Siapakah yang
bisa disebut sebagai Sai Bhakta ? apakah mereka yang telah menyatakan diri
sebagai pengikut Sai Baba saja ? ataukah mereka yang selalu mengikuti dan melakukan
rutinitas bhajan di organisasi ataupun di tempat lainnya?. Ternyata istilah
Bhakta yang dipergunakan untuk menamai mereka yang menekuni jalan Bhakti
tidaklah segampang dan sesederhana tafsiran kita sendiri.
Bhakti
didefinisikan sebagai: “Hrsikena hrsikesa sevanam bhaktir ucyate,
menyibukkan seluruh indriya jasmani untuk melayani sang Penguasa seluruh
indriya yaitu Hrsikesa disebut bhakti” (Narada Pancaratra sebagaimana dikutip
dalam BRS Purva-Vibhaga 1.12). Hrsikesa adalah nama lain Tuhan yang Maha Esa,
Sri Krishna (perhatikan Bg.2.10). Definisi lain bhakti adalah, “Tad
arpitakhilacarata, mempersembahkan semua hasil kerja kepada Tuhan” (Narada
Bhakti Sutra sloka 19). Kedua definisi ini adalah pengertian bhakti secara
praktis. Oleh karena seseorang hanya mungkin mau melayani Tuhan seperti
itu atau mau menghaturkan semua hasil kerjanya kepada Beliau jikalau dia
mencintaiNya, maka secara literal bhakti berarti cinta-kasih.
BHAKTI BERHAKEKAT NAISKARMYA DAN MENSUCIKAN
Naiskarmya
berarti tidak menimbulkan akibat (phala) baik ataupun buruk bagi si pelaku
kerja. Dan dengan melaksanakan tugas-pekerjaan dalam pelayanan bhakti
(cinta-kasih) kepada Tuhan, seseorang menjadi bebas dari segala akibat (phala)
kerja dan tersucikan. Dalam hubungan ini Sri Krishna berkata, ”Yat karosi yad
asnasi // yaj juhosi dadasi yat// Yat tapasyasyi Kaunteya// Tat kurusva mad
–arpanam (Bhagavad gita.9.27) yang artinya adalah : bahwa apapun yang kita
lakukan, kita makan, atau kita berikan sebagai sumbangkan, atau pertapaan
apapun yang kita lakukan, maka lakukanlah itu sebagai persembahan kepada Tuhan. Yajnarthat karma, laksanakan
pekerjaanmu sebagai yajna untukKu. Anyatra loko’yam karma bandhanah,
jika tidak maka hasil (phala) kerjamu akan mengikat anda di dunia fana
(Bg.3.9)”.
Bhakti
sejati disebut pula bhakti murni atau bhakti utama. Apakah bhakti sejati itu?
Tentang hal ini dikatakan sebagai: “Anyabilasita sunyam jnana-kamady
anavrttam anukulyena krsnanusilanam bhaktir uttama, bhakti sejati kepada Tuhan
berarti melayaniNya dengan cara begitu rupa untuk menyenangkan Beliau.
Pelayanan demikian harus bebas dari keinginan memperoleh imbalan, bebas dari segala kepentingan pribadi”
Jadi
bhakti sejati berarti pelayanan yang dilakukan semata-mata untuk memuaskan
Tuhan YME, berdasarkan cinta-kasih. Bukan untuk menyenangkan sesuatu yang lain
dan bukan pula untuk memperoleh imbalan berupa kekayaan material, kekuasaan
duniawi dan bahkan termasuk mukti, kelepasan dari kehidupan
material dunia fana yang menyengsarakan. Karena itu Sri Krishna menjelaskann tentang
bhakta sejati sebagai: “Bhakta yang telah sepenuh hati berserah diri kepadaKu
dan mantap dalam pelayanan bhakti kepadaKu, tidak menginginkan apapun
termasuk mukti dariKu” (Bhg.11.20.34). “BhaktaKu yang mantap dalam pelayanan
bhakti kepadaKu dengan senantiasa ingat diriKu dan lilaKu, tidak menginginkan
jabatan Brahma atau jabatan Indra, ataupun kekuasaan atas Tri Bhuvana,
pemilikan delapan siddhi dan juga tidak mendambakan mukti” (Bhag.11.14.14).
Para
bhakta sejati Tuhan berdoa sebagai berikut.
- Tuhanku, seandainya setelah mencapai mukti hamba tidak memiliki kesempatan mendengar tentang keagunganMu sebagaimana diperbincangkan oleh para bhaktaMu yang murni, maka biarlah hamba tidak pernah mencapai mukti. Hamba berdoa kepadaMu agar dianugrahi berjuta-juta mulut dan telinga supaya bisa terus-menerus mengumandangkan dan mendengar tentang keagunganMu (Bhag.4.20.24).
- Tuhanku, seandainya hamba meninggalkan pelayanan bhaktiku kepadaMu dan mencapai Dhruva-loka atau memiliki kekuasaan atas seluruh Tri Bhuvana. Tetapi hamba tidak menginginkan satu pun dari semua ini. Dan hamba juga tidak menginginkan kekuatan yoga mistik ataupun mukti. Hamba hanya ingin berhubungan denganMu dalam pelayanan bhakti nan tulus (Bhag.6.11.25).
Dua
prinsip utama dalam melakukan bhakti adalah:
- Anukulyena krsnanusilanam, memuja dan melayani Sri Krishna dengan cara baik yang menyenangkan Beliau.
- Anukulyasya grahanam pratikulyasa varjanam, tolak dan tinggalkan semua kegiatan dan hal-hal lain yang tidak mendukung bhakti, dan laksanakan kegiatan serta terima hal-hal lain yang mendukung bhakti kepada Sri Krishna.
SEMBILAN PROSES BHAKTI
Menurut Veda (Bhag.7.5.23), ada 9 (sembilan) proses bhakti
yang dapat dijelaskan secara ringkas sebagai berikut.
1. Sravanam : Bhakti
dengan cara mendengarkan kemuliaan nama suci ataupun kegiatan rohani (Leela)
Tuhan yang menakjubkan. Bhakti seperti ini pernah dicapai oleh Maharaja
Parikshit.
2. Bhajan / Kirtanam : Bhakti dengan cara terlibat langsung
dalam mengagungkan dan menyanyikan nama-nama suci Tuhan beserta kegiatan
Rohani-Nya. bhakti seperti ini dicontohkan oleh Sukadeva Gosvami, Sri Chaitanya
Mahaprabhu
3. Smaranam : Bhakti dengan cara mengingat dan merenungkan
segala kemuliaan dan kebesaran Tuhan. Bhakti seperti ini dicontohkan oleh
Prahlada
4. Pada Sevanam : Proses bhakti dengan cara melakukan pelayanan
kepada Kaki padma Tuhan seperti yang dilakukan Laksmi Dewi
5. Arcanam : Proses bhakti dengan cara memvisualkan beliau
dalam bentuk arca untuk kemudian kita layani dengan kesungguhan dan kecintaan.
Bhakti ini dicontohkan oleh Prthu Maharaj.
6. Vandanam : Proses bhakti dengan cara mencantingkan do’a do’a
pujian atas keagungan dan kemahakuasaan beliau seperti yang dilakukan Akrura
kepada Sri Krishna.
7. Dasyam : Bhakti kepada Tuhan dengan menempatkan beliau
sebagai atasan / tuan yang berkuasa atas hidup kita sehingga segala yang kita
lakukan dapat kita persembahkan dengan rasa tunduk hati dan kepasrahan
sebagaimana yang dicontohkan oleh Hanuman.
8. Sakyam : Bhakti kepada Tuhan dengan memposisikan beliau
sebagai teman paling akrab untuk berbagi suka, dan tempat mengadukan persoalan.
Seperti yang diteladankan oleh Arjuna dan para gopa
9. Atmanivedanam : Bhakti yang merupakan penyerahan diri total
seperti yang dilakukan Vali Maharaj ketika Sri Vishnu dalam wujud Vamana
(Brahmana cebol) menginjakkan kaki di kepalanya untuk menepati janjinya
memberikan 3 jengkal tanah sebagai persembahan dalam yajna.
Ke
9 (sembilan) proses bhakti ini disebut abhideya-jnana, pengetahuan
tentang bagaimana cara sang makhluk hidup (jiva) membina kembali
hubungan cinta-kasih (bhakti) dengan Tuhan. Pengetahuan (abhideya-jnana)
ini tercantum dalam Bab III Vedanta-Sutra.
Hubungan
bhakti (cinta-kasih) antara sang makhluk hidup (jiva) dengan Kepribadian Tuhan
YME (Bhagavan) ada 5 (lima) macam yaitu: a. Santa-rasa. b. Dasya-rasa.
c. Sakhya-rasa. d. Vatsalya-rasa, dan e. Madhurya-rasa.
Kelima macam hubungan ini dapat dijelaskan secara ringkas sebagai berikut.
a.
Santa-rasa
:Hubungan netral. Dalam hubungan ini sang jiva terikat kepada Tuhan dan selalu
khusuk berpikir tentang Beliau. Ia tidak mendambakan alam surgawi ataupun
mukti, dan menganggap kedua hal ini (Surga dan mukti) tidak lebih baik
dari alam neraka. Ia tidak memiliki keinginan material dan sepenuhnya merasa
tertarik kepada Tuhan. Ia menyadari kedudukan dasarnya sebagai bawahan Tuhan,
tetapi tidak berhubungan intim (dekat) denganNya (Bhag.11.19.36 dan CC
Madhya-lila 19.215 dan 218).
b.
Dasya-rasa : Hubungan sebagai pelayan
Tuhan. Dalam hubungan ini sang jiva lebih bisa memahami keagungan Tuhan.
Ia di-liputi oleh rasa kagum dan hormat kepadaNya. Dan Tuhan senantiasa senang
dengan pelayanannya. Semua sifat dan ciri santa-rasa ada pada dasya-rasa.
Tetapi kelebihan dasya-rasa dari santa-rasa adalah pelayanan langung yang
dilakukan kepada Tuhan (CC Madhya-lila 19.219-221).
c.
Sakhya-rasa : Hubungan sebagai sahabat
karib Tuhan. Karena me-miliki amat banyak phala subha-karma, maka anak-anak
gembala sapi bisa bermain-main bersama Sri Krishna sebagai
teman-temanNya. Mereka saling melayani, saling gendong, bersukaria dalam beraneka-macam
permainan dan berhubungan intim sebagai para sabahat, dan menganggap diri
setara antara satu dengan yang lain. Semua sifat dan ciri santa-rasa dan
dasya-rasa ada pada sakhyarasa. Tetapi, karena hubungan sebagai
sahabat didominasi oleh rasa persahabatan yang setara, maka rasa hormat dan
takjub dalam dasya-rasa tidak nampak pada sakhya-rasa
(Bhag.10.12.11 dan 10.18.24, dan CC Madhya-lila 19.222-224).
d.
Vatsalya-rasa :
Hubungan sebagai orang tua Tuhan. Dalam hubungan ini semua sifat dan ciri santa-rasa,
dasya-rasa dan sakhya-rasa berubah jadi semangat pelayanan
(tanggung-jawab) membesarkan. Dalam vatsalya-rasa hubungan intim dalam sakhya-rasa
meningkat. Sehingga sebagai orang tuaNya, seseorang (seperti ibu Yasoda) bisa
memarahi atau “menghukum” Tuhan. Dalam vatsalya-rasa, sang
jiva menganggap diri sebagai “pemelihara dan pelindung” Tuhan. Dan Beliau
dianggap sebagai obyek yang harus dilindungi yaitu putra. Karena itu, semua
sifat dan ciri santa-rasa, dasya-rasa dan sakhya-rasa
ada pada vatsalya-rasa (CC Madhya lila 19.226-228).
e.
Madhurya-rasa :
Hubungan sebagai kekasih Tuhan.sebagaimana yang dilakukan Sri Radha Dalam
hubungan ini, keterikatan kepada Sri Krishna, pelayanan kepadaNya, rasa
persahabatan denganNya dan pelayanan memelihara diriNya, semua meningkat dalam
keintiman. Dalam madhurya-rasa, sang jiva berserah diri penuh dalam
pelayanan yang amat intim kepada Tuhan. Karena itu, semua sifat dan ciri santa-rasa,
dasya-rasa, sakhya-rasa dan vatsalya-rasa terkandung dalam madhurya-rasa
pada tingkat keintiman tertinggi. Dengan demikian, hubungan sebagai kekasih
Tuhan memberikan kebahagiaan spiritual tertinggi kepada sang jiva (CC
Madhya-lila-19.231-234).
KWALIIKASI
DALAM MELAKASANAKAN BHAKTI
Kualifikasi
material (pendidikan, pangkat, jabatan dan kedudukan di masyarakat dsb.) tidak
penting dan tidak berperan dalam menjalankan bhakti kepada Tuhan. Yang penting
dan berperan adalah ketulusan dan keteguhan hati serta semangat besar. Karena
itulah dalam hal ini banyak contoh dapat kita lihat bahwasannya bhakti secara
sempurna juga berhasil dilaksanakan oleh Dhruva, anak lelaki usia 5 tahun,
Gajendra yang hanya merupakan seekor gajah, Kubja seorang pelayan berbadan
bungkuk dalam kerajaan kamsa, Sudama sang brahmana miskin, Vidura putra
pelayan, dan juga Raja Ugrasena yang tetap teguh dalam bhakti meskipun disekap
dalam penjara.
JENIS
BHAKTA
Orang
yang menekuni jalan kerohanian bhakti yaitu bhakta ada 3 (tiga) jenis yakni :
1. Kanistha-bhakta memuja Tuhan berdasarkan kepercayaan saja. Ia tidak tahu
bagaimana mestinya berprilaku kepada bhakta lain atau orang-orang pada umumnya
(Bhag.11.2.47).
2. Madhyama-bhakta memuja Tuhan sebagai obyek cinta-kasih tertinggi,
bersahabat karib dengan para bhaktaNya, kasihan kepada mereka yang (dari segi
rohani) bodoh, dan menjauhi mereka yang berwatak iri-hati (Bhag.11.2.46).
3. Uttama-bhakta melihat Tuhan bersemayan dalam segala sesuatu dan segala
sesuatu itu berkaitan denganNya, dan ada padaNya (Bhag.11.2.45 dan lihat pula
Bg.6.30). Ia sungguh percaya kitab suci, sepenuhnya mencintai Tuhan dan semua
kegiatannya berhakekat spiritual (CC Madhya lila 22.63).
PRINSIP-PRINSIP
YANG BERMANFAAT UNTUK BHAKTI
Adapun
prinsip-prinsip kehidupan yang bermanfaat untuk melaksanakan bhakti adalah:
- Semangat.
- Berusaha maju berdasarkan keyakinan (bahwa Tuhan pasti menolong).
- Sabar.
- Berkegiatan sesuai dengan aturan hidup spiritual.
- Meninggalkan pergaulan dengan orang-orang Atheis (non-bhakta), dan
- Menuruti jejak-langkah para acarya (Upadesamrta sloka 3).
PRILAKU
YANG MERUSAK BHAKTI
Prilaku
yang merusak bhakti adalah:
- Makan lebih dari seperlunya atau mencari penghasilan melebihi yang diperlukan.
- Terlalu keras berusaha mencapai hal-hal duniawi yang sulit diperoleh.
- Berbicara secara tidak perlu tentang hal-hal duniawi.tidak menjaga sopan santun dan suka membicarakan ataupun mencari-cari kejelekan orang lain
- Mempraktekkan petunjuk kitab suci semata-mata untuk kepentingan menuruti dan bukan untuk kemajuan spiritual. Atau menolak petunjuk kitab suci dan berkegiatan bebas menuruti kemauan sendiri.
- Bergaul dengan orang-orang bermental materialistik yang tidak tertarik pada kegiatan spiritual bhakti.
- Tidak pernah merasa puas mengejar keberhasilan duniawi. (Upadesamrta sloka 2).
Dalam
lingkup ajaran Sad Guru Bhagavan Sri Sathya Sai Baba, kesemua hal ini bisa disejajarkan
dalam 9 Pedoman prilaku dan 10 Prinsip hidup Bhakta Sai. Sebagaimana
terjabarkan di bawah ini :
9
Pedoman Prilaku Bhakta Sai:
- Bermeditasi dan berdo’a setiap hari
- Bersembahyang dengan anggota keluarga minimal sekali dalam seminggu
- Berpartisipasi dalam program pendidikan (Human Value)
- Berpatisipasi dalam program social kemasyarakatan
- Menghadiri kebaktian dalam organisasi minimal sebulan sekali
- Membaca literature / pustaka-pustaka suci
- Berbicara lemah lembut dan sopan santun
- Tidak membicarakan kejelekan orang lain terlebih ybs. tidak ada ditempat
- COD (Ceiling on Desires) membatasi keinginan material dan menggunakan dana yang terkumpul untuk kegiatan kemanusiaan.
10
Prinsip Hidup Bhakta Sai :
- Hormati semua agama, sebab semuanya adalah jalan menuju Tuhan yang satu
- Perlakukan setiap orang sebagai saudaramu sebab semua manusia sama derajatnya (dimata Tuhan)
- Percayalah pada kebenaran bahwa manusia merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
- Usahakan rumah dan lingkungan selalu dalam keadaan bersih
- Cintai dan berbhakti kepada tanah air dan tidak menghina serta menjelekkan Negara lain
- Jangan membantu pengemis dengan cara menaruh uang pada tangannya, tetapi bantulah dengan cara mengajarnya untuk mencari nafkah, jangan menyuap orang lain
- Jangan menonjolkan kasta dalam tugas-tugas keduniawian
- Jangan tergantung kepada orang lain untuk melayani keperluan pribadi karena ini akan menjadikan kita malas
- Pujilah Tuhan, hindari segala sesuatu yang bisa menimbulkan dosa
- Perhatikan dan patuhilah hokum undang-undang dan peraturan yang ditetapkan pemerintah dan jadilah warga Negara yang baik.
Sri
Krishna dalam Bhagavad Gita juga telah memberikan banyak penegasan tentang
bhakta sejati yang beliau cintai sebagaimana tersurat dalam Bab 12.13-30 spt
berikut :
1. Orang yang tidak iri tetapi menjadi kawan baik bagi semua
mahluk, tidak menganggap diri sebagai pemilik, bebas dari keakuan palsu,
bersikap sama terhadap suka maupun duka, bersikap toleransi, serta bisa berpuas
hati sehingga pikiran dan kecerdasannya dapat dipusatkan kepada Tuhan (B.G
12.13-14)
2. Orang yang tidak menyebabkan siapapun dipersulit, tidak
digoyahkan oleh siapapun, serta bisa bersikap sama terhadap suka maupun duka
dalam rasa takut maupun kecemasan (B.G 12.15)
- Orang yang bebas dari keinginan untuk memperoleh hasil serta bebas dari rasa kekhawatiran (B.G 12-16)
- Orang yang bisa melepaskan diri dari hal-hal menguntungkan maupun tidak (B.G 12.17)
- Orang yang mampu bersikap sama terhadap kawan maupun lawan, panas dan dingin, kemasyuran maupun fitnah, seimbang dalam penghormatan ataupun penghinaan, bebas dari pergaulan yang mencemarkan, bersikap diam dan puas dengan segala sesuatu yang tidak memperdulikan tempat tinggal manapun, mantap dalam pengetahuan serta tekun dalam bhakti (B.G 12.18-19)
Dari penjelasan ini kita bisa mengetahui bahwa sangat sulit
menjadi seorang Bhakta sejati, sebab ia tidak bisa dilihat dari faktor
lahiriahnya saja. Kedekatan dengan physical form avatar juga belum bisa dipakai
acuan bahwa kita telah teruji menjadi Bhakta Bhagavan. Bisa jadi hal ini adalah
karena akumulasi karma masa lalu yang baru bisa dipetik dalam kehidupan
sekarang. Dan bagaimana hal ini bisa terjaga atau ditingkatkan, tentu juga akan
sangat bergantung akan apa yang kita lakukan dalam kegiatan hidup sekarang.
sehingga untuk bisa menilai apakah kita sudah menjadi Bhakta ataukah baru tahap
awal belajar menjadi bhakta, bisa dilihat dari beberapa hal diatas yang bisa
dijadikan salah satu parameter untuk memajukan spiritual. Sehingga dengan ini
semoga kita bisa lebih mempererat tali simpul bhakti kita ke kaki Padma Tuhan
yang agung sehingga kita bisa terbebas dari belenggu dunia material yang
memabukkan (Hari Om Tat Sat)
Kiriman
Bro Wira (Dari berbagai sumber)
Tulisan yang sangat berbobot tetapi seketika membuat kaki saya lemas dan merasa terlalu kecil sebab dari panjangnya penjelasan diatas, rasa-rasanya hanya mimpi jika saya akan diakui sebagai Bhakta beliau sebab prosentasenya benar-benar jauh, apalagi jika mengutip pernyataan dalam kalimat ini : Sri Krishna menjelaskann tentang bhakta sejati sebagai: “Bhakta yang telah sepenuh hati berserah diri kepadaKu dan mantap dalam pelayanan bhakti kepadaKu, tidak menginginkan apapun termasuk mukti dariKu” (Bhg.11.20.34). “BhaktaKu yang mantap dalam pelayanan bhakti kepadaKu dengan senantiasa ingat diriKu dan lilaKu, tidak menginginkan jabatan Brahma atau jabatan Indra, ataupun kekuasaan atas Tri Bhuvana, pemilikan delapan siddhi dan juga tidak mendambakan mukti” (Bhag.11.14.14). Wah semakin saya dibuat putus asa nih.....
BalasHapusOM Sairam, Pertama mendapati hal ini, saya juga cenderung mengalami perasaan seperti anda yakni merasa diri sangat kecil dan tak berartinya jika diukur dari prasyarat untuk bisa diakui sebagai Bhakta Sejati. tapi jangan menyerah dulu. Keinginan kita guna menerapkan standar yg tinggilah sebenarnya penyebab keputus asaan itu. Menjadi Bhakta sejati memang sulit dan rumit perlu disiplin dan keseriusan total sehingga bagi kita yang masih dalam tahap Baru belajar jadi Bhakta ya mesti melakoni hal-hal yang lebih sederhana saja dulu sebagaimana disebut dalam 9 pedoman prilaku dan 10 prinsip hidup. Setidaknya dengan melakukan petunjuk itu, akan ada gambaran bahwa kita memang Bhakta (Sai) yang mau dan mampu menunjukkan pesan-pesan beliau dalam kehidupan kita (Our life is His messages), walaupun belum sepenuhnya menjadi Real Devotee atau Bhakta Sejati
BalasHapusMari kita coba nilai diri sendiri, sudah seberapa jauhkan ajaran Svami berproses dalam diri kita sehingga kita bisa menentukan di mana posisi kita sekarang dalam menapaki perjalanan spiritual. Beberapa pertanyaan ini wajib dijawab oleh diri sendiri dan dinilai juga oleh kejujuran sendiri.
1.Apakah saya sudah melakukan rutinitas doa harian dan meditasi?
2.Apakah saya sudah mengajak atau memberikan contoh kepada keluarga tentang pentingnya menjaga keharmonisan dengan bersembahyang bersama ?
3.Apakah saya sudah melibatkan diri dalam program Human Value – pembangkitan nilai-nilai budhi luhur kemanusiaan ?
4.Apakah saya sudah terinspirasi utk berbagi kepada mereka yg kurang mampu atau setidaknya melakukan pelayanan sosial yg bermanfaat bagi orang lain?
5.Apakah saya sudah meluangkan waktu untuk mengikuti kebaktian di organisasi atau ashram demi menjaga sradha saya
6.Apakah saya sudah menyempatkan diri membaca pustaka-pustaka suci agama / buku kerohanian diantara kesibukan saya mempelajari pengetahuan duniawi ataupun pencapaian materi?
7.Apakah saya sudah berbicara lemah lembut dan penuh kasih sayang ?
8.Apakah saya sudah tidak membicarakan keburukan orang lain?
9.Apakah saya sudah membatasi keinginan untuk hal-hal yg tidak terlalu urgent / prinsip ?
(Jika 9 pertanyaan ini kita umpamakan memiliki bobot nilai masing-masing 10, maka silahkan nilai sendiri skor anda) Bagaimana hasilnya ? apakah anda sudah memiliki nilai lebih dari 60? Eit jangan bangga dulu, setidaknya mari cocokkan 10 prinsip hidup ajaran Svami ini dengan diri kita.(Jika anda menempatkan diri sebagai pengikut Beliau)
BalasHapus1.Apakah saya masih suka menghujat agama orang lain sebagai yang sesat, kafir dan perlu diselamatkan, yg artinya saya belum bisa menghormati semua agama sebagai jalan untuk memuja Tuhan yang satu.
2.Apakah saya masih suka membedakan orang dari segi warna kulit, Ras, bangsa, status sosial dan keyakinan dalam
3.Apakah saya masih tidak merasa terganggu menikmati kegiatan dalam suasana yg kotor ?, masih memiliki kebiasaan suka membuang sampah sembarangan dan bersikap masa bodo terhadap lingkungan yg dipenuhi debu padahal itu adalah tempat kita?.
4.Apakah saya masih senang menggunakan cara praktis dengan menyuap petugas dalam memuluskan tujuan ?
5.Apakah saya masih memiliki penyakit ketergantungan dengan orang lain untuk melakukan hal-hal yg sebenarnya bisa saya lakukan sendiri misalnya menyuruh Ibu setrikain pakaian, meminta pembantu nyuci pakaian dalam, atau lebih suka membiarkan Sevadal untuk menata parkir motor ketimbang belajar menempatkannya sendiri dengan baik?
Nah kalo kelima rangkuman pertanyaan itu terjawab “Ya” dimana anda Lebih suka memberikan tambahan tugas kepada Sevadal utk mengatur parkir dengan alasan memberikan kesempatan orang lain berbuat baik, lalu parkir seenak dewek saat tidak ada kegiatan formal, Menjadikan altar sebagai tempat suci sekaligus tempat bermain dan TPS-Tempat Pembuangan Sampah, maka keinginan Svami untuk bisa menjadikan kita “Alat” untuk menyampaikan pesan moral ajaran Beliau bisa dikatakan masih gagal apalagi jika dikaitkan dengan deklarasi untuk menjadikan hidup kita sebagaimana pesan dan ajaran Svami (Our Life is His Messages). Sebaiknya kita mesti berhenti sejenak, lalu menoleh kebelakang guna mempertanyakan “Apakah dengan jejak langkah demikian kita akan mewartakan bahwa beginilah ajaran Sai Baba. Lalu meyakini bahwa itu akan bisa menginspirasi orang lain ataupun hanya untuk mentransformasi diri sendiri?”
Jadi kalau kita ingin serius meningkatkan Level pengakuan sebagai Bhakta, tentu saja kita harus memulainya dari hal-hal kecil seperti diatas. Saya yakin bahwa Svami, sebagai orang tua yang baik akan sangat memperhatikan dan menghargai usaha sekecil apapun yg kita lakukan jika dilandasi dengan kesungguhan bhakti. Daripada menjadi anak yg cuek dan tidak bisa diajari disiplin sehingga mengecewakan orang tua.
Semoga kita tidak terlena dalam kebanggaan sehingga bisa tetap memperjuangkan diri agar bisa mewujudkan keinginan beliau untuk menjadikan kita teladan bagi mereka yang belum tersentuh falsafah Sai.
J-Sairam