhakta memuja Tuhan sebagai obyek cinta-kasih tertinggi, bersahabat karib dengan para bhaktaNya, kasihan kepada mereka yang (dari segi rohani) bodoh, dan menjauhi mereka yang berwatak iri-hati (Bhag.11.2.46).
3.   Uttama-bhakta melihat Tuhan bersemayan dalam segala sesuatu dan segala sesuatu itu berkaitan denganNya, dan ada padaNya (Bhag.11.2.45 dan lihat pula Bg.6.30). Ia sungguh percaya kitab suci, sepenuhnya mencintai Tuhan dan semua kegiatannya berhakekat spiritual (CC Madhya lila 22.63).

 PRINSIP-PRINSIP YANG BERMANFAAT UNTUK BHAKTI
Adapun prinsip-prinsip kehidupan yang bermanfaat untuk melaksanakan bhakti adalah:
  1. Semangat.
  2. Berusaha maju berdasarkan keyakinan (bahwa Tuhan pasti menolong).
  3. Sabar.
  4. Berkegiatan sesuai dengan aturan hidup spiritual.
  5. Meninggalkan pergaulan dengan orang-orang Atheis (non-bhakta), dan
  6. Menuruti jejak-langkah para acarya (Upadesamrta sloka 3).
PRILAKU YANG MERUSAK BHAKTI
Prilaku yang merusak bhakti adalah:
  1. Makan lebih dari seperlunya atau  mencari penghasilan melebihi yang diperlukan.
  2. Terlalu keras berusaha mencapai hal-hal duniawi yang sulit diperoleh.
  3. Berbicara secara tidak perlu tentang hal-hal duniawi.tidak menjaga sopan santun dan suka membicarakan ataupun mencari-cari kejelekan orang lain
  4. Mempraktekkan petunjuk kitab suci semata-mata untuk kepentingan menuruti dan bukan untuk kemajuan spiritual. Atau menolak petunjuk kitab suci dan berkegiatan bebas menuruti kemauan sendiri.
  5. Bergaul dengan orang-orang bermental materialistik yang tidak tertarik pada kegiatan spiritual bhakti.
  6. Tidak pernah merasa puas mengejar keberhasilan duniawi. (Upadesamrta sloka 2).
Dalam lingkup ajaran Sad Guru Bhagavan Sri Sathya Sai Baba, kesemua hal ini bisa disejajarkan dalam 9 Pedoman prilaku dan 10 Prinsip hidup Bhakta Sai. Sebagaimana terjabarkan di bawah ini :
9 Pedoman Prilaku Bhakta Sai:
  1. Bermeditasi dan berdo’a setiap hari
  2. Bersembahyang dengan anggota keluarga minimal sekali dalam seminggu
  3. Berpartisipasi dalam program pendidikan (Human Value)
  4. Berpatisipasi dalam program social kemasyarakatan
  5. Menghadiri kebaktian dalam organisasi minimal sebulan sekali
  6. Membaca literature / pustaka-pustaka suci
  7. Berbicara lemah lembut dan sopan santun
  8. Tidak membicarakan kejelekan orang lain terlebih ybs. tidak ada ditempat
  9. COD (Ceiling on Desires) membatasi keinginan material dan menggunakan dana yang terkumpul untuk kegiatan kemanusiaan.
10 Prinsip Hidup Bhakta Sai :
  1. Hormati semua agama, sebab semuanya adalah jalan menuju Tuhan yang satu
  2. Perlakukan setiap orang sebagai saudaramu sebab semua manusia sama derajatnya (dimata Tuhan)
  3. Percayalah pada kebenaran bahwa manusia merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
  4. Usahakan rumah dan lingkungan selalu dalam keadaan bersih
  5. Cintai dan berbhakti kepada tanah air dan tidak menghina serta menjelekkan Negara lain
  6. Jangan membantu pengemis dengan cara menaruh uang pada tangannya, tetapi bantulah dengan cara mengajarnya untuk mencari nafkah, jangan menyuap orang lain
  7. Jangan menonjolkan kasta dalam tugas-tugas keduniawian
  8. Jangan tergantung kepada orang lain untuk melayani keperluan pribadi karena ini akan menjadikan kita malas
  9. Pujilah Tuhan, hindari segala sesuatu yang bisa menimbulkan dosa
  10. Perhatikan dan patuhilah hokum undang-undang dan peraturan yang ditetapkan pemerintah dan jadilah warga Negara yang baik.
Sri Krishna dalam Bhagavad Gita juga telah memberikan banyak penegasan tentang bhakta sejati yang beliau cintai sebagaimana tersurat dalam Bab 12.13-30 spt berikut :
1.   Orang yang tidak iri tetapi menjadi kawan baik bagi semua mahluk, tidak menganggap diri sebagai pemilik, bebas dari keakuan palsu, bersikap sama terhadap suka maupun duka, bersikap toleransi, serta bisa berpuas hati sehingga pikiran dan kecerdasannya dapat dipusatkan kepada Tuhan (B.G 12.13-14)
2.   Orang yang tidak menyebabkan siapapun dipersulit, tidak digoyahkan oleh siapapun, serta bisa bersikap sama terhadap suka maupun duka dalam rasa takut maupun kecemasan (B.G 12.15)
  1. Orang yang bebas dari keinginan untuk memperoleh hasil serta bebas dari rasa kekhawatiran (B.G 12-16)
  2. Orang yang bisa melepaskan diri dari hal-hal menguntungkan maupun tidak (B.G 12.17)
  3. Orang yang mampu bersikap sama terhadap kawan maupun lawan, panas dan dingin, kemasyuran maupun fitnah, seimbang dalam penghormatan ataupun penghinaan, bebas dari pergaulan yang mencemarkan, bersikap diam dan puas dengan segala sesuatu yang tidak memperdulikan tempat tinggal manapun, mantap dalam pengetahuan serta tekun dalam bhakti (B.G 12.18-19)
Dari penjelasan ini kita bisa mengetahui bahwa sangat sulit menjadi seorang Bhakta sejati, sebab ia tidak bisa dilihat dari faktor lahiriahnya saja. Kedekatan dengan physical form avatar juga belum bisa dipakai acuan bahwa kita telah teruji menjadi Bhakta Bhagavan. Bisa jadi hal ini adalah karena akumulasi karma masa lalu yang baru bisa dipetik dalam kehidupan sekarang. Dan bagaimana hal ini bisa terjaga atau ditingkatkan, tentu juga akan sangat bergantung akan apa yang kita lakukan dalam kegiatan hidup sekarang. sehingga untuk bisa menilai apakah kita sudah menjadi Bhakta ataukah baru tahap awal belajar menjadi bhakta, bisa dilihat dari beberapa hal diatas yang bisa dijadikan salah satu parameter untuk memajukan spiritual. Sehingga dengan ini semoga kita bisa lebih mempererat tali simpul bhakti kita ke kaki Padma Tuhan yang agung sehingga kita bisa terbebas dari belenggu dunia material yang memabukkan (Hari Om Tat Sat)
Kiriman Bro Wira (Dari berbagai sumber)

3 komentar:

  1. Tulisan yang sangat berbobot tetapi seketika membuat kaki saya lemas dan merasa terlalu kecil sebab dari panjangnya penjelasan diatas, rasa-rasanya hanya mimpi jika saya akan diakui sebagai Bhakta beliau sebab prosentasenya benar-benar jauh, apalagi jika mengutip pernyataan dalam kalimat ini : Sri Krishna menjelaskann tentang bhakta sejati sebagai: “Bhakta yang telah sepenuh hati berserah diri kepadaKu dan mantap dalam pelayanan bhakti kepadaKu, tidak menginginkan apapun termasuk mukti dariKu” (Bhg.11.20.34). “BhaktaKu yang mantap dalam pelayanan bhakti kepadaKu dengan senantiasa ingat diriKu dan lilaKu, tidak menginginkan jabatan Brahma atau jabatan Indra, ataupun kekuasaan atas Tri Bhuvana, pemilikan delapan siddhi dan juga tidak mendambakan mukti” (Bhag.11.14.14). Wah semakin saya dibuat putus asa nih.....

    BalasHapus
  2. OM Sairam, Pertama mendapati hal ini, saya juga cenderung mengalami perasaan seperti anda yakni merasa diri sangat kecil dan tak berartinya jika diukur dari prasyarat untuk bisa diakui sebagai Bhakta Sejati. tapi jangan menyerah dulu. Keinginan kita guna menerapkan standar yg tinggilah sebenarnya penyebab keputus asaan itu. Menjadi Bhakta sejati memang sulit dan rumit perlu disiplin dan keseriusan total sehingga bagi kita yang masih dalam tahap Baru belajar jadi Bhakta ya mesti melakoni hal-hal yang lebih sederhana saja dulu sebagaimana disebut dalam 9 pedoman prilaku dan 10 prinsip hidup. Setidaknya dengan melakukan petunjuk itu, akan ada gambaran bahwa kita memang Bhakta (Sai) yang mau dan mampu menunjukkan pesan-pesan beliau dalam kehidupan kita (Our life is His messages), walaupun belum sepenuhnya menjadi Real Devotee atau Bhakta Sejati

    Mari kita coba nilai diri sendiri, sudah seberapa jauhkan ajaran Svami berproses dalam diri kita sehingga kita bisa menentukan di mana posisi kita sekarang dalam menapaki perjalanan spiritual. Beberapa pertanyaan ini wajib dijawab oleh diri sendiri dan dinilai juga oleh kejujuran sendiri.
    1.Apakah saya sudah melakukan rutinitas doa harian dan meditasi?
    2.Apakah saya sudah mengajak atau memberikan contoh kepada keluarga tentang pentingnya menjaga keharmonisan dengan bersembahyang bersama ?
    3.Apakah saya sudah melibatkan diri dalam program Human Value – pembangkitan nilai-nilai budhi luhur kemanusiaan ?
    4.Apakah saya sudah terinspirasi utk berbagi kepada mereka yg kurang mampu atau setidaknya melakukan pelayanan sosial yg bermanfaat bagi orang lain?
    5.Apakah saya sudah meluangkan waktu untuk mengikuti kebaktian di organisasi atau ashram demi menjaga sradha saya
    6.Apakah saya sudah menyempatkan diri membaca pustaka-pustaka suci agama / buku kerohanian diantara kesibukan saya mempelajari pengetahuan duniawi ataupun pencapaian materi?
    7.Apakah saya sudah berbicara lemah lembut dan penuh kasih sayang ?
    8.Apakah saya sudah tidak membicarakan keburukan orang lain?
    9.Apakah saya sudah membatasi keinginan untuk hal-hal yg tidak terlalu urgent / prinsip ?

    BalasHapus
  3. (Jika 9 pertanyaan ini kita umpamakan memiliki bobot nilai masing-masing 10, maka silahkan nilai sendiri skor anda) Bagaimana hasilnya ? apakah anda sudah memiliki nilai lebih dari 60? Eit jangan bangga dulu, setidaknya mari cocokkan 10 prinsip hidup ajaran Svami ini dengan diri kita.(Jika anda menempatkan diri sebagai pengikut Beliau)

    1.Apakah saya masih suka menghujat agama orang lain sebagai yang sesat, kafir dan perlu diselamatkan, yg artinya saya belum bisa menghormati semua agama sebagai jalan untuk memuja Tuhan yang satu.
    2.Apakah saya masih suka membedakan orang dari segi warna kulit, Ras, bangsa, status sosial dan keyakinan dalam
    3.Apakah saya masih tidak merasa terganggu menikmati kegiatan dalam suasana yg kotor ?, masih memiliki kebiasaan suka membuang sampah sembarangan dan bersikap masa bodo terhadap lingkungan yg dipenuhi debu padahal itu adalah tempat kita?.
    4.Apakah saya masih senang menggunakan cara praktis dengan menyuap petugas dalam memuluskan tujuan ?
    5.Apakah saya masih memiliki penyakit ketergantungan dengan orang lain untuk melakukan hal-hal yg sebenarnya bisa saya lakukan sendiri misalnya menyuruh Ibu setrikain pakaian, meminta pembantu nyuci pakaian dalam, atau lebih suka membiarkan Sevadal untuk menata parkir motor ketimbang belajar menempatkannya sendiri dengan baik?

    Nah kalo kelima rangkuman pertanyaan itu terjawab “Ya” dimana anda Lebih suka memberikan tambahan tugas kepada Sevadal utk mengatur parkir dengan alasan memberikan kesempatan orang lain berbuat baik, lalu parkir seenak dewek saat tidak ada kegiatan formal, Menjadikan altar sebagai tempat suci sekaligus tempat bermain dan TPS-Tempat Pembuangan Sampah, maka keinginan Svami untuk bisa menjadikan kita “Alat” untuk menyampaikan pesan moral ajaran Beliau bisa dikatakan masih gagal apalagi jika dikaitkan dengan deklarasi untuk menjadikan hidup kita sebagaimana pesan dan ajaran Svami (Our Life is His Messages). Sebaiknya kita mesti berhenti sejenak, lalu menoleh kebelakang guna mempertanyakan “Apakah dengan jejak langkah demikian kita akan mewartakan bahwa beginilah ajaran Sai Baba. Lalu meyakini bahwa itu akan bisa menginspirasi orang lain ataupun hanya untuk mentransformasi diri sendiri?”

    Jadi kalau kita ingin serius meningkatkan Level pengakuan sebagai Bhakta, tentu saja kita harus memulainya dari hal-hal kecil seperti diatas. Saya yakin bahwa Svami, sebagai orang tua yang baik akan sangat memperhatikan dan menghargai usaha sekecil apapun yg kita lakukan jika dilandasi dengan kesungguhan bhakti. Daripada menjadi anak yg cuek dan tidak bisa diajari disiplin sehingga mengecewakan orang tua.

    Semoga kita tidak terlena dalam kebanggaan sehingga bisa tetap memperjuangkan diri agar bisa mewujudkan keinginan beliau untuk menjadikan kita teladan bagi mereka yang belum tersentuh falsafah Sai.
    J-Sairam

    BalasHapus