Jumat, 19 Juli 2013

Upanayana di Sai Center Singaraja.



Pada hari ini Jum’at 19 Juli 2013, SSG Singaraja kembali melakukan kegiatan rutin Upanayana bersama bagi seluruh anak yang baru akan memulai masuk sekolah. Namun demikian panitia juga memberikan keluangan bagi mereka-mereka yg baru akan memasuki tingkatan kelas yg baru, sekolah baru, ataupun kampus baru. Upacara ini dilakukan setiap tahun yg dirangkaikan pula dengan rutinitas Abhiseka Sri Maha Ganesh di pelataran samping SSG SIngaraja.

Sekilas tentang makna upacara suci Upanayana…



Upanayana adalah samskara atau ritual seremonial dimana seorang anak diupacarai  dengan "benang suci" dan yang mana saat itu mereka diinisiasi ke dalam pelantunan Gayatri Mantra. Gayatri paling suci dari semua mantra dan merupakan warisan tak ternilai yang diturunkan kepada umat manusia oleh kaum  bijak waskita kuno. Hanya setelah upanayana dilakukan, anak itu bisa memenuhi syarat atau diperbolehkan untuk mempelajari Veda. Samskara ini menandakan kelahiran kembali secara rohani orang dimaksud. Setelah Upanayana dilakukan maka anak yg bersangkutan dikatakan telah menjadi dvija yaitu lahir untuk kedua kalinya (Pertama kelahiran dari rahim seorang ibu kandung dan yg kedua lahir dari sastra Veda) 

Secara etimologis, kata upanayana berarti 'mengambil posisi mendekat' atau 'menuju' atau 'memulai'. Pada jaman dahulu upacara Upanayana ini mendapatkan perilaku yang diikuti secara ketat, seorang ayah yang melakukan ritual ini (upanayana) akan memulainya dengan menginisiasi putranya dalam nyanyian mantra Gayatri. Proses ini disebut sebagai brahmopadesa. Segera setelah Upanayana, ayah akan memimpin Brahmachari muda untuk seorang guru yang dipilih dan meninggalkan dia di sana di bawah asuhan guru. Kemudian sang anak dari saat itu tinggal di Gurukula, melayani semua kebutuhan acharya yang mengajarinya Veda dan Upanishad dan kitab suci lainnya. Dengan demikian upacara upanayana terbuka untuk Brahmachari muda, suksesi gerbang menuju tujuan akhir dari eksistensi manusia - realisasi Tuhan. Dalam skema dari empat asramas/ tingkatan hidup yang ditentukan dalam kitab suci bagi seorang individu, upacara upanayana menandakan masuknya pemuda ke dalam asrama pertama - yaitu brahmacharya. 

Idealnya, ritual ini (samskara) yang akan dilakukan ketika anak itu baru melewati usia tujuh tahun. Dalam hal apapun penobatan dengan benang suci tidak boleh ditunda melampaui tahun keenam belas, yaitu dia harus diinisiasi ke dalam nyanyian mantra Gayatri sebelum mulainya masa remaja.           

 


Gayatri adalah mantra berdoa untuk bimbingan ilahi untuk menginspirasi dan menerangi akal sehingga jiva dapat mengetahui diri sejatinya, atma tersebut. Tenses dalam mantra Gayatri menunjukkan bahwa kita harus merenungkan kemuliaan Tuhan tertinggi yang merupakan perwujudan dari pengetahuan dan cahaya, yang merupakan Remover dari Ketidaktahuan. Ini adalah ibu dari semua mantra, dan ketika diucapkan dengan pengabdian dan single-minded konsentrasi dan kemurnian, lalu mengambil pelantun untuk kebahagiaan akhir dari pengetahuan tentang Kebenaran Agung, yang disebut Brahman.           

Maharsi Bhisma, sambil memuji kebesaran Gayatri dari tempat tidurnya pernah menyatakan,  bahwa dimana Gayatri diucapkan, maka kematian sebelum waktunya yg melibatkan kinerja penguburan untuk anak-anak dengan orang tua mereka tidak akan terjadi". Jadi itu adalah doa bagi kesejahteraan yang universal yang dicontohkan untuk dipakai sebagai kepercayaan yang suci.   
Gayatri mantra ini harus dinyanyikan dengan cara yang ditentukan, tiga kali sehari, sebagai bagian dari kewajiban agama yang disebut Sandhyavandana, dilakukan untuk semua dvijas. Sandhyavandana adalah latihan sehari-hari guna menenangkan pikiran untuk meditasi pada kebenaran tertinggi yang ditunjukkan oleh Gayatri. Karena pentingnya hal ini sebagai praktek spiritual, sastras telah menyatakan keutamaannya dengan tegas, sampai-sampai tidak ada pengecualian yang disediakan dan tidak ada penyimpangan yang diizinkan. Itu harus pasti dilakukan tiga kali sehari sepanjang hidup seseorang.
Benang suci dengan yang dikalungkan pada kesempatan suci upanayana dapat diibaratkan dengan sebuah sirkuit listrik. Bahkan sebagai titik kebocoran dalam rangkaian listrik akan menghasilkan energi listrik berharga yang mengalir keluar, benda seperti kunci atau cincin terikat dengan benang suci, berfungsi sebagai titik kebocoran melalui mana yg bersangkutan harus berhati-hati mengumpulkan kekuatan spiritual Gayatri agar malah tidak membuang-buangnya. Oleh karena itulah maka benang suci itu harus dijaga baik sehingga terbebas dari kekotoran dan kontaminasi dengan benda lain sehingga ia harus dipakai setiap saat. 



Pada zaman dahulu kala, para Brahmachari berkeliling di jalan-jalan memanggil bhavati bikshaandehi ',' tolong beri saya sedekah '. Selama upanayana pada hari itu, semua hanya dilakukan secara simbolis saja. Memang benar bahwa dalam situasi seperti sekarang-, masa Brahmachari tidak dapat berlatih mengemis untuk hidup. Hal ini sesungguhnya dipesankan sebagai sarana untuk menanamkan dalam pikiran Brahmachari muda rasa kerendahan hati dan ego menekan seseorang. Di masa lalu, praktek mencari sedekah oleh Brahmachari dalam Gurukula membuatnya rendah hati, terlepas dari status keluarganya tinggi atau rendah, kaya atau miskin. Di atas semua, itu dimaksudkan untuk memungkinkan Brahmachari muda untuk menumbuhkan pengekangan indra yang begitu sangat diperlukan untuk mempelajari pengetahuan Weda.